part 2

426 33 3
                                    

.

.

.

"Perlu kuulangi? Kau lebih baik menginap disini. Besok pagi aku akan mengantarmu pulang," ucapnya yang membuat Minyoung akhirnya mengangguk ragu. Ia sepenuhnya sadar apa yang dikatakan Jimin padanya  barusan.

Tapi ... Menginap??

"Aku akan menelepon orangtuamu kalau kau mau."

Sepertinya Jimin mengerti perasaan Minyoung yang menjadi tegang akibat ucapan itu. Bagaimana tidak? Menginap di rumah seorang pria? Apa yang akan dikatakan orantuanya nanti kalau itu benar-benar terjadi?

"Uhm ... Sebenarnya orangtuaku sedang tidak ada di rumah."

"Begitu? Jadi tidak ada masalah. Aku tidak perlu menghubungi ibumu."

Minyoung cukup terperangah mendengar ini. Apa dia bilang? Tidak ada masalah? Jelas ini masalah besar. Tidak tahukah betapa berdebarnya jantung Minyoung sekarang?

"Tapi--"

"Kau tahu aku tidak akan melakukan macam-macam padamu."

Minyoung terdiam mendengar itu. Ia masih tidak percaya dengan ucapan Jimin. Kalau ada kesempatan, bisa saja hal yang tak diinginkan terjadi, ya 'kan?

Ah, tidak. Itu hanya akan terjadi di dunia khayalnya saja.

"Tidur saja di kamarku. Aku akan tidur disini," ujar Jimin seraya mengelus lembut puncak kepala Minyoung.

Ini ... pertama kalinya Jimin mengelus Minyoung dengan lembut. Dan itu sukses membuat Minyoung tersipu.

"Kau sedang sakit. Jadi lebih baik kau tidur di kamarmu. Aku akan menemanimu."

Mata Jimin terbelalak setelah mendengar itu. Minyoung yang baru tersadar karena ucapannya hanya bisa merutuki dirinya. Ah, ia tidak bermaksud--

"Geureom."

Jimin pun bangun dari sofa lalu menuntun Minyoung untuk mengikuti langkahnya. Mereka pun tiba di depan kamar Jimin.

Perlahan Jimin membuka pintu berwarna coklat kamarnya, dan itu sukses membuat jantung Minyoung terus berdetak kencang seiring langkahnya memasuki kamar.

Minyoung memperhatikan sekeliling kamar Jimin. Ah, penuh dengan alat musik, dan poster retro. Ini cukup rapi, batin Minyoung takjub.

"Minyoung?"

Minyoung tersadar, lalu menatap Jimin yang sudah duduk di pinggir ranjangnya. Minyoung pun menghampiri Jimin dan ikut duduk di sebelahnya. Uh, ini makin membuat jantungnya terpompa cepat.

"Tidurlah, aku akan menemanimu...."

"Kau tidak akan pergi sampai aku terbangun?"

Minyoung diam sejenak, lalu mengangguk. Kenapa ucapannya seperti anak kecil yang takut ditinggal ibunya? Ah, Jimin manis sekali saat sakit seperti ini.

"Minyoung-ah...."

"Hm?"

"Bisakah aku menggenggam tanganmu sampai aku terbangun nanti?"

Jimin perlahan menarik tangan Minyoung yang memang tak jauh dari jangkauannya setelah ia merebahkan diri di kasur berukuran sedang itu. Minyoung terbelalak kaget saat merasakan genggaman hangat Jimin padanya. Ini....

Lagi-lagi ini adalah pertama kalinya Jimin menggenggam tangannya. Biasanya harapannya pupus ketika jalan berdampingan dengan Jimin, dan berharap Jimin akan menggenggam tangannya. Namun ini?

INDIFFERENT Boy X Girl (Park Jimin BTS Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang