Bagian Dua Puluh Dua

9.2K 1K 89
                                    

YJskPresent

*

"Siapa yang mengatakan itu kepadamu?" wajah pucat Yuri membuat urat nadi leher Yunho semakin timbul karena menahan amarah.

Ketegangan wanita itu terlihat jelas yang tentunya dapat Yunho jadikan jawaban atas pertanyaan yang baru saja ia lemparkan kepada bibinya.

Tubuh Yuri terhuyung ke belakang, ia butuh pegangan sebelum terjatuh mendengar apa yang baru saja keponakannya itu katakan.

Ya Tuhan. Yuri tidak menyangka Yunho akan tahu tentang rahasia yang sudah susah payah ia tutupi selama belasan tahun terakhir. Begitu banyak usaha yang telah ia kerahkan untuk menutup mulut semua pelayan bahkan saksi agar merahasiakan kenangan buruk tentang kematian Jung Il Woo, ayah Yunho.

"Benarkah itu Bibi?" Suara Yunho menggema di ruang duduk. Pria itu sudah menahan amarah sepanjang perjalanan pulang hanya untuk mendapatkan satu jawaban pasti.

Perasaan hampa karena di bohongi oleh bibinya sendiri membuat Yunho semakin tak mampu mengendalikan emosi. Untuk pertama kalinya ia meragukan apa yang di katakan bibi yang selalu ia percaya sejak ia dapat mengingat, bahkan melebihi ibunya sendiri.

"Kenapa kau merahasiakan itu dariku, Bibi?" ujar Yunho putus asa. "Selama belasan tahun aku terbelenggu dalam kebohongan yang kau buat, mempercayai semua yang kau katakan tentang Ayah yang kau katakan tidak bisa menjaga serta melindungiku seperti yang seharusnya," Melangkah lebih ke dalam ruang duduk, Yunho berhenti di hadapan bibi Yuri. "Apakah semua itu bohong?"

Kedua mata wanita itu basah, jika biasanya Yunho akan menghibur Yuri dan menutup mulut rapat, tidak untuk kali ini. Ia butuh jawaban pasti. Tidak boleh ada belas kasih atau bibinya itu akan membohongi dirinya lagi.

"Jangan paksa aku untuk mengatakannya, Yunho, aku mohong." Pinta wanita itu dengan nada lemah, wajah pucat Yuri seakan kasat mata bagi Yunho karena pria itu maju dan meraih lengan bibinya kasar.

"Yun, jangan!" Jaejoong berlari menghampiri suaminya, menarik lengan pria itu dengan harapan mampu melepas cengkraman tangan suaminya yang kuat pada lengan bibi yang malang. "Kau akan menyakiti Bibi." Kata yang Jaejoong ucapkan dengan keras itu berhasil menyadarkan Yunho.

Meskipun enggan, pria itu melepas cengraman tangannya lalu mundur selangkah. Namun tidak sedikitpun mengalihkan pandangan dari bibinya.

"Jika kau tidak berniat menceritakan tentang Ayah padaku, aku akan mencari tahu, aku pasti akan tahu dengan atau tanpa kau memberitahuku." Musang pria itu menatap tajam mata sembab Yuri. "Dan jika aku tahu yang sesungguhnya, aku ataupun kau tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada hubungan kita selanjutnya, Bibi." usai berkata, pria itu berbalik dengan langkah marah seperti pria itu datang.

Pintu tertutup di hadapan mereka dengan suara cukup keras, Jaejoong berbalik kearah Yuri dengan perasaan mencelos melihat wajah pucat wanita itu. "Duduk lah Bibi."

Dengan tubuh gemetar, Yuri membiarkan Jaejoong menuntunnya kembali duduk. "Aku belum pernah melihat Yunho seperti itu sebelumnya."

"Aku pun sama, aku juga tidak ingin melihat wajah itu lagi." Sudah cukup ia melihat amarah suaminya selama perjalanan mereka dari kediaman Mr, Baek petang ini.

Sepanjang perjalanan pulang yang seharusnya mereka nikmati, suaminya itu mengendarai mobil dengan ugal ugalan, jalan beraspal rusak pun tidak mampu menghalagi Yunho untuk mengemudikan mobilnya lebih lambat sampai Jaejoong harus mencari pegangan atau ia akan terlonjak kesana kemari. Sabuk pengaman tidak mampu menahan Jaejoong duduk di tempat sampai ia merasa pusing dan mual sepanjang perjalanan satu jam yang mengerikan.

Say You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang