Sebelas

2.2K 198 31
                                    

Darling You

"Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rampuh."
-Dee Lestari

Setelah seharian kemarin bimbang dengan pilihannya, Deeva akhirnya memutuskan untuk mengambil eskul seni musik. Karena ia bisa memainkan beberapa alat musik, walaupun sudah cukup lama tidak menyuntuh alat musik, tapi, Deeva rasa ia masih ingat jika terus berlatih.

Hari ini, Deeva akan pergi ke ruang musik di sekolahnya. Setelah meminta izin kepada Viko-- ketua eskul seni musik, untuk melihat ruang musik. Deeva memutuskan untuk datang lebih awal.

Ceklek.

Syukurnya pintu ruang musik tidak dikunci.

Pandangan Deeva meneliti apa saja yang ada di ruangan ini. Hampir semua alat musik yang ia tahu, ada di ruangan ini. Bersih dan rapih, mungkin karena sering dirawat.

Mata Deeva berbinar melihat sebuah piano yang berada di pojok ruangan. Deeva berjalan ke arah sana, lalu duduk di kursi.

Ditekannya beberapa tuts hingga menghasilkan nada yang aneh.

Deeva tertawa, sudah lama sekali ia tidak menyentuh alat ini.

Deeva menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

Kemudian, dengan lincah, kesepuluh jarinya menari indah di atas tuts piano, menghasilkan nada demi nada yang sangat indah. Walaupun masih sedikit kaku, ketika jari-jarinya menekan beberapa tuts piano.

Buk.

"Awww!"

Suara sesuatu yang terbentur dan ringisan seseorang menghentikan kegiatan Deeva, cewek itu menoleh kesana kemari memastikan pendengarannya tidak salah.

Lalu, dari balik meja. Muncul seorang cowok yang sepertinya Deeva tidak pernah lihat sebelumnya. Sedang bangkit seraya memegang keningnya yang sedikit memerah.

Deeva menghampirinya. "Kamu gak papa?"

Cowok itu mendelik tajam ke arah Deeva.

"Gapapa? Lo liat nih jidat gue benjol gara-gara lo."

"Aku gak pukul jidat kamu, atau gak naro meja itu di sana," Ucap Deeva polos, "Kamu sendiri yang tiba-tiba bangun dan gak hati-hati."

Cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Iya juga ya, ck, bego dasar, batinnya.

"Lo ... gak takut sama gue?" tanya cowok itu.

Deeva tertawa. "Kamu hantu?" lalu jari telunjuknya, menunjuk kaki cowok itu. "Tapi, kakinya masih napak tuh."

Cowok itu melongo melihat tingkah cewek di depannya ini.

Benar-benar aneh.

"Lo anak baru?" tanya cowok itu kepada Deeva.

Deeva mengangguk. "Iya."

Cowok itu menyeringai. "Gue rasa kita bakal sering ketemu."

Deeva mengernyit bingung melihat tingkah aneh cowok itu. Tapi masa bodolah, lagi pula Deeva jarang keluar kelas.

Cowok itu mengambil tasnya lalu beranjak meninggalkan Deeva. Sampainya diambang pintu, cowok itu berbalik.

"Nama gue Aldo. Ataya Aldo Bastian. Lo pasti pernah denger. See you, Adeeva."

Darling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang