Very Last Thing

3.1K 330 17
                                    

Hai hai... ini adalah 2 chapter terakhir guys... aku ganyangka, awalnya yang pengen bkin ff yang happy2 aja tp gtw nya jd byk sedih2annya begini...

Maaf kan jg aku yg lama updatenya huee...

Jadi skrg...

Enjoy aja... hehe

Ngomong2 skrg ud byk ff dramione ya.. dl inget banget aku, kalo di watty masih sedikit bgt yg suka sama pairing itu. Wkwk writer sesama penulis dramione masih seiprit bgt.. tp skrg ud byk... baguslah hehe. Guys, don't forget to always supporting dramione!!

Feltson is not real, but Dramione may be real... their romance feel so dark, but sweet and touching in many ways :D

***

Operasi Lyn segera di lakukan dengan donor ginjal dari Ginny. Draco sibuk menunggui gadis itu sedangkan Harry sedang mengurus beberapa administrasi rumah sakit perihal kematian wanitanya.

Draco tidak mau berkata banyak di hadapan Harry. Ia tahu bahwa pria itu sedang berusaha keras menekan kesedihannya. Draco sudah mengenal Harry dan Ginny selama separuh hidupnya. Dan ia berharap bahwa di balik tragedi ini, sahabatnya itu akan mendapatkan kebahagiaan.

Setelah menunggu waktu yang menurut Draco begitu lama, Lyn yang sudah selesai di operasi segera di pindahkan ke ruang rawatnya lagi. Langkah panjang Draco dan Harry mengikutinya. Bahkan Harry daritadi mengamati Lyn dalam diam.

Sungguh Draco sama sekali tidak bisa menebak apa isi kepala Harry saat ini.

Harry sibuk merenung. Apa memang sudah begini jalannya? Jujur saja Harry sedikit tertarik pada gadis ini saat gadis itu terjatuh dari tangga tempo hari. Bahkan dirinya sering curi-curi pandang terhadap Lyn. Astaga dia terdengar seperti pria pengkhianat saat ini. Betapa jahatnya ia pada Ginny.

Mereka berhenti ketika salah seorang perawat memberitahu mereka bahwa Hermione mencari mereka.

"Pergilah Draco. Aku akan menjaga Lyn sampai dia sadar." Tawar Harry.

Draco tidak banyak bicara dan hanya mengangguk. Saat ini, dia cemas pada keadaan Lyn, tapi setidaknya ada Harry yang akan menjaganya.

Draco menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju ke ruang rawat Hermione. Wanita itu terbaring dalam balutan perban seperti terakhir kali Draco melihatnya. Tapi dia tidak bersikap terkejut, sedih ataupun frustasi. Wanita itu dia... tetap tenang.

"Mione?" Panggil Draco ketika pria itu rasa wanita itu tengah melamun.

"Aco? Bagaimana keadaan Lyn?" Tanya Hermione yang sudah begitu penasaran.

"Dia terluka, membuatnya harus menerima donor ginjal.. sampai beberapa saat sebelumnya kami tidak menemukan donor yang cocok." Jawab Draco sambil menarik kursi ke sisi ranjang Hermione.

"Astaga, dia pasti kesakitan... lalu bagaimana sekarang?" Tanya Hermione lagi.

"Dia sudah mendapat donor ginjal Mione. Dari Ginny..." Hermione menangkap nada sedih dari ucapan Draco.

"Lalu Ginny kemana? Aku ingin berterimakasih padanya karena sudah membantu Lyn.." tanya Hermione balik.

"Kita sudah tidak bisa menemuinya Mione, maaf.." Draco menunduk dalam, rasa sesak kembali menghantam dadanya keras.

Draco merasakan mata nya mulai berair, memperhatikan Hermione yang tertawa hambar, berusaha menyangkal kenyataan.

"Ginny, aku ingin melihatnya. Dia pasti di depan kan menunggu aku dan Lyn? Katakan Draco, katakan..." Hermione bersikeras bangkit dari tempat tidurnya dengan air mata menggenang di kedua bola matanya.

Tak lama air matanya turun, mengalir ke perban putih yang membalut seluruh wajahnya.

"Terima kenyataannya, Mione. Ginny sudah tenang di sana.. kumohon jangan begini.. kau akan membuat Harry tambah sedih" pinta Draco. Kali ini dia terisak lagi, karena memang sesungguhnya dia juga amat tertekan dengan semua ini.

Rasanya menakutkan seperti akan kehilangan 3 orang yang kau sayang sekaligus.

Sebuah sinar terang yang membutakan muncul di tengah-tengah mereka menampakkan Edguar dengan wajah frustasinya.

"Nak, ini yang terakhir..." Draco menghapus air matanya, terkejut karena waktu test terakhir yang begitu dekat dengan sebelumnya.

"Ini bukan waktu yang tepat ayah! Ginny... Ginny pergi...." isak Hermione akhirnya, berusaha menumpahkan semua gundahnya pada sang ayah.

"Maafkan aku yang tidak bisa berbuat apa-apa soal itu nak..." ucap Edguar menyesal mendengar kabar tersebut.

"Ini bukan kesalahan siapapun, Mr Granger. Hanya saja, memang sudah seperti ini jalannya.." ujar Draco bijak.

"Aku mengerti... Mione, kuat kan hatimu..."

"Aku benci dengan diriku. Sepertinya semua ini salah ku. Jika saja aku tidak keluar dari lukisan itu... Ginny..  tidak akan bertemu Lyn dan Lyn..." Hermione tidak sanggup meneruskan perkataannya

"Jika kau tidak keluar dari sana, Lyn akan terus menderita. Jika kau tidak ada disini, Ginny akan tetap pergi cepat atau lambat... Mione, kumohon jangan menyalahkan dirimu sendiri" pinta Draco lagi.

Edguar menyela Hermione sebelum wanita itu berkata-kata lagi.

"Kalau kau ingin semua berakhir, kau bisa memilih jalan itu nak...

Test ketiga, yang akan menentukan semuanya.

Kau harus memilih... tetap disini dan Lyn akan selalu abadi...

Atau...

Kembali ke lukisan dan membiarkanku mengakhiri hidup abadinya."

Draco menggeleng cepat.

"Mione tidak boleh kembali ke sana dan menderita sendirian, Mr Granger." Ucap Draco tegas.

"Well, inilah disaat kau di hadapkan pada pilihan yang sama sulitnya dengan putriku.

Kau juga harus memilih nak. Mengikuti Hermione masuk ke lukisan itu, atau tetap disini dengan segala kehidupan indahmu..."

Mereka berdua membeku. Apa lagi ini, Merlin....

***

Aduh udh gtw lagi. Ini cuma nerusin naskah yang kuketik 2 bulan lalu. Wkwkwk

Semoga ga mengecewakan.

Dtggu fin chap nya. Sori ga bs bkin panjang2.. krn mmg dr awal buat ud di ksh tau kalo ini cerita emg singkat dan alurnya cepat.. ehehe...

Jgn lupa vommentnya yahh

See u next chap ^^

Mampir2 jg ke work baruku, judulnya Eternal Crystal dan Daddy Little Prince ^^

[END] Dramione-Deathly LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang