Part 5

510 21 6
                                    

"Dia...??!!" aku teriak tertahan karena kaget melihar siapa cowok itu. Sesaat kemudian, mata kami bertemu. Lalu, dia memberiku sebuah senyuman.

      Yeah..dia Vallen. Cowok yang udah dua hari belakangan ini berhubungan denganku. Dia terlihat tampan dan keren di atas panggung sana.

And I said hey there pretty brown eyes

Watcha doin' later tonight?

Mind if I spend time with you?

And I said hey there pretty brown eyes

Watcha doin' later tonight?

Mind if I spend time with you?

This girl she was a lil hottie,

She know she got it

Came from the city so she loves to party

The JT song that can move that body

She dancing all night long

Cause I can tell that she was a wild one

That's why I was shy at first,

But I finally worked up the nerve

And I said hey there pretty brown eyes

Watcha doin' later tonight?

Mind if I spend time with you?

And I said hey there pretty brown eyes

Watcha doin' later tonight?

Mind if I spend time with you?

(Cody Simpson - Pretty Brown Eyes)

      Setelah ia selesai bernyanyi, matanya kembali menatapku. Seolah menyuruhku untuk diam ditempatku. Namun, tak bisa kucegah, bibirku melengkung ke atas. Memuji suaranya yang sangat bagus. Kurasakan senggolan pada lengan kananku. Kutolehkan wajahku ke kanan dan melihat dahi berkerut milik Ellen.

      "Ada apa?"tanyaku. Menanti sebuah jawaban yang mungkin sangat penting bagiku karena dia menatapku penuh selidik.

      "Kau kenal dia?"

      "Dia? Siapa?"

      "Vallen, vocalis itu, kau kenal?" ups. Bagaimana ini? Aku harus jawab apa? Baiklah jujur saja.

      "Ya, dua hari yang lalu aku bertemu dengannya di restaurant, tepatnya saat aku baru  tiba disini"jelasku. Mata Ellen tampak menyiratkan kelegaan yang amat dalam. Aku tau kenapa, yaitu karena Ellen termasuk penggemar Vallen. Sebegitu istimewakah Vallen?

      "Oh.. oke, kau mau pulang denganku atau gak?"tawarnya.

      "Gak usah, aku pulang sendiri saja, masih ingin jalan-jalan"balasku sopan.

      "Oke, bye!"diapun melesat pergi bersama teman cowoknya. Aku segera membalikkan badanku bertujuan meninggalkan sekolah ini dan pulang. Namun, tubuhku lagi-lagi menabrak seseorang. Anehnya, orang yang kutabrak ini seperti sudah tau bahwa aku akan menabrak tubuhnya. Kudongakkan kepalaku ke atas. Tepat ke arah manik mata orang itu. 

      "Hai, bertemu lagi!" Oh, GOD! Dia Vallen! Mengapa dia ada disini? Apakah aku-yang notabennya adalah orang yang baru kenal dengannya-pantas untuk ditemui?

            "Oh, hai!"balasku sambil tersenyum.

            "Pulang bareng, ya?"ujarnya. Entah kenapa aku langsung menerima tawarannya itu setelah sebelumnya aku juga ditawar pulang bareng bersama Ellen. Apa ini? Ah, itu hanya pemikiran otakku saja yang rusak. Ah, sial! Pasti gara-gara terlalu banyak memikirkan Mario!

           Kami berjalan beriringan menembus ramainya orang yang ingin menonton konser di sekolah ini. Berkali-kali ia tersenyum membalas sapaan para penggemarnya. Penggemar cewek tentunya. Hingga kami sampai di depan sekolah-tepatnya menghadap ke arah taman kota.

       "Kamu bisa disini kenapa?"tanyanya memecah keheningan diantara kami.

      "Emangnya gak boleh kalau aku kesini?"tanyaku diiringi tawa kecil.

      Ia menolehkan kepalanya dan menatapku intens. "Let me guess, kamu akan sekolah disini kan?"tanyanya. 

      "Gak, sok tau kamu!"ucapku sambil mengibas-ibaskan tangan kananku. Dia berhenti sejenak, namun aku tak menghiraukannya dan tetap berjalan.

      "Ah, kamu mau bermain-main denganku, yah..?"kemudian, aku merasakan geli yang teramat sangat di pinggangku. Damn! Vallen menggelitiki-ku rupanya.

      "Aaa.. geli-geli, ahaha.. stop..stop.. please.. ahaha"tawaku saking gelinya. Diapun menghentikan "kegiatan" tangannya. 

        "Jadi, mau tetep bohong atau gimana?"tanyanya. 

        "Ya, aku akan bersekolah disini, puas?" aku berjalan mendahuluinya. Enak saja menggelitiki orang! Geli banget tau! Lalu, dia menarik pergelangan tanganku dan memaksaku berhenti.

        "Apa?"tanyaku.

        "Ke English bay yuk?"ajaknya.

       "Apa itu?"tanyaku sambil mengernyitkan dahi.

        "Nanti juga kamu tau, ayo!"dia menarik tanganku agar mengikuti langkahnya.

                          *****

Hamparan rumput luas-yang didepannya ada sebuah pantai jernih berwarna biru. Ya, inilah English bay.

"Bagus, kan?"tanyanya menyejajarkan tubuhnya denganku. Poni rambut coklatnya menari-nari karena tertiup angin.

Aku menoleh ke arahnya, dia.. oh tidak! Apa yang kupikirkan, huh?! Sial!

"Apa?"tanyanya membuat tubuhku sedikit tersentak.

"Apa-apanya?"tanyaku.

"Kamu.. kenapa melihatku terus? Jangan bilang kau jatuh cinta padaku ya?"katanya sambil tertawa. Ah tertawanya mirip seperti cara tertawa Mario. Lagi-lagi Mario.

"Ngaco! Kesana yukk!!"aku menarik tangan Vallen menuju pantai.

Angin terus berhembus menerpa wajahku, rambutku terurai karenanya.

Vallen mengajakku duduk di pasir pantai. Menikmati suasana sore Vancouver.

"Ini adalah tempat yang selalu aku datangi kalau aku sedang galau"ucap Vallen tiba-tiba.

"Galau? Hahaha.."aku tertawa sambil sedikit menatap wajahnya.

"Kenapa tertawa? Bener, kok! Nah sekarang aku ajak kamu kesini karena aku lagi bimbang alias dilema"ujarnya yang hampir membuatku tertawa lagi.

"Dilema kenapa?"tanyaku.

"Aku dilema karena aku bingung sama perasaanku pada seorang cewek, mungkinkah aku jatuh cinta pada pandangan pertama?"seketika itu juga , dia menolehkan wajahnya ke arahku dan menatapku intens.

*****

Aaah legaa..

makasih ya yang udah mau baca cerita gaje-ku ini, dan please tinggalkan jejak setelah baca cerita ini, don't be silent readers.

20+ votes for next chapter :)

#TBC

Our PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang