sembilan

25 2 5
                                    

Pemabuk itu terus berusaha mengalahkan orang yang ingin menolong ku, tapi sayang pemabuk itu tumbang dengan sekali tonjokan keras di wajahnya. Horeeee

    "Ayo lari" katanya sambil menarik tangan ku untuk cepat meninggalkan daerah ini.

Selama aku berlari dengannya akhirnya aku tau dia siapa, William, kenapa ia menolongku, padahal tadi di rumahnya ia mengusirku

Aku menghentikan langkahku, dan ia langsung berbalik badan menghadap ku "kenapa kau berhenti, apa kau mau mati? " Tanyanya dengan hengos-engosan

     "Kenapa kau menolong ku?" tanyaku sambil melihatnya

      "Apa menolong orang harus ada alasannya ?" Jawabnya hengos-ngosan, aku terkejut mendengar jawabannya

      "Hei tunggu bocah sialan" kata pemabuk itu sambil mengejar kami

      "Ayo cepat lari" kami terus lari hingga ke jalan raya, dan di situlah motor William di parkiran di depan toko swalayan yang buka 24 jam "ayo cepat naik, aku akan mengantarkan mu pulang" ajaknya sambil memberikan helem kepadaku akupun menerimanya dan naik keatas motor William.

William pov

    "Dimana rumah mu?" tanyaku

     "Aku tidak lapar" jawabnya

Akupun memberhentikan motorku ke sebrang jalan supaya ia bisa mendengar suaraku
       "Sudah ku bilang aku tidak lapar" jawabnya ngaco

       "Siapa yang ingin mengajak mu makan?" Jawabku sekarang mulai kesal

         "Lalu kenapa kita berhenti di depan restoran?" Tanyanya, akupun melihat di sekeliling ku, ternyata benar aku memakirkan motorku di depan restoran.

     "Sebenarnya bukan itu yang ku tanyakan tadi, aku ingin bertanya kepadamu di mana alamat rumah mu?"

     "Rumah kutidak jauh dari sini lagi tinggalkan lurus sampai lampu merah, lalu ambil kanan, dan lurus ikuti jalan saja, disitu lah rumah ku" jasnya panjang lebar. Aupun langsung menjalankan motor ku ke arah yang ia tuju

---
Angel Pov

   Akhirnya Aku sampai di rumah ku, dan langsung turun dari motornya dan memberikan helm yang aku pinjamkan darinya.  Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini, jika aku gagal siapa yang akan membayar rumah sakit ibuku nantinya.

     "William" yang di panggil menengok.

      " Tidak usah sungkan aku menolong mu karna aku merasa kasihan padamu" siapa yang mau ucapin terimakasih.

     "Untuk yang satu itu aku aku sangat berterimakasih, tapi bisa kita bicara sebentar" ajakku, untuk sementara ia diam tidak merespon, lalu ia menganggukan kepalanya.

      "Ayo masuk kerumah ku" iapun turun dari motornya dan mengikutiku dari belakang

       "Maaf rumahku agak sedikit sempit" kataku sambil menghidupkan lampu ruang tamu.

        " Kau ingin minum kopi atau teh" tawarku saat ia sudah duduk di dekat tivi di depan meja yang hanya tingginya sedada.

      "Aku ingin kopi saja" akupun langsung menuju ke dapur, dan membuat 2 minuman kopi dan teh.

      William pov

     Apa ia tinggal sendiri di rumah ini, rumah yang cukup sempit tapi ada rasa nyaman dan damai di rumah ini, lalu aku melihat foto-foto keluarganya yang sangat mesra.... dan aku benci perasaan itu , tapi dimana ayah dan ibunya, apa belum pulang ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Hearts One OptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang