Chapter 5

9.1K 397 32
                                    

Thalita tengah beristirahat di dalam kamar inapnya, saat ini dia tengah sendirian karena Dhika harus pulang dulu mengganti pakaiannya. Mereka masih berada di kota Bandung.

Ceklek

"sayang, kamu sudah kembali?" Tanya Lita yang baru saja hendak memejamkan matanya tetapi tidak jadi saat mendengar suara pintu di buka.

"iya sayangku, aku sudah kembali. Apa kamu begitu merindukanku, sayang?"

Deg

Thalita mematung di tempatnya, tak jauh darinya Farel tengah berdiri dengan menggunakan jas berwarna abunya.

"ka-kamu !!!" pekik Lita yang sangat kaget

"kenapa ekspresimu seperti itu? Bukankah kamu begitu merindukanku?" Tanya Farel sarkasis.

Thalita tidak menyangka kalau Farel akan datang secepat ini, Thalita bahkan baru sekali menyusui kedua bayinya.

"aku datang untuk menjemputmu, my wife" ucapnya dengan seringai di bibirnya.

"tidak, aku tidak mau" ujar Lita masih berusaha menggapai alat untuk menekan tombol darurat tetapi terlambat karena Farel menahan pergelangan tangannya dan mencengkramnya erat membuat jarum infusan di pergelangan tangannya semakin menusuk ke dalam pembuluh darahnya.

"apa yang kamu katakan? Kau ingin berkhianat padaku?" Tanya Farel penuh penekanan dengan masih menekan pergelangan tangan Lita membuat darah keluar dan terhisap oleh selang infusan.

"arghhh !!" ringis Thalita. "aku mohon beri aku waktu mas" ucap Thalita dengan lirih dan menahan sakit di pergelangan tangannya.

"waktu? Masih belum cukup selama satu tahun ini?" Tanya Farel

"ku mohon, aku masih ingin bersama kedua buah hatiku. Setidaknya aku ingin menyusui mereka selama tiga bulan" ucap Lita

"TIDAK !!!!" bentak Farel membuat Lita terpekik kaget dan semakin ketakutan.

"aku mohon, beri aku tambahan waktu. Aku pasti akan meninggalkan Dhika" ringis Thalita

"kau pikir aku bodoh?" Tanya Farel menatap Thalita dengan tajam.

"kali ini aku berjanji, aku akan kembali padamu setelah tiga bulan berlalu. Aku sendiri yang akan datang padamu bersama Vino" janji Thalita dengan sudah berurai air mata. Rasa sakit di pergelangan tangannya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

"baiklah, aku pegang janjimu. Dan jangan coba-coba kabur, karena aku akan selalu mengawasimu" ucap Farel dengan tajam dan berlalu pergi meninggalkan Thalita yang meringis kesakitan. Thalita menangis sejadi-jadinya, hatinya terasa sangat sakit.

"sayang !!" pekik Dhika melihat pergelangan tangan Lita yang sudah berdarah dan terhisap oleh selang infusan. "kenapa bisa seperti ini" ucap Dhika menyetop aliran infuse dan mulai memeriksa tangan Thalita yang terlihat bengkak dan berdarah. Dhika menekan tombol darurat hingga tak lama seorang suster datang dan membenarkan alat infuse itu. Karena tangan Thalita yang sudah bengkak dan sulit di gerakkan, infusan terpaksa di pindahkan ke tangan lainnya.

Suster sudah berlalu pergi setelah mengganti infusan di tangan Thalita. Thalita masih menatap kosong ke depan dengan tangis yang tak berhenti luruh membasahi pipi."apa sangat sakit?" Tanya Dhika mengecup tangan Thalita yang sudah di perban, Thalita hanya terdiam menatap wajah Dhika yang meniupi dan mengecup luka di tangannya. Tangis Thalita tak berhenti dan semakin menangis terisak. 'bagaimana ini?' Batin Thalita menatap terus wajah Dhika.

"sayang, ada apa? apa sakit sekali?" Tanya Dhika khawatir melihat Thalita yang menangis tidak berhenti.

"peluk aku Dhika, aku mohon" gumam Lita lirih dan Dhika langsung memeluk tubuh Thalita. Dan Thalita langsung menangis sejadi-jadinya di pelukan Dhika membuat Dhika semakin kebingungan. Tetapi Dhika tetap mengelus punggung Thalita dengan lembut.

***

Claudya datang ke sebuah Club untuk menghadiri sebuah party sahabatnya, Claudya duduk di bar tender dengan salah seorang teman wanitanya sambil menikmati segelas vodka.

"serius loe, dia ada di Indonesia? Wah asyik dong kita bisa ajak dia jalan bareng" ucap Claudya antusias kepada teman wanitanya yang bernama Minhatin.

"iya serius Claud, ngapain gue bohong. Si Emilly liburan bareng sama suami dan anaknya" jelas Minha seraya menyeduh minumannya.

Claudya dengan temannya yang bernama Minha sedang asyik berbincang-bincang hingga pandangan Claudya terarah ke arah laki-laki yang tengah menatapnya tajam. Penerangan yang minim membuat Claudya kesulitan untuk mengenali wajah laki-laki itu.

"ada apa, Claud?" Tanya Minha

"gue ke toilet dulu yah" Claudya berjalan menuju toilet wanita.

Di dalam toilet, Claudya merenung memikirkan siapa laki-laki tadi, wajahnya sungguh taka asing baginya. Claudya membasuh wajahnya dan mengelapnya dengan tissue yang ada disana. Di rasa sudah rapi, Claudya berjalan keluar toilet.

Deg

Langkah Claudya terhenti saat seseorang menghalangi langkahnya. Mata Claudya membelalak lebar melihat siapa laki-laki berbadan tegap di hadapannya.

"ternyata benar, ini kamu Claudya Ananda Lauwrent" ucap seseorang dengan tajam.

"Fa-Farel" cicit Claudya masih kaget.

"lama tak jumpa, nona Claudya" ujar Farel dengan penuh penekanan. "sepertinya kau tak sesenang aku yah, kita bisa bertemu kembali" tambah Farel, Claudya masih terdiam membisu dengan tatapan takutnya melihat Farel di hadapannya. Claudya merasa ini adalah mimpi terburuknya karena kembali bertemu dengan sosok Devil.

Mr. PsycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang