Epilog

13K 1.1K 57
                                    

☆Sherry Kim☆
-YJsKim-

Suara itu seperti bisikan kecil di antara keheningan luasnya aula kastil Jung. Suara seseorang yang berbisik, atau lebih tepatnya memerintah dengan tegas seorang lain untuk tidak bicara terlalu keras, lalu di susul suara langkah kaki terdengar samar.

Jaejoong meletakkan buku yang baru ia baca di atas meja, penasaran dengan suara yang sangat ia kenali milik siapa dan kejahilan apa lagi yang di lakukan adik tiri dari suaminya itu, semoga saja, ia berharap, Changmin tidak mengajak serta keponakan bocah yang mulai beranjak remaja itu. Ia pun keluar dari ruang duduk untuk memeriksa.

Betapa terkejutnya Jaejoong menemukan hal yang tak ingin ia lihat sampai kapan pun. “Tetap di situ Jung Changmin.” suara itu menggelegar di aula luas kastil yang baru saja di dekorasi ulang itu.

Tiga sosok kecil di antara perabot besar ruang aula kastil mewah itu membeku di tempat mendengar suara yang mereka kenali dengan baik, bahkan yang mereka coba hindari mengingat kondisi mereka yang bisa di bilang mengerikan. Tiga pasang kaki bernoda lumpur membeku di tempat, bukan karena mereka takut mengotori lantai marmer indah tersebut, bukan. Melainkan takut mendengar amarah dalam suara sang nyonya rumah ketika berteriak beberapa detik lalu.

Kim Jaejoong berkacak pinggang di antara pintu ruang duduk, doe bulat pria manis itu mendelik galak, yang mampu membuat sekujur tubuh Changmin merinding ngeri karenanya Ini bencana. Batin Changmin.

Changmin sendiri tidak berniat mengajak keponakannya itu bermain, tapi mereka lah yang menemukan Changmin di istal bersama putra pengurus kuda sebelum hujan turun dengan lebatnya lalu petaka ini pun di mulai. Ia sendiri bertanya tanya bagaimana keponakannya itu lolos dari pengamatan pengasuh mereka.

“Mama.” cicitan lirih suara gadis kecil yang tak lain adalah putri Jaejoong membawa tatapan pria manis itu untuk menelusuri tubuh putrinya.

“Ya Tuhanku, apa yang terjadi dengan kalian?” Dengan langkah lebar, pria manis itu menghampiri mereka. Wajah-wajah mendelik ketakutan itu tak sedikitpun membuat amarah Jaejoong reda. “Lihatlah apa yang kalian lakukan dengan pakaian kalian?” ulangnya dengan sama galaknya.

Tiga pasang mata itu menunduk mengamati tubuh mereka sendiri. Sepatu kotor dan pakaian kotor yang lebih dari sekedar kotor, tepatnya mengerikan.

Tatapan tajam Jaejoong menghunus Changmin, karena bocah nakal itulah yang cukup dewasa di antara mereka bertiga. “Apa penjelasanmu Changmin?”

“Kami minta maaf.” Suara cadel menarik perhatian Jaejoong, memaksa tatapan sang nyonya rumah untuk beralih ke arah dua gadis kecil berumur empat tahun yang berdiri tegak di belakang Changmin. Menyembunyikan diri mereka dari kemurkaan sang ibu.

“Jangan salahkan Minie Samcon, kami yang memaksa Samcon bermain bersama kami.”

Jung Jaejoong melangkah lebih dekat, berdiri menjulang tinggi di hadapan mereka, tubuh Jaejoong yang tinggi memaksa dua gadis kecil yang ia lahirkan itu mendongak agar dapat menatap wajah cantik ibu melahirkan mereka empat tahun lalu.

“Kalian mengakui kesalahan kalian, atau hanya ingin melindungi Paman kalian yang sama nakalnya seperti kalian?” lirikan sadis penuh teguran menohok Changmin sampai bocah laki-laki berusia tiga belas tahun itu beringsut di tempatnya berdiri.

“Yolie tidak membela Paman kecil.”

“Tapi kita memang membelanya.” Putri pertama Jung Yunho serta Jung Jaejoong  menyahut.

“Jadi Jung Ji Young, apa penjelasanmu selain pembelaan yang kau lakukan. Demi Tuhan, lihatlah baju kalian, penuh dengan lumpur dan di mana kalian mendapatkan lumpur untuk bermain.” seingat Jaejoong tidak ada genangan lumpur atau sejenisnya di antara ratusan meter taman yang mengelilingi kastil. Itu sebelum hujan tentu saja. Tidak juga di sungai di mana mereka bertiga pernah berniat menaiki perahu tanpa adanya pengawasan orang dewasa.

Say You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang