Bunda berubah, sekarang aku tahu itu memang sudah seharusnya. Tapi apa perubahan bunda buat semua lebih baik? Jawabannya engga, sama sekali engga. Bunda berubah dengan perubahan yang salah dan memeperburuk semuanya. Cuma memperburuk.Di hari kematian ayah, bunda enggak bisa bilang apa-apa dan aku tahu itu waktu buat diri bunda bergelut dengan batin kacau dan realita, kenyataan bahwa kehilangan orang yang disayangi begitu cepat sangat menyesakan.
Di hari itu bahkan bunda gak nangis sedikitpun,itu membuatku mengerti sedalam apa kesedihan tanpa isakan, hanya nafasnya tersendat dan terdengar gemeletuk gigi rapihnya yang menandakan emosi yang tak terbaca.
Setelah lama berada di sisi bunda tanpa berani berkata apapun pada bunda akhirnya bunda mengatakan hal yang membuat aku mencoba menjalani hari-hari berikutnya.
Gita setelah pemakaman ayah selesai kita tinggal bedua jalanin semuanya, bunda janji semua akan baik-baik aja dan bunda yakin ayah mau kita kuat dan kompak.
Janji Gita jangan pernah ninggalin bunda?.Kata terakhir bunda ucapkan sambil mengacungkan jari kelingking tangan kanannya, saat itu mataku masih menatap kedalaman pandang bunda sejak mengucapkan kata pertama, setelah bunda mengulas senyum seakan mengatakan semua akan baik-baik saja, seketika aku ikut tersenyum dan menyambut jari kelingking bunda dengan jari kelingking milikku, entah kenapa aku merasakan ayah ikut bartaut menjadi saksi antara aku dan bunda, saat itu kami bisa merasakan kerapuhan satu sama lain, berbagi kekuatan atas kehilangan sosok yang sama dan akan menjalani hari-hari yang sama pula hanya berdua.
Antara kami berdua tidak ada yang rela mengakhiri situasi ini dengan melakukan satu gerak atau bahkan mengatakan sepatah katapun.
Hanya satu saat cairan bening menyeruak dan menggenang di pelupuk mata bunda, aku menepis tautan kami dan berteriak histeris memanggil bunda sambil dengan cepat mendekap hangat tubuhnya.
Kurasakan tubuh yang kudekap bergetar hebat dengan isakan yang dapat kurasakan walaupun tanpa suara. Pakaian bagian pundaku terasa basah oleh cairan hangat yang bunda tak kuat lagi membendungnya, menandakan semua emosi yang bergemelaut di hatinya kini tumpah. Seakan ada kekuatan yang melelehkan kesedihannya saat mendekapku.
*******
Setelah pemakaman ayah selesai sampai kami tiba di rumah bunda hanya diam dengan ekspresi tak terbaca, hanya ada kilat kesepian dan entah kenapa aku melihat rasa takut dan khawatir dalam kedalaman mata bunda.
aku tak berani dan sampai hati mengganggu keheningan bunda, bahkan bunda seakan membangun dinding tinggi tak kasat mata untuk membatasinya dengan orang lain. Aku memutuskan untuk masuk ke kamarku, ruangan hasik rombak ayah yang semula gudang loteng di tangannya menjadi kamar minimalis bercat putih dengan langit-langit yang miring mengikuti bentuk atap yang menutupinya.
Kuhempaskan tibuhku yang terasa pegal di beberapa bagian, terasa kebas dan memcoba meninggalkan rasa senggal di tenggorokanku juga rasa sayat di hatiku setiap mengingat apa yang terjadi saat ini.
Tanpa aku sengaja aku tertidur dan setelah aku terbangun ternyata semua berubah total, dan tak ketinggalan itu juga merubahku menjadi....
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
Teen FictionAda banyak kata kenapa dalam hidup seorang Gita Banyak juga mengapa tanpa jawaban(?)