Chapter 2

1.3K 74 28
                                    


"Gila! Pegel banget tangan gue," keluh Vani yang sudah membuang tasnya di sembarang tempat di dalam kamarnya yang dominan berwarna peach itu, sedangkan Tasya? Ia sedari tadi sudah menghempaskan tubuhnya di Kasur empuk milik Vani.

Hormat bendera selama dua jam bukanlah perkara mudah, ditambah dengan mata tajam milik pak Dimas yang selalu mengawasi, dan juga perasaan kesal karena ditertawakan oleh geng songong, terlebih lagi, seharian di sekolah yang mereka kerjakan hanyalah mencatat, membuat tangan mereka semakin pegal saja, menurut Vani, hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya.

Sembari memijat tangan dan kakinya, seseorang mengetuk pintu kamar Vani.

"Masuk,"

"Non, mau bibi siapin air hangat untuk mandi?"

"Ngga usah, bibi masak aja, Vani laper banget nih,"

"Yasudah, habis mandi langsung turun aja ya, non."

Vani menganggukkan kepalanya, sedangkan Tasya yang sedari tadi berbaring, mendengar kata 'makan' secepat kilat ia langsung mengambil handuk yang berada di dalam lemari dan menuju ke kamar mandi.

"Makan aja, cepet lo!" teriak vani.

"Untuk bertahan hidup, kita itu perlu makan!" jawab Tasya, tak kalah lantang dari suara Vani.

Bagi Vani, hal ini sudah terbiasa terjadi, ia tidak mempermasalahkan sikap Tasya, karena baginya Tasya adalah sahabatnya sejak SMP. Sahabatnya yang selalu ada untuknya, saat orangtua, bahkan kakaknya tidak berada di rumah, sahabat yang selalu membelanya, dan sahabat yang selalu membuatnya tersenyum disetiap hari-hari membosankannya.

Selesai melakukan rutinitas membersihkan tubuhnya, Vani turun ke dapur disusul oleh Tasya dibelakangnya, untuk melihat sang bibi yang selalu sabar mengurus dan membuatkan makanan, saat orangtuanya tidak berada di rumah.

"Ada yang bisa Vani bantu ga, bi?"

"Udah siap semua, non. Ayo tinggal dimakan."

"Thanks ya, bi."

Bibi tersenyum, lalu memberikan Vani dan Tasya segelas air putih yang baru saja ia tuang. Tasya hanya menyengir menatap masakan bibi, dengan piring yang entah sejak kapan sudah berada 'cantik' digenggamannya.

"Masakan bibi, ga ada duanya!" puji Tasya, "eh, masakan bundaku juga enak kok bi, kapan-kapan Tasya bawain deh untuk bibi," lanjutnya. Bibi hanya tersenyum melihat Tasya makan dengan lahap, begitu juga dengan Vani.

"Makan tu mulutnya ditutup!"

"Iya, iya!"

Saat mereka asyik menikmati makan malam, terdengar suara deru mobil yang baru terparkir di depan rumah, tak lama kemudian terdengar juga suara pintu depan terbuka, disertai suara salam dengan nada berat dari seorang pria.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, Kak udah makan belom?"

"Udah kok, diajak teman makan tadi. Hai, Sya?"

"Hai, Kak Vian! Baru pulang dari kampus ya, Kak?"

"Iya nih, lagi banyak tugas yang deadline."

"Semangat Kak!"

"Thank's ya, Sya, lanjutin lagi gih makannya, kakak mau naik ke kamar dulu."

Ekspresi Tasya sudah senyum-senyum sendiri melihat Kak Vian, kakak tunggal Vani, yang memiliki paras lebih dari cukup, untuk diperebutkan oleh kaum hawa.

"Hati-hati, mata lo!"

"Kenapa?"

"Entar kelilipan!"

"Makin ganteng aja Kak Vian, Van!"

Pernyataan dari Tasya membuat Vani tersedak dari minumannya,

"Lo, jangan coba-coba ya, Sya?"

"Iya, gue tau!"

Maksud dari vani adalah, meskipun Tasya menyukai Kak Vian, tetapi selama mengenal Kak Vian, Vani belum pernah melihat satu gadispun yang Kak Vian dekati. Bahkan ia pernah mencoba untuk mencomblangi kakak tersayangnya itu, tetapi hasilnya? Nihil.

Saat di kamar, Vani tampak sibuk menyalin tugas milik Tasya, sedangkan Tasya, ia sudah menguasai Kasur milik Vani dan sibuk memainkan handphone miliknya.

"Van, Van, liat deh!"

"Apaan?"

"Lo, masih ingat 'geng cogan' yang gue kasih tau lo tadi?"

"Memangnya kenapa?"

"Salah satu dari mereka ngadain taruhan sama kakak kelas!"

"Taruhan? Itukan dosa,"

"Ini, mulai dari bbm, twiter, line, Ig, whastapp, ngebahas tentang taruhan ini,"

"Trending topic banget gitu, ya?"

"Ga peka banget si lo! Udah ah, gue mau tidur duluan,"

"Night, sleep tight."

"You, too."

____*F*____


Hello! Author bakal ngeditnya step by step yaa, jadi sabar aja bacanya wkk, tapi diusahakan bakal selesai cepet kokk, soalnya author juga mau ngedit cerita yang lain, dan lanjutin cerita "The Fault" ... wish untuk bulan Juni author : selesaikan semua cerita :D

Dan ga bosan-bosannya author ingatin kalian buat komen, soalnya author masih butuh komentar dan kritikan bersifat membangun dari kalian. ;)

See you~

AIN-2

Little Tear'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang