Hari ini adalah hari terakhir Vani Ujian Sekolah, gadis mungil itu sedari tadi mengeluh lantaran pengawas ujian di ruangannya begitu killer. Sedikit bergerak saja sudah dikira menyontek.
"Untung ini hari terakhir," keluh Vani kepada ketiga sahabatnya. "Kayaknya gue salah hitung deh!" kini giliran Shella yang mulai panik. "Kita sudah berusaha, seenggaknya sekarang yang bisa bantuin kita cuma doa," ujar Nia dengan bijak. Tidak heran Farel ikutan menjadi bijak karena gadis itu.
"By the way, Van. Seriusan lo selama Ujian Sekolah Kevin yang ngajarin lo?" tanya Tasya masih tidak percaya, lalu diikuti tatapan menggoda dari Nia dan juga Shella. "Iya, karena gue masih terikat kontrak jadi pembantunya, gue nggak bisa ngambil les dan belajar serius sama sekali. Akhirnya gue minta syarat sama dia," jelas Vani lalu memegang pelipisnya—seolah—mengerti apa yang dipikirkan oleh teman-temannya itu.
"Dan syaratnya itu ngajarin lo?" tebak Shella yang disertai anggukan Vani. "Enak nggak diajarin si genious itu?" tanya Nia. "Enak apaan? Setiap gue salah dia selalu toyor-toyor kepala gue," Vani lalu mengingat kembali saat Kevin mengajarinya.
"Yah, lo masih punya kontrak sama dia 3 minggu lagi sabar aja deh Van," Tasya lalu mengusap pundak Vani dengan pelan.
Vani yang sedari tadi diam saja membuat tasya, Nia, dan Shella menatap cewek itu dengan heran. "Kenapa Van?" tanya Shella. "Gue kepikiran aja nanti," Vani lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Kepikiran apaan?"
"Gimana kalau gue nanti disuruh gantiin orangtua gue ngurus client, disisi lain gue masih terikat sama taruhan konyol ini?" tanya Vani sedikit menerawang. "Kalau itu lo omongin sama Kevin aja," usul dari Nia membuat Vani membelalakkan matanya.
"Ini rahasia Ni, nggak mungkin gue bilang sama Kevin kalau gue calon CEO di salah satu cabang perusahaan nyokap gue. Nanti apa yang bakal terlintas—pertama kali—dibenaknya?"
"Yasudah kalau gitu, lo kasih alasan yang masuk akal. Terus sebagai gantinya lo bakal nambah jumlah hari sesuai hari yang lo pakai untuk alasan itu." Tasya lalu menatap Vani seolah bertanya—bagaimana?
Vani lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan, "bisa juga sih. Apa dia mau percaya sama gue?" Melihat sikap Vani yang pesimis membuat Shella memutar bola matanya malas ke arah gadis itu. "Itu bisa dipikirkan nanti, Van. Yang harus lo pikirin sekarang itu, tentang pesan Kevin tadi. Sudah lo baca?"
"Pesan? Dia ada ngirim pesan?" tanya Vani dengan polosnya menatap ketiga sahabatnya, sedangkan yang ditatap hanya menutupi wajah dengan menggunakan tangan lalu sesekali menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa?" tanya gadis itu kembali.
"Mendingan lo cek ponsel dulu deh," ujar Nia.
Vani kemudian membuka ponselnya yang sudah menampilkan sebuah notif pesan masuk pada aplikasi Line.
MajikanKejam : Hari ini datang ke rumah gue jam 2.
Vani terkekeh pelan membaca display name milik Kevin yang sengaja ia ganti. Membuat ketiga sahabatnya mengernyitkan dahi pertanda heran.
"Lo sakit, Van?"
"Dia chat apaan?"
"Hoho, sudah mulai ada rasa ya?"
"Nggak! Stop mikir yang macam-macam ke gue deh."
***
Vani melangkahkan kakinya menuju teras rumah Kevin. Gadis itu sedari tadi bertanya-tanya biasanya setiap pulang sekolah Kevin akan langsung 'menculiknya' ke rumahnya. Baru saja gadis itu akan menekan bel, seseorang sudah membuka pintu membuat cewek itu terlonjak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Tear's
RomanceVanila Roselyn seorang gadis yang sulit menerima perasaan pria lain, dipertemukan oleh takdir dengan pria bernama Kevin Pradinata. Seseorang yang hobi bermain basket dan berhati dingin. Lalu sebuah taruhan yang konyol mulai membuat mereka menjad...