Kenapa?
Kata yang selalu mengawali hampir semua pertanyaan gadis bernama Gita Ezra Aulia sejak ia kecil, saat dimana ia masih hanya memerlukan jawaban sederhana dari mulut lembut nan tegas sang ayah."Kenapa burung bisa terbang yah?"
Tanya Gita pada sang ayah saat mereka mengamati sarang burung kecil namun terlihat hangat di halaman belakang rumah mereka.
"Karna burung punya sayap sayang" Jawab ayah sederhana
Bukan karna ayah tidak bisa menjawab lebih jelas namun itu adalah jawaban yang paling mudah dimengerti oleh gadis kecil berusia 6 tahun bernama Gita.
"Kenapa burung yang besar kasih makan anaknya?"
Ayah: "Karna dia sayang sama anaknya"
Gita: " Sama kaya ayah sayang aku?"
Ayah: " Engga sama dong sayang ayah lebih banyaaaaaaaaakk buat Gita"* jawab sang ayah sambil membuat bentuk lingkaran sebesar-besarnya dengan kedua tangan kokohnya yang selama ini selalu menggenggam tangan Gita.Bunda: "Ayah!Gita! Sini ayo dimakan dulu sosis bakarnya, kita makan bareng-bareng"
Kedua ayah dan anak itu berlari menghampiri meja bbq yang sudah disiapkan sang bunda, dengan saling bergandengan tangan, mengayunkan gandengan mereka seakan mempererat keakraban mereka.
Gita: " wah bunda mau kasih makan aku kaya burung, asiikk"
Bunda: "hah.. ko kaya burung sih gita? Ayah kamu ajarin apa? Pasti deh jadinya aneh-aneh"
Ayah: " eh jangan gitu dong bun,, aku ga sesesat itu, tanya dulu anaknya kenapa? "
Bunda:" kenapa kaya burung?"
ayah langsung memberi instruksi pada anaknya untuk menjawab pertanyaan bunda dengan jawaban yang ia katakan tanpa suara di belakang bunda yang tidak menyadari aksinya
Gita: " kata ayah soalnya bunda gendut kaya induk burung"
Ayah:" eee.. ko kata ayahh jadinya" elak sang ayah sambil memasang muka tak bersalah
Gita tertawa lepas saat sang ayah seketika mendapan serangan bertubi-tubi dari bunda.
Gita: " engga buunn, bunda aku kan cantik, baik, solehah, tidak sombong, kaya burung soalnya sama-sama sayang sama ananya gitu."
Akhirnya bunda menghentikan serangannya yang sudah memporak porandakan isi perut ayah karna tertawa
Ayah: " iya gitu bun " timpal ayah sambil memberi sorot mata berbinar tanda terima kasih yang tentu saja didramatisir kepada Gita yang sudah menyelamatkan isi perutnya yang mungkin ia keluarkan kembali jika serangan terus berlanjut
"Tuu bunda suka manyun gitu, mau nyaingin keimutan aku?".ujar gita kesal. Ia memang ga mau ada yang buat perhatian orang lain teralih darinya, mungkin karna ia anak tunggal sehingga ia ingin memiliki dalam segala hal termasuk perhatian.
"Engga ko Gi mana ada sih yang nyaingin imutnya kamu, gara-gara ayah nie masa bilangnya bunda manyun itu mau nyaingin imut dia" ujar bunda kesal dan menghilangnya beberapa inci dari panjang bibirnya.
Kini gita rindu saat-saat dimana hidupnya selalu sederhana bahkan sangat sederhana, ketika ia tidak perlu menyelesaikan masalah di hidupnya, saat tak ada yang mencoba mencampuri dan mengisi hidupnya, saat tak perlu pula menata urusan hati yang pelik dan kadang tak dapat diatasi kecuali dengan waktu.
Rindu saat ia hanya menanyakan hal sederhana untuk menjawab rasa penasaran saja, bukan pertanyaan yang iya ucapkan dengan kerongkongan yang tertahan karena isak yang ia coba sembunyikan, pertanyaan yang ayah pun tak bisa menemukan jawaban yang dapat gita mengerti.
Kini gita adalah seorang gadis remaja berusia 16 tahun saat dimana kini tak ada lagi pertanyaan sederhana tak ada lagi yang menggandeng tangannya tak ada lagi yang melindungi juga merasakan rasa sakitnya.
4 tahun yang lalu saat hari kelulusannya dari sekolah dasar, ayah hendak memberikan kejutan pada gita sebagai hadiah atas kelulusannya namun apa yang terjadi nyatanya betul-betul mengejutkan gita saat itu selalu ada di ingatannya meski ia selalu berusaha melupakannya. Saat ia melihat ada darah yang mengalir di pelipis sang ayah, saat tak lagi ayahnya dapat bergerak, saat tak terhembus nafas hangat dari hidungnya, saat hanya sirine mobil polisi yang terdengar jelas di antara suara riuh orang yang menyaksikan kecelakaan tragis yang merenggut seorang ayah dari gita ezra aulia
Ayah membeli sebuah boneka yang sangat besar untuk gita sebagai hadiah. Namun yang terjadi saat ayah menyebrang jalan gerakan dan pandangannya terbatasi oleh boneka yang ia bawa dengan ukuran bahkan mungkin lebih besar dari dirinya sendiri, hingga tabrakan itu terjadi, sang boneka beruang itu tersenyum menyaksikan ayah gita terpental dan bersimbah darah hingga akhirnya merenggut nyawanya.
Saat itu pertanyaan tanpa jawaban pertama kali terucap dari mulut gita, pertanyaan yang selalu tersenggal di kerongkongannya, seakan jantungnya berhenti berdetak saat ia coba mengucapkannya.
"Kenapa ayah pergi? Lama bahkan selama-lamanya ga bilang aku "
Mulai saat itu semua berubah, dalam hal apapun kini semua berbeda, tak ada lagi bunda yang perhatian dan lembut, hanya ada bunda yang super sibuk dan menuntut semua berjalan sesuai keinginannya. Tentunya satu hal berubah maka akan merubah segala hal, termasuk semua dalam diri gita.
" Berubah? Ini gue, gue ya gue, andai kalian tau ini semua cuma pelampiasan karna gue ga bisa buat semua hal sama kaya dulu, ga bisa bikin semua orang liat gue sebagai gue yang dulu "
Semua perubahan gita hanya untuk menutupi kelemahannya yang ternyata malah membuatnya semakin lemah dan rapuh.
DAN INI GITA YANG SEKARANG DENGAN SEGALA HAL YANG IA RUBAH DALAM DIRINYA.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
Teen FictionAda banyak kata kenapa dalam hidup seorang Gita Banyak juga mengapa tanpa jawaban(?)