Chapter 37

600 20 0
                                    

"Kamu terlambat tahu nggak Rel?" tanya Nia dengan sedikit menggembungkan pipinya. Sementara yang ditanya hanya cengir kuda. "Sorry deh, yuk buruan masuk. Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat."

Nia lalu masuk setelah Farel membukakan pintu mobilnya. Jujur saja ia tidak tahu Farel akan membawanya kemana, tetapi ia yakin seperti yang dikatakan oeh Vani. Pria itu mau memberikannya sebuah surprise.

"Masih jauh nggak sih Rel?" Nia yang sudah memperhatikan jalan yang dilaluin Farel sudah mulai sepi, padahal baru sekitar jam 8 malam. "Sebentar lagi kok, oh ya tolong tutup mata kamu pakai kain ini ya." Farel lalu memberikan Nia selembar kain berwarna merah.

"Apaan sih pakai acara tutup mata segala?" protes Nia memegang kain berwarna merah tersebut.

"Udah buruan pake gih."

Nia pun menurut lalu mengikat kain tersebut di matanya, baru beberapa menit yang ia lalui sudah terasa sangat lama baginya. "Ni turun yuk," Farel yang sudah membuka pintu mobil lalu perlahan mengarahkan gadis itu agar tidak tersandung. "Mau kemana sih Rel?" tanya Nia lagi, namun tidak ada jawaban dari pria itu.

Farel masih setia menggiring Nia menaiki satu per satu anak tangga, hembusan angin malam sedikit membuat Nia kedinginan, karena ia tidak memakai jaket. "Ready for this my princess?" tanya Farel perlahan membuka ikatan kain tersebut.

Yang Nia lihat pertama kali adalah sebuah pohon, lalu perlahan matanya turun melihat berbagai macam makanan dan juga lilin yang menerangi area tersebut. Ini seperti piknik di malam hari, dari tempat itu mereka bisa melihat kerlap-kelip hampir diseluruh kota.

"Seriously?"

"I love you, Dania Ranjani."

"I Love you more, Farel Darmawan."

***

Shella duduk beristirahat di sebuah bangku taman setelah puas berkeliling, Kaniel yang baru saja keluar dari toilet kemudian menghampirinya.

"Lo suka gue ajak ke sini Shell?" tanya Kaniel menatap gadis di sampingnya itu. "Suka banget! Thank's ya El. Kapan-kapan ke sini lagi ya, gue udah lama banget sih nggak main ke taman hiburan kayak gini." Shella terdengar senang, membuat Kaniel ikut tersenyum senang.

Setiap hari ke sini gue juga rela kalau sama lo, Shell batin Niel lalu tersenyum penuh arti pada Shella.

"Gue sudah bilang belum?" Kaniel lalu menatap bintang-bintang yang bertebaran dilangit, kemudian gadis itu juga ikut memandang ke arah langit malam, "bilang apa?"

"Lo cantik pakai baju warna biru," ujar Niel masih tetap pada posisinya—yang memandang langit malam. Perlahan Shella menatap Niel, "jangan bilang karena lo suka warna biru ya?" tanya gadis itu dengan polosnya. "Memangnya tahu dari mana?"

"Itu kemeja lo juga warna biru, El," jawaban Shella mengundang tawa pelan dari seorang Kaniel, membuat siapapun akan terperangkap dalam pesonanya jika melihat tingkah cowok itu sekarang.

"Oh iya. Gue memang suka biru. Tapi gue lebih suka sama..." perkataan Kaniel menggantung diudara membuat Shella menaikkan satu alisnya membuat gadis itu penasaran. "Lebih suka sama apa?"

"Lebih suka sama lo. Rishella Cantika."

Deg! Shella merasakan wajahnya memanas saat ini. Ia tidak pernah sedikitpun bermimpi seorang Kaniel Wijaya akan menggodanya seperti itu.

Little Tear'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang