Chapter 2

18.2K 623 17
                                    

Dhika dan Lita baru saja sampai di rumah mereka, dengan sedikit kesulitan Thalita menuruni mobil dan di bantu oleh Dhika."hati-hati sayang" ucap Dhika membantu Thalita keluar. Thalita berjalan bersama Dhika dengan memegang perut buncitnya.

Dhika membawa Thalita menuju kamar mereka, dan membantu Thalita untuk duduk di atas ranjang. "kamu lelah?" Tanya Dhika yang di angguki Thalita. "aku akan siapkan air hangat untuk kamu, sebentar yah sayang" Dhika berlalu pergi.

Thalita terdiam dan masih merenung memikirkan hidupnya. 'tinggal dua bulan lagi, Ya tuhan kenapa waktu berlalu begitu cepat. Bagaimana ini? bisakah aku mengurus kedua buah hatiku nanti? Kenapa takdir sekejam ini?' batin Thalita

Thalita tersentak saat merasakan sesuatu yang lembut membelai pipinya. "melamun apa sih?" Tanya Dhika yang ternyata sudah duduk di hadapan Thalita.

"bukan apa-apa, sayang" ucap Lita berusaha untuk tetap tersenyum.

'kenapa aku merasa Thalita tengah menyembunyikan sesuatu yah' batin Dhika. "ya sudah ayo aku antar kamu ke toilet"

Satu jam sudah berlalu, Thalita tengah menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. Menunggu Dhika yang sedang membuatkan makanan dan susu hamil.

"sayang, sedang apa kalian di dalam? Mama sangat tidak sabar menantikan kelahiran kalian berdua" ucap Thalita mengusap perut buncitnya.

Aku mohon, ijinkan aku bersama Dhika. aku ingin menebus semua kesalahanku dan bersamanya. Setelah itu aku akan menuruti keinginan kamu, mas...

Baiklah,, satu tahun aku beri kamu kesempatan untuk kembali bersama bajingan itu. Setelah itu, aku akan kembali merebutmu dan kita meninggalkan Negara ini. Kalau kamu ingkar, jangan harap Vino dan juga laki-laki yang kamu cintai selamat....

"hikzz...hikz... mama harus bagaimana?" isak Thalita yang tak mampu lagi menahan beban ini. Mendekati kelahiran kedua anaknya bukannya bahagia, Thalita malah merasa takut dan sedih karena itu berarti waktunya telah selesai dan dia harus meninggalkan Dhika dan juga kedua anaknya.

"dengar yah sayang, kalau nanti mama tidak bisa menemani kalian lagi. Tolong maafkan mama, dan jaga papa kalian yah. Mama terpaksa hanya akan membawa abang Vino, karena mama tidak mau papa kalian kembali hancur seperti dulu. Jadi kalian harus tetap bersama papa kalian yah dan jaga dia untuk mama. Maafkan mama sayang" isak Thalita mengusap perutnya.

"mama sayang kalian berdua" tambah Thalita menghapus air matanya saat mendengar suara pintu terbuka.

"ini susunya di minum dulu sayang" ucap Dhika menyodorkan gelas berisi susu coklat ke Thalita dan Thalita segera meneguknya hingga tandas. "sayang, ada apa? kamu nangis?" pekik Dhika kaget dan menghapus air mata Thalita di sudut matanya.

"tidak apa-apa sayang, aku sedang mengajak bicara kedua anak kita dan entah kenapa rasanya sangat terharu. Sebentar lagi mereka akan lahir kedunia ini. Pasti rumah ini akan ramai dengan suara tawa anak-anak" kekeh Thalita tetapi air matanya kembali luruh membasahi pipi.

Dhika menatap Thalita dengan seksama, Dhika merasa kalau Thalita menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi Dhika tidak ingin memaksanya.

"aduhh" pekik Thalita

"ada apa sayang?" Tanya Dhika

"kedua bayi kita nendang" ujar Lita membuat Dhika tersenyum dan mengelus perut Thalita.

"mereka lagi apa yah, sampe nendang-nendang gini" kekeh Dhika membuat Thalita tersenyum.

"aktif banget mereka" kekeh Lita yang sama-sama mengelus bagian perut yang menonjol karena ulah kedua anak-anak mereka.

"tenanglah sayang, jangan menyakiti mama kamu" ucap Dhika mengecup perut Lita yang menonjol. Dhika sengaja mengangkat pakaian Thalita hingga memperlihatkan perut putih bulatnya. Dhika bergumam seakan membacakan doa untuk kedua buah hatinya dan mengecup perut Thalita dengan lembut. Tak lama perutnya kembali tenang.

Dhika mengangkat kedua kaki Thalita ke atas pahanya. Sudah rutinitas Dhika setiap malam memijit kaki Thalita yang bengkak dan kelelahan. "kaki kamu semakin bengkak sayang, kamu harus banyak beristirahat. Sudahlah jangan melakukan lagi operasi yang membuatmu berdiri lama. Dokter Chaily sudah ada dan dia bisa menggantimu untuk sementara" ucap Dhika.

"aku ingin selalu bersamamu" ucap Lita

"kita bisa bersama sayang, aku akan makan siang di rumah dan pulang cepat" ucap Dhika

"aku tidak mau, aku ingin disisi kamu setiap menit. Aku gak mau jauh dari kamu, Dhika" ucap Lita sendu.

"ada apa sayang? kamu terlihat takut kehilanganku?" Tanya Dhika

"aku hanya ingin terus bersamamu, apa salah?" Tanya Lita cemberut

"tidak sayang, kamu tidak salah. Kamu boleh kok deket sama aku kapanpun" ucap Dhika.

"apa Vino sudah tidur?" Tanya Lita

"sudah, barusan aku lihat dia sudah tertidur" ucap Dhika dan Lita mengangguk paham. Dhika masih fokus memijit pelan kedua kaki Thalita yang terlihat bengkak. Thalita menatap wajah Dhika dengan seksama.

Dhika tak pernah merasa lelah dan cape untuk memanjakan Thalita, walau di rumah sakit dia harus melakukan pekerjaan double. Sebagai Direktur utama dan Dokter bedah. Karena Hans sudah mengundurkan diri dan pindah ke Negara Swedia bersama keluarganya. Tetapi Dhika tidak sendirian memimpin rumah sakit karena ada pak Handoko tangan kanan papinya dan sekarang menjadi tangan kanan Dhika dan juga ada 3 orang asistennya yang membantunya mengurusi beberapa berkas di rumah sakit dan juga dia memiliki 5 orang sekretaris dengan tugas mereka masing-masing.

"sayang" panggil Lita membuat Dhika menengok menatap Thalita. "apa kamu tidak merasa lelah?" Tanya Thalita

"tidak sayang, kamu sudah ngantuk?" Tanya Dhika

"belum, aku masih ingin menatap wajahmu" ujar Thalita membuat Dhika tersenyum manis dan kembali memikit kaki Thalita.

"jangan buat Dhika hancur lagi, tuhan. Aku mohon, buatlah dia bahagia tanpa ada aku disisinya' batin Thalita.

Mr. PsycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang