EPILOG

2.3K 357 101
                                    

Dokyeom mengambil sesuatu dari balik bed cover. Sebuah buku harian dengan judul Petualangan Menuju Ke Langit. Ia lalu membuka halaman pertama dan membacanya.

"Apa kau siap bertualang denganku?" tanya Dokyeom.

"Dengan senang hati," ucap Yuju.

"Tahun Pertama : Perkenalan..."

"Pada saat hari pertama sekolah, dari atas sini, tepatnya di atap sekolah, aku melihat seorang gadis yang turun dari mobil mewahnya. Tidak seperti murid lainnya yang terlihat bersemangat, gadis yang kulihat itu datang ke sekolah dengan cemberut di wajahnya."

Yuju lantas tertawa melihat fotonya yang tengah cemberut sambil melipat tangannya.

"Lalu, ketika semua murid baru berkumpul di aula. Ternyata gadis itu duduk tepat di depanku. Bukannya memperhatikan ke depan, gadis itu malah sibuk memainkan handphonenya. Hingga ketika acara pembukaan selesai, semua murid pun diminta bangkit berdiri. Dengan segera, aku berpindah tempat dan berdiri di sebelah gadis itu. Ketika semua murid diminta saling berpegangan tangan, aku menggengam tangan gadis itu dan kau tahu? Genggamannya tidak dingin seperti tatapannya. Genggamannya hangat."

Yuju lantas tersentuh mendengarnya.

"Ketika aku masuk ke kelas pertamaku, aku agak kecewa karena tak melihat gadis itu. Meski begitu, aku tetap senang karena setidaknya aku bisa melihatnya setiap hari, meskipun dari kejauhan. Hari-hari pun berjalan begitu cepat, begitu pula kepopuleran gadis itu. Ia cantik, tinggi dan berbakat. Aku tak pernah khawatir padanya, meskipun ia berkelahi dengan lelaki. Kau tahu mengapa? Karena ia kuat, pasti ia akan menang."

"Kau menulisnya seakan aku ini petinju," guman Yuju saat melihat fotonya saat sedang berkelahi.

"Tahun Kedua : Tidak Jauh, Tidak Dekat."

"Pada saat tahun kedua dimulai, aku langsung mendengar bahwa gadis itu ternyata sudah memiliki kekasih yang berada di kelas yang sama dengannya. Aku tidak sedih, tapi tidak juga senang. Aku tak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku saat itu. Namun, aku tetap memperhatikan gadis itu. Ia selalu aktif dalam banyak kegiatan, terutama klub vokal. Melihatnya yang nampak hidup dengan bahagia, aku merasa tak pantas untuk mencoba mengenalnya. Maka dari itu, aku mulai menggambar sketsa di tembok yang sudah kubersihkan saat di tahun pertama."

Dokyeom lalu kembali membuka lembaran baru dan membacanya.

"Tahun Ketiga : Sesuatu Yang Tak Terduga."

"Karena ini adalah tahun terakhir, aku memutuskan untuk lebih fokus kepada belajar karena aku akan menghadapi ujian akhir. Namun, aku tetap mewarnai lukisan yang sudah kugambar sketsanya di tahun kedua. Melihat gadis itu yang semakin menjauh dariku, aku pun tidak berharap lebih dan hanya bisa melanjutkan hidupku. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Di hari jadinya yang ke satu tahun, kekasih gadis itu memutuskan hubungan mereka. Aku mengetahuinya dari murid-murid lain keesokan harinya. Aku yang tak bisa berbuat apa-apa pun hanya bisa diam. Tiba-tiba, disaat aku sedang membaca buku, gadis itu datang ke atap. Aku senang akhirnya ia datang ke atap, namun aku kecewa karena ia dalam keadaan yang tidak baik."

"Wajahku pasti sungguh jelek," guman Yuju mengingatnya.

"Percakapan pertama kami sungguh aneh. Aku menanyakan apa dia juga ingin ke langit dan ia sama sekali tak mengerti ucapanku. Meski begitu, aku bersyukur karena pada akhirnya aku bisa mendengar suara indahnya. Seiring berjalannya waktu, aku sering bertemu dengannya, tapi lebih banyak di atap. Dari pembicaraan singkat kami, kami mulai berteman. Aku menjadi semakin mengenalnya. Ia ternyata gadis yang banyak makan, suka tidur siang dan tidak suka membaca. Aku semakin yakin bahwa gadis itu memang menarik."

"Orang-orang tidak pernah menganggap kebiasaanku menarik," kata Yuju.

"Selain itu, aku menjadi semakin mengenal orang-orang terdekatnya. Hyung, noona, Tuan dan Nyonya Choi, Donghyuk, Junhoe, dan lain-lain. Bersamanya, kulalui banyak hal. Belajar, bermain, makan, dan membicarakan banyak hal. Meskipun pada akhirnya kami akan melanjutkan ke universitas berbeda, aku tetap bersyukur karena telah mengenal dan memiliki teman sepertinya."

Yuju lalu menatap Dokyeom dengan seksama.

"Sebelum aku mengakhiri petualanganku di SMA, aku berharap bisa terbang mengelilingi dunia bersama Choi Yuju, teman menuju langitku," ucap Dokyeom.

"Bagaimana?" tanya Dokyeom.

"Menakjubkan," guman Yuju.

"Bukan itu maksudku," kata Dokyeom.

Yuju menatapnya heran sambil bertanya, "Lalu?"

"Kau mau bertualang bersamaku, 'kan?" tanya Dokyeom.

"Tentu, aku sudah mengatakannya tadi," kata Yuju sambil mengangguk.

"Kalau begitu, ayo berangkat," kata Dokyeom sambil bangkit berdiri.

"Sekarang?" tanya Yuju.

"Tentu saja, aku sudah memesan tiket ke Paris jam 10:00," kata Dokyeom.

"Kau gila?" tanya Yuju sambil bangkit berdiri.

"Sedikit. Ayo," kata Dokyeom sambil menarik Yuju.

"Aku bahkan belum menyiapkan apapun."

"Tidak perlu. Hanya perlu kau dan aku saja."

"Kau benar-benar gila."

"Nanti saja mengocehnya. Ayo terbang ke langit."

"Ya Tuhan."

You are the sky, everything else is just weather.

THE END

Terima kasih sudah membaca, memberi dukungan suara dan komentar untuk cerita ini!

Sampai jumpa lagi!

#Ige#

Rooftop To The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang