Bagian Dua Puluh Empat

9.3K 1K 51
                                    

@YJskPresent
。。* 。。

Mungkin inilah yang di namakan penyesalan. Suatu perasaan lain yang belum pernah Yunho rasakan seebelumnya. Yunho membenci perasaan ini lebih dari membenci apapun di dunia.

Sebegitu berartikah Jaejoong baginya, sampai ia merasa dadanya sesak, sulit bernapas setelah melihat istrinya itu menangis usai perdebatan mereka tadi. Sungguh, ia tidak berniat melukai Jaejoong karena ia rela melakukan apapun agar melihat senyum istrinya. Hanya saja, ia belum siap untuk mengungkapkan peradaanya kepada Jaejoong untuk saat ini.

Yunho melupakan makan siangnya, sengaja menghindari kastil hanya untuk mengelak dari kenyataan bahwa Jaejoong mencintai dirinya melebihi apapun juga, bahkan melebihi perasaannya sendiri. Atau begitulah menurut pendapatnya.

Jika kau mampu menerima aku beserta masa lalu keluargaku, kenapa aku tidak!”

Jaejoong mengatakan itu dengan sungguh sungguh, Yunho yakin akan hal itu. Hanya saja ia tidak tahu bagaimana menghadapi masalah yang baginya rumit ini. Anggap ia lari dari kenyataan, lari dari seseorang yang begitu menyayanginya karena trauma dari masa lalu.

“Berapa lama lagi kau akan di sini, Hyung?”

Yunho menoleh hanya untuk menemukan Changmin berdiri bekacak pinggang di tengah-tengah pintu. Wajah bocah itu terlihat galak sampai Yunho bertanya tanya, gerangan apa yang membuat Changmim marah jika biasanya bocah itu terlihat tenang.

“Kenapa kau ada di sini?” Napas bocah itu tersenggal, seakan baru saja berlari dan menerobos masuk ke dalam loteng yang Yunho gunakan sebagai tempat mengurung diri sejak siang tadi.

Aroma jemari serta pakan kuda tercium dari bawah tangga, di mana gudang peralatan serta pakan ternak tertimbun. Loteng itu tidak begitu terang yang menunjukan bahwa tempat itu tidaklah kosong. Beberapa perabot tua tertata rapi di salah satu sudut, dengan salah satu sofa panjang tua di duduki oleh Yunho.

“Bagaimana kau bisa menemukanku?”

Changmin melangkah maju. Kaki kurusnya menghentak kesal menuju kearah di mana kakak tirinya bersandar malas. “Aku mengikutimu kesini tadi, hanya saja aku pergi karena kau, Hyungku yang aneh, lari dari masalah yang sesungguhnya bukanlah suatu masalah besar.”

Alis Yunho mengeryit mendengar kata sok dewasa adik tiri yang masih di bawah umur itu. “Dan masalah apa itu?” Menyelonjorkan kedua kaki malas, Yunho membiarkan otot kakinya yang kaku mendapatkan kemewahan untuk sejenak. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia duduk di sana, melamunkan sesuatu yang tidak pasti sampai merasa tubuhnya mati rasa.

“Jongie Nuna akan pergi.” pekik Changmin kesal. “Dan itu karena kau, Hyungku yang bodoh.”

“Ada masalah dengan itu?” Salah satu alis Yunho menukik naik lebih tinggi. “Kau boleh ikut kemanapun istriku pergi jika itu yang kau inginkan Changmin. Dan jangan ganggu aku, pergilah.” Mata musang Yunho kembali tertutup hanya untuk mendelik lebar mendengar kata yang di jabarkan adik tirinya.
Bocah itu mengatakan apa?

Meloncat maju, Changmin berdiri di hadapan kakaknya sambil berteriak marah, mengulang kata yang baru saja ia jabarkan. “Jongie Nuna tidak akan kembali. Dia bilang ingin pergi bersama Paman Hankyung ke China.”

Yunho mengerjap untuk mencerna kata kata yang di teriakan Changmin padanya. Bocah itu tidak mengada-ada hanya untuk mendapatkan perhatian bukan.

Say You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang