Bagian sepuluh

10K 1K 42
                                    

@YJskPresent.

。。* 。。

"Sebenarnya, apa yang sudah kau lakukan kepada Jongie, Yunho?"

Perhatian Yunho teralihkan dari komputer, ia melihat bibi Yuri berderap menghampiri meja kerjanya dengan sorot marah yang begitu kentara.

"Jaejoong mengurung diri sejak kalian kembali dari kota dua hari lalu. Sesuatu telah terjadi dan tidak ada satu pun dari kalian berniat menjelaskannya kepadaku."

Melepaskan kaca mata baca, jemari Yunho mengusap pangkal hidung lelah. Jadi, ksrena itu bibi Yuri yang biasanya tenang, marah. "Apakah dia sudah sarapan?" ia bertanya. Mengabaikan delikan bibinya.

"Dia tidak menyentuh sarapannya sama sekali. Oh Yunho, aku menghawatirkan Jongie, dia tidak makan malam kemarin, juga tidak makan banyak kemarin siang."

Sejak kejadian dua hari lalu di toko alat musik, Jaejoong mendiamkan Yunho. Yunho membiarkan saja Jaejoong merajuk karena ia pikir esok hari saat piano baru yang ia pesan datang pemuda itu akan tersenyum kembali. Tapi pemuda itu tidak juga keluar kamar dua hari terakhir, hal itu membuatnya mulai merasa khawatir.

Tidak banyak kata dari Jaejoong setelah ia membawa paksa Jaejoong kembali dari kota. Dengan amarah yang baru Yunho tahu di milikki pemuda itu menerobos masuk kastil langsung menuju kamarnya untuk mengurung diri. Hal itu membuat Yunho geli mengingat Jaejoong merajuk karena tidak mendapatkan keinginanya. "Biarkan dia Bibi."

"Biarkan." Suara teriakan bibi Yuri terdengar sampai ke seluruh kastil, Yunho yakin itu. "Bagaimana bisa kau diam di sini sedangkan tunanganmu mengurung diri di kamar. "

"Apa yang harus aku lakukan. Jongie tidak membiarkan siapapun masuk kecuali Yoochun, bahkan tidak juga Junsu." Dan ia merasa cemburu kepada sekertaris itu karenanya. Yoochun tidak mengatakan apapun saat ia bertanya dan Yunho menyerah mencoba bertanya karena Jaejoong meminta pria itu untuk tidak memberitahunya.

"Lakukan sesuatu." pinta Yuri

Bersandar pada punggung kursi, Yunho menekuk kedua tangan di depan tubuhnya. Merenggangkan otot karena sudah berjam jam ia duduk di sana. Detak jarum jam menandakan waktu tengah hari, seharusnya ia mengatakan kepada bibinya apa yang di inginkan Jaejoong akan datang hari ini, tapi ia ingin mengejutkan semuanya. Dan semoga Tuhan menolongnya dengan hadiah ini, jika Jaejoong tidak menyukainya atau sudah tidak menyukainya lagi ia tidak tahu harus melakukan apa kepada tunangan yang baru ia ketahui sangat keras kepala itu.

Tepat saat itu terdengar suara ketukan pintu. Yuri menahan pertanyaan yang akan ia ucapkan melihat kepala pelayan lantai bawah masuk ke dalam.
"Maafkan saya jika saya menganggu Mr. Jung, ada kiriman barang dari kota untuk Anda yang membutuhkan kehadiran Anda di luar."

Serigai Yunho muncul perkiraanya benar, ia berdiri dengan tergesa. "Panggilkan Jaejoong, suruh dia turun. Katakan padanya jika dia tidak datang dalam waktu lima menit aku akan melakukan hal yang sama seperti dua hari lalu untuk membawanya turun."

Buru buru Yuri mengekor keponakannya itu keluar ruang kerja. "Kau merahasiakan sesuatu." Yunho hanya tertawa yang hanya membuat Yuri sebal setengah mati.

Sesampainya mereka di ruang depan, empat orang pria sedang berusaha memasukan sebuah benda besar tertutup kain hitam dengan susah payah. Yuri memandang mereka dengan terkejut dan melirik keponakannya penasaran. "Apa itu?"

Say You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang