Bagian Empat Belas

385 34 12
                                    

"Oh, jadi gitu ya kerjaan kamu kalau lagi di kampus?" ujarku sinis pada Dika.

"Maksud kamu?" ucap Dika balik bertanya.

"Sebenernya Zui itu siapa?" tegasku sambil menunjukkan akun somed milik Ziudith yang aku buka melalui Hpku.

"Aku cuma berfoto dengannya," tegas Dika padaku.

"Apa pegangan tangan kayak gini. Bukan apa-apa menurut kamu?"

"Coba kamu lihat lagi. Dia yang gadeng lengan aku"

"Iya, kamu kan bisa nolak,"

"Nolak gimana, masak tiba-tiba aku tarik tangan aku. Kan enggak enak sama dia. Dikira sombong,"

"Oke, kalau begitu aku ingin kamu hapus foto itu," ujarku tak mau kalah.

"Hapus gimana? Itu berada pada akunnya, bukan akunku," cecar Dika.

"Kan, kamu itu," ujarku dengan air mata yang sudah memenuhi pelupuk mata.

"Apa?" tanyanya.

"Oke, aku cukup tahu aja," jawabku.

"Jadi kamu engak percaya sama aku?"

"Aku percaya,"

"Yaudah,"

"Hahhh?"

"Kenapa, masih enggak percaya juga?"

"Terserahlah," jawabku sekenanya.

"Oke," ucap Dika singkat.

Akhir-akhir ini ada saja perdebatan yang muncul setiap harinya. Selalu saja aku yang kalah dalam perdebatan. Walaupun aku memiliki bukti yang sangat akurat, contohnya aja foto tadi. Tapi tetap aku lagi, aku lagi yang salah.

Setelah lelah bertengkar, aku memalingkan wajahku menghadap jalanan yang tampak sepi. Hanya ada pepohonan yang bergerak akibat tiupan angin. Daun-daun kering bertebaran menghiasi trotoar. Lampu-lampu kecil dengan bermacam warna menghiasi pepohonan bagai aksesoris yang membuatnya bersinar.

"Mau diem gini aja?" tanya Dika memecah keheningan.

"Enggak," jawabku singkat dengan tak menghadap ke arahnya.

"Mulai lagi kan," ujarnya sedikir sewot.

"Apa sih Yang?" tanyaku sambil memandanginya.

"Pulang yuk. Sudah malam," terangnya sambil berdiri membersihkan bagian belakang celanannya yang tak kotor.

"Hmmm," gumamku sambil meraih tas yang bertengger manis di sampingku.

Dalam perjalanan menuju rumahku, kami habiskan dengan diam sambil mendengarkan radio yang sedang menyiarkan lagu kesukaanku.

Shela on 7
(Yang Terlewatkan)

Kemana kau slama ini
Bidadari yang kunanti
Kenapa baru sekarang
Kita dipertemukan

Sesal tak? kan ada arti
Karna semua t?lah terjdi
Kini kau t'lah menjalani
Sisa hidup dengannya

Mungkin salahku? Melewatkanmu?
Tak mencarimu? Sepenuh hati?
Maafkan aku?

Kesalahanku? Melewatkanmu?
Hingga kau kini? Dengan yang lain?
Maafkan aku?

Jika berulang kembali
Kau tak akan terlewati
Segenap hati kucari
Di mana kau berada

Walau ku terlambat
Kau tetap yang terhebat
Melihatmu? Mendengarmu?
Kaulah yang terhebat


"Kamu mau turun dulu Yang?" tanyaku setelah kami sampai di depan gerbang rumah.

Taken with My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang