The Begin

15.9K 541 13
                                    

Happy reading^^

****

         Ada macam-macam tipe orang galau pascaputus. Tipe pertama, tipe yang masa bodoh, biarpun galau tapi tetap makan walau kepikiran mantan, tetap shopping walau ingat pernah ditemani mantan, tetap nonton sekalipun film romantis yang mengingatkan tentang mantan tapi tetap ditonton. Pokoknya masa bodoh!

Tipe kedua, tipe yang banyak drama, mau makan malah nangis bombay gara-gara ingat pernah disuapi mantan. Mau tidur ingat pernah dikasih ucapan "met bobo", bukannya tidur malah mewek. Lihat yang pacaran malah mencak-mencak. Stalking-in sosmed mantan terus sebal sendiri gara-gara mantan dekat dengan cewek lain. Pokoknya banyak banget dramanya dan kalau dibuat per episode bisa mengalahkan episode sinetron Tukang Siomay Naik Onta.

Tipe ketiga, ini nih tipe yang lebih bahaya. Tipe pemurung. Kelihatan kayak zombi, hidup tak segan mati tak mau--kehilangan gairah hidup setelah putus. Nonton film komedi tapi tidak ketawa, makan asal-asalan dan tidak peduli kalau badan jadi mirip gentong. Lihat yang mesra-mesraan, tidak peduli. Lihat cowok ganteng dicuekin--mubazir. Jarang senyum dan mager alias malas gerak.

Nina masuk dalam tipe ketiga. Pascaputus dari Marcel, Nina jadi pemurung. Hidup terasa tak lagi berwarna, bagi Nina hidupnya terasa kelabu. Bangun pagi pergi ke butik lalu pulang ke rumah dan setelah itu Nina tidak tahu harus apa. Nina sering kali seperti kebingungan kalau tidak ada lagi yang harus dia kerjakan. Seringnya Nina hanya membaca buku atau berdiam diri. Dan yang saat ini Nina lakukan adalah menonton berita tentang pembunuhan sambil memakan popcorn.

"Asyik banget lo nonton berita pembunuhan kayak nonton film sambil makan popcorn," celetuk Nila--kakaknya Nina.

Nina tidak memedulikan omongan kakaknya, sekalipun kakaknya duduk di sampingnya dan mencuri popcorn-nya.

"Lo nggak malam mingguan?" tanya Nila iseng.

"Lo sendiri?" Nina balik bertanya dengan datar.

"Lah, ditanya malah baik tanya. Gue sih mau di rumah aja nungguin Willy balik. Kalau itu anak pulang lebih dari jam sembilan, gue kurangin lagi uang jajannya." Willy adalah anak perempuan Nila berusia empat belas tahun. Nina geleng-geleng kepala, memang kakaknya itu sedikit sadis kalau soal disiplin waktu. Kalau tidak patuh, ada ganjarannya. Willy sering sekali dikurangi uang jajannya kalau tidak menurut pada Nila.

"Biar gue aja kali yang nungguin Willy, lo kalau mau pergi, pergi aja."

"Nggak, Nin, gue yang pengin lo pergi," ujar Nila.

"Gue udah biasa di rumah kali," sergah Nina.

Kakak-adik itu malah saling mengusir.

"Tapi gue bosen liat lo diem di rumah melulu. Lo tuh bisa-bisa lumutan, mending lo pergi jalan-jalan ke mana kek. Dandan yang cantik terus berburu cowok," Nila berapi-api.

"Gue males. Lagian di jalan pasti macet, belum lagi di mana-mana kafe penuh dan rame. Mending gue di rumah. Tenang dan nggak buang-buang duit." Nina tahu, kakaknya sangat peduli padanya. Nila adalah kakak sekaligus sahabat buatnya. Usia mereka berjarak enam tahun namun mereka sangatlah akrab.

Nila selalu kalah argumen dengan adiknya yang pintar mengelak. Tapi mau bagaimana lagi, adiknya sulit dipaksa. Sekali pantatnya nempel di sofa, bakal terus-terusan di situ. "Nin, jangan karena lo diputusin Marcel, lo jadi begini," ujar Nila tiba-tiba.

"Gue yang mutusin dia," tukas Nina. Nina paling tidak mau dikatakan "diputusin" tapi Nina-lah yang "mutusin".

"Iya, iya. Maksud gue, setelah putus dari Marcel, lo jangan begini dong. Lo tuh harus strong dan jadi Nina kayak dulu. Nina yang ceria."

Kiss Me Tonight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang