The Story Behind that Smile

6.1K 719 27
                                    

Happy reading yaa ^_^

***

Ginny mengajak Draco, Harry, dan Hermione untuk duduk di sofa dalam ruangan itu.

Ginny menjelaskan kepada mereka bahwa ia mendapatkan lukisan itu di daerah Asia Tenggara. Sang pemilik lama lukisan itu memberikan lukisan itu bersamaan dengan sebuah kitab kuno.

"Didalam buku itu diceritakan bahwa dulu, gadis ini tinggal disebuah desa yang damai. Di desanya, ia merupakan anak perempuan yang paling cantik. Banyak laki laki berlomba-lomba untuk mendapatkan kesediannya atas lamaran mereka.

Namun ia sama sekali tidak menyukai satupun dari mereka. Karena itu, salah satu dari mereka mengutuk gadis it-"

"Namanya Hermione. Panggil saja ia begitu. Daripada gadis itu, gadis ini. Tidak enak kedengarannya." potong Draco.

Ginny hanya mengangguk kemudian melanjutkan lagi ceritanya.

"Mereka mengutuk Hermione sehingga ia terperangkap di dalam lukisan itu. Awalnya mereka tidak percaya bahwa hal itu benar-benar terjadi. Sehingga sang ayah membawa seorang gadis yang wajahnya rusak hingga tak bisa dikenali dan mengakuinya sebagai putrinya yang terkena kutukan.

Para lelaki yang melihatnya bergidik ngeri karena wajah hancur si gadis pengganti. Mereka semua berlari karena tidak ingin gadis itu menjadi istri mereka. Ayah Hermione sedih karena ternyata tidak ada satupun pemuda yang mencintai Hermione dengan tulus. Mereka menyukainya hanya karena parasnya yang cantik." Ucap Ginny.

"Lalu bagaimana selanjutnya? Kemana ayah Hermione sekarang?" Tanya Harry.

"Tentu saja sudah meninggal dunia.. hal itu terjadi berabad abad yang lalu." Jawab Ginny.

"Lantas mengapa sekarang dia ada disini?" Tanya Draco yang semakin bingung.

Hermione daritadi hanya berkeliling karena tidak betah terus duduk di sofa.

"Setelah ayah Hermione berterimakasih atas bantuan si gadis pengganti, ia segera membawa Hermione ke tetua desa. Para tetua yang berpengalaman dalam hal hal magis mengatakan bahwa Hermione akan bisa kembali saat ada pria yang dengan tulus menginginkannya dan mengecup lembut lukisan itu. Itulah mengapa dia disini sekarang. Ini gara gara dirimu bodoh" ucap Ginny.

"Kalau begitu apa masalahnya? Hei, aku ini benar benar suka padanya. Jadi biarkan saja semuanya seperti ini. Kita hanya perlu melatihnya agar bisa bicara lancar dan hidup normal. Dia cepat beradaptasi kok" kata Draco senang.

"Aku juga tahu itu, Draco. Tapi masalahnya, dibuku itu dikatakan, bahwa nanti, kau akan di berikan sebuah tes. Jika kau tidak bisa melewatinya, maka Hermione akan lenyap selamanya." Kata Ginny muram.

"Tapi jika aku berhasil melewati tes nya?" Tanya Draco lagi.

"Dia akan tetap bersamamu" jawab Ginny.

"Aku yakin, aku akan melewati tes itu demi Hermione." Tekad Draco yang sudah bulat membuat Ginny dan Harry hanya mampu menggelengkan kepala mereka.

"Yasudah jika itu keputusanmu" Ginny mengalah pada akhirnya.

"Tapi bagaimana sifat Hermione dulu? Apakah diceritakan dalam buku itu?" Tanya Harry penasaran.

Ginny terseyum sebentar.

"Dia gadis yang lembut. ia sangat mencintai hewan dan tidak pernah sekalipun berikap kasar pada siapapun, pada apapun. Mau itu manusia, binatang, ataupun tumbuhan sekalipun.

Didesanya, ia terkenal sebagai anak yang suka membantu dan murah senyum. Hanya saja... dulu dia bisu. Para lelaki yang mengejarnya tidak mengetahuinya karena memang Hermione jarang sekali mau berinteraksi dengan lelaki." jawaban Ginny membuat Draco terkejut.

"Hei, tapi tadi dirumah dia bicara... dia memanggilku Aco..." kata Draco.

"Aku juga tidak mengerti..." Ucap Ginny kebingungan.

"Aku.. bukannya... tidak bisa..bicara...
Aku hanya.. tidak mau" ucap sebuah suara.

Mereka bertiga menoleh serempak. Disana Hermione sedang tersenyum lembut ke arah mereka.

"Kau bisa.. bicara? Lalu kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku dirumah tadi" gerutu Draco.

Hermione tertawa. Jenis tawa renyah yang begitu halus, bahkan sanggup membuatmu mematung.

"Aku.. hanya.. mengetesmu.. kebanyakan pria.. marah ketika pertanyaan mereka.. tidak...ku jawab" ucap Hermione sedikit tersendat sendat.

"Apakah gaya bicaramu memang seperti itu?" Tanya Harry.

"Ti..dak.. hanya saja... aku.. sudah... terlalu lama.. tidak bicara..." jawab Hermione.

"Kalau begitu kau menulis saja.. kau bisa menulis kan?" Usul Ginny.

Hermione mengangguk menyambut pena dan kertas dari Ginny.

Pertama ia memandang kedua benda itu aneh.

"Ahh.. kau baru pertama kali melihatnya kan? Itu yang selebaran sama saja dengan perkamen. Dan yang seperti stik itu adalah pena. Tidak perlu dicelupkan dalam tinta kok. Didalamnya sudah tersedia. Coretkan saja pada kertasnya. Maka akan keluar tinta didalamnya" jelas Ginny secara singkat.

Seperti kata Draco, Hermione merupakan gadis yang cepat beradaptasi.

aku, lupa nama asliku... jadi sepertinya aku akan memakai nama yang Aco berikan

"Hei, namaku Draco. Bukan Aco" desis Draco.

Aku lebih senang memanggilmu Aco. Nama Draco membuatku sedikit ngeri.

"Karena artinya naga? kau takut karena itu?" Tanya Harry.

Dijaman kami, sering sekali naga menyerang ke desa. Jadi, yah begitulah. Siapa namamu?

"Ahh, namaku Harry Potter." Jawab Harry.

"Kau tidak menanyakan namaku?" Tanya Ginny pada Hermione.

Namamu Ginny kan? Aku tahu... kau sudah sering bercerita denganku

Ginny terkejut membacanya.

"Jadi selama ini aku bercerita padamu, kau bisa mendengarnya?!" Pekik Ginny tidak percaya.

Tenang saja, aku akan merahasiakannya kok... Tenang saja...

"Ughh baiklah, aku pegang kata-katamu, Hermione." Ucap Ginny akhirnya.

"Ngomong-ngomong, apa alasan kau keluar dari lukisan saat Draco mengecup lukisanmu?" Tanya Harry ingin memperjelas semuanya.

Hmm aku juga tidak tahu. Sebenarnya dia sama saja dengan para lelaki yang mengejarku. Tapi saat aku memutuskan ingin mengujinya, ia lolos...

"Memang apa yang kau lakukan untuk mengujiku?" Tanya Draco heran.

Aku sering keluar dari sana. Selama beberapa abad ini, ada beberapa pria yang cukup aku sukai... tapi saat aku menampakkan diri seperti yang aku lakukan padamu tadi pagi, mereka tanpa akal sehat langsung menyerangku seperti binatang.

Tapi kau berbeda... kau menjaga tubuhku dengan baik meskipun aku tahu kau kesulitan menahan nafsumu sendiri... dengan penuh kelembutan kau menutupi tubuhku... bahkan menggunakan pakaian almarhum ibumu... aku kagum akan perlakuanmu padaku...

Mereka bertiga membacanya bersamaan dan tersenyum.

"Hoo.. Draco Malfoy sudah jadi pria baik sekarang?" Goda Ginny.

"Aku hanya berusaha menjaganya.. Mommy selalu berpesan padaku untuk menjaga seorang gadis sebaik mungkin... jadi.. begitulah." jawab Draco malu karena pujian untuknya.

Tiba tiba tubuh Hermione bersinar terang membutakan pandangan mereka bertiga.

***

hayolooh kenapa tuuuh...
Wkwkwk ikuti terus yaaa

Jgn lupa vomment nyaaa... :*

[END] Dramione-Deathly LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang