What The Hell

6.5K 439 8
                                    

Ini adalah bab tambahan sekaligus mengubah sedikit isi cerita ini. Hope you liked it. Karena saya ingin menunjukkan sisi bitchy Zinda--mantan Yuda--dan ingin menulis interaksi antara Zinda dan Nina. Enjoyed! :)

*****

      Di luar kemampuan Nina meramal--eh sebenarnya Nina tidak punya bakat meramal, cuma menebak-nebak. Di luar kemampuan Nina menebak-nebak seringnya Nina keliru. Tadi malam Nina datang ke Kopitiam, dan Faye sudah berada di sana. Nina akan disidang, dan dia sudah pasrah soal apa pun yang akan Faye tanyakan. Kalau Faye marah, Nina hanya berharap Faye tidak sampai memutus tali persahabatan mereka.

"Hai, Fay, Tasya sama Vera belum datang?" tanya Nina basa-basi.

Faye hanya menggeleng dan itu gawat. Kalau Faye diam berarti Faye sedang marah. Faye pun tidak ada basa-basinya atau cipika-cipiki pada Nina. Nina sudah was-was. Saat Faye bertanya, sidang dimulai.

"Coba jelasin kenapa tadi siang lo bisa ada di apartemen gue sama Yuda," Faye meminta kejelasan.

"Yuda ngajak gue makan siang. Karena menu makan siangnya mi jadi harus di masak dulu. Terus Yuda ngajak ke apartemen lo," jelas Nina hati-hati. "Itu cuma makan siang, Fay. Abis itu gue mesti balik lagi ke butik. Lo kan tahu jam makan siang gue nggak lama."

"Kok Yuda bisa ngajak lo makan siang? Sekarang kalian lagi dekat?"

"Yuda sama gue kebetulan ketemu lagi di Jakarta...."

"Terus kalian sering jalan bareng," Faye menyerobot kalimat Nina.

"Gue nggak bermaksud deketin adik lo."

"Jadi maksud lo, Yuda yang deketin lo?" Faye terdengar sarkastis.

"Bukan gitu tapi...."

"Apa waktu di Jogja, kalian sebenarnya udah saling deket?"

Nina menggeleng. "Gue sama Yuda kebetulan ketemu lagi di sini terus dia suka ngajakin gue makan siang. Itu aja Fay," Nina sedikit putus asa menjelaskannya.

"Yakin cuma makan siang aja?" Faye sepertinya masih tidak percaya.

"Fay, gue sama Yuda nggak ada apa-apa. Lo percaya sama gue kan?" Nina memelas.

"Menurut lo Yuda ganteng?"

Sontak Nina melongo. Tidak disangka Faye akan bertanya seperti itu. Pertanyaan macam apa itu?

Sekonyong-konyong Faye tergelak.

Sial! Ternyata Faye tengah mengerjainya.

"Nggak lucu!" tukas Nina.

"Lucu. Muka lo tadi tegang banget." Faye masih cekikikan. "Jadi menurut lo adik gue ganteng nggak?" tanya Faye usil sembari menjawil pipi Nina.

"Yuda ... lumayan," ujar Nina.

"Lumayan gimana? Lumayan ganteng maksud lo?"

"Udah ah, jangan godain gue terus."

"Liat deh, muka lo merah gitu," celetuk Faye. Tapi Nina pura-pura tidak peduli.

"Ya ampuuun, Nina. Lo tuh hebat banget tahu, bisa deket sama Yuda. Yuda tuh sebenarnya tipe cowok yang susah dideketin. Hebat banget lo bisa makan siang sama tuh anak."

Nina meringis. Sebenarnya Nina tahu Yuda itu tipikal laki-laki yang sulit didekati. Apalagi waktu awal-awal kenal dengan Yuda, Nina sering kesal karena ucapan Yuda yang berbau nyinyiran dan terkadang laki-laki itu pelit kata-kata.

"Biasa aja kali, Fay. Awal-awal gue sama Yuda malah nggak akur. Terus kita jadi suka ngobrol, itu aja," jelas Nina.

"Jangan-jangan Yuda suka sama lo."

Kiss Me Tonight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang