Bagian Tiga Belas

236 37 5
                                    

Adzan subuh baru saja berkumandang, memberi tanda kepada para umat islam untuk segera melaksanakan kewajibannya. Aku pun segera bangun dari tidur lelapku, ditemani udara yang terasa dingin saat melintas pada kulitku.

Hari ini hari pertama ospek di kampus. Semalaman aku mempersiapkan peralatan yang harus dibawa. Menurut jadwal yang aku baca. Hari ini aku harus menggunakan atasan putih dengan rok hitam, beserta name tag dan peralatan lainnya yang menurutku tidak telalu penting.

“Pagi sekali kamu bangun Cla?” tanya mama yang memergokiku sedang membuka lemari es guna mendapatkan sesuatu yang bisa aku makan.

“Aku tidak mau terlambat dihari pertama ospekku Ma,” terangku sambil memakan buah apel yang aku temukan di dalam lemari es.

“Kamu mau sarapan dulu?” tanya mama yang sedang asyik memperhatikanku.

“Enggak usah Ma, hari ini aku masuk pukul setengah enam pagi. Dan aku akan berangkat sekarang sebelum terjebak macet,” jelasku sambil meraih tangan mama sembari menciumnya.

“Baiklah, hati-hati ya,” pesan mama sambil mengantarku ke teras rumah.

Udara Kota Malang benar-benar terasa dingin pagi ini. Jaket yang aku gunakan seakan tak melindungiku dari dingin. Aku seakan tertipu oleh penjual jaket ini. Aku sangat ingat saat ia mempromosikannya padaku. Ia mengatakan bahwa jaket ini berbahan tebal, kualitas bagus, akan melindungi saat dingin. Dan kata-kata bujuk rayu itu seratus persen bullshit.

Saat ini aku sudah berada di wilayah kampus. Terlihat para calon mahasiswa sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Aku memilih untuk duduk di bangku taman sambil mengirim pesan pada pacarku.

From: Me
To: Dika

Bangun Yang

Kebiasaan kami untuk saling menghubungi pada saat apapun, membuat kami saling mengetahui kegiatan masing-masing. Rasa percayaku pada Dika semakin besar saat ia melakukan hal-hal kecil untukku. Seperti memberi tahu dimana ia berada, apa yang sedang ia lakukan, bersama siapa dia, hal-hal kecil seperti itu rutin ia beritahukan. Memang kedengarannya konyol, tapi aku menyukainya.

From: Dika
To: Me

Sudah Sayang. Kamu sudah di kampus?

From: Me
To: Dika

Ini di kampus Yang. Aku ospek dulu ya. Kamu cepet mandi!

Jadwal ospek yang dilangsungkan di kampusku berbeda dengan kampus Dika. Selang satu minggu Dika ospek, aku baru melaksanakannya. Kabar yang aku dapat dari Dika. Ospek yang dia laksanakan seputar pengetahuan sejarah kampus, fakultas, serta jurusan yang ia ambil. Tidak seperti ospek-ospek yang biasa terdengar ditelevisi, yang menggunakan kekerasan fisik dan tak jarang membuat mahasiswa baru tertekan hingga ada pula yang sampai meninggal dunia.

“Segera para mahasiswa baru berkumpul dengan kelompoknya masing-masing,” suara yang berasal dari tengah lapangan mengintruksi seluruh mahasiswa baru yang telah datang untuk mencari kelompoknya.

Aku bergabung dengan kelompok dua dari seratus dua belas kelompok yang lain. Masing-masing kelompok berjumlah sepuluh hingga sebelas orang dari beda jurusan. Aku mencoba meneliti satu persatu anggota kelompok dua ini. Aku sedikit kecewa saat menyadari tak seorang pun yang aku kenal.

“Cla,” panggil seseorang yang sepertinya berdiri di belakangku.

“Ari. Hai, Lo kelompok berapa?” tanyaku to the point, berharap ia satu kelompok denganku. Paling tidak jika ospek dengan orang yang menyenangkan pasti terasa tidak terlalu berat.

Taken with My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang