Chapter 32

580 18 0
                                    

Vani hanya dapat menghela napas. seminggu terakhir benar-benar menyita waktu dan juga pikirannya. Ia bahkan sudah jarang untuk mengabari ketiga sahabatnya. Itu karena seminggu pertama ia memutuskan untuk mengikuti les kilat full day dan pulang ke rumah hampir tengah malam.

Lalu seminggu kemudian gadis itu sudah berkutat dengan 6 hari melaksanakan Ujian Nasional. Ia hanya bertemu dengan teman-temannya selama di sekolah. Ia terus membayangkan apa bedanya dua minggu ini dengan menjadi pembantu di rumah Kevin?

Meskipun selama Ujian Nasional Kevin tetap mengajarinya hal-hal yang masih pria itu kuasai seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika, Kimia. Pengecualian untuk Biologi, karena cowok itu hanya mengambil lintas minat Kimia dan juga Fisika.

Libur yang seharusnya ia ganti hanya seminggu, kini ia harus menggantinya dua kali lipat. Bukankah itu menyebalkan?

"Kalian mau masuk universitas mana?" tanya Shella yang sudah meneguk es jeruknya. "Belum tahu, liat nilai dulu aja kali ya?" Tasya menjawab dengan sedikit khawatir. "Sama, gue belum tahu juga," ujar Nia yang sudah melambaikan tangannya kepada Farel yang datang bersama sahabat-sahabatnya.

Saat ini mereka berada di café. Mereka merayakan selesainya Ujian Nasional mereka, tetapi tetap saja mereka khawatir dengan nilai mereka nantinya. "Kalau lo Van?" tanya Shella yang menyadari kalau dari tadi Vani hanya terdiam. "Gue? Lo bertiga tahu Kak Vian kayak gimana kan? Palingan gue disuruh milih 'First University' gue juga ragu sebenarnya."

First University adalah universitas ternama di kota mereka. Banyak orang-orang di luar kota saling bersaing untuk masuk di kampus bergengsi seperti itu. Kak Vian adalah salah satu mahasiswa terpintar di sana. Tidak heran ia merekomendasikannya kepada Vani, selain itu ia tidak ingin adiknya tinggal jauh darinya.

"Nggak heran kalau gue jadi Kak Vian, gue juga bakal ngelakuin hal itu." Nia lalu memakan cake-nya. "Kak Vian? Cowok yang waktu itu jemput Vani?" tanya Farel yang sudah datang dengan nampan berisikan berbagai jenis kue. Di belakangnya sudah ada Ryan yang memegang nampan berisian minuman untuk mereka berempat.

Pertanyaan dari Farel hanya disertai anggukan oleh Vani dan juga Nia.

"Ngomong-ngomong soal First University, lo sudah siap nerima Niel, Shel?" tanya Vani lalu menatap Shella. "Oh iya, lo kasih syarat ke Niel waktu itu 'kan? Kalau dia bisa masuk First University, lo bakal nerima dia." Tasya lalu menjelaskan syarat yang diajukan oleh Shella kepada Niel beberapa minggu yang lalu.

"Kalau gitu, lo juga harus masuk ke sana."

"K-kenapa?"

"Kalau kalian jadian, nggak ada jaminan nggak ada mata jelalatan bakal ngelirik Niel mulu. Lo mau hubungan lo bertahan cuma beberapa minggu?" sindir Vani. Membuat sahabatnya itu menggembungkan pipinya.

"Tapi, nggak nyangka juga sih. Kita sudah mau kuliah." Ryan kini bernostalgia. "Apa kita harus masuk ke universitas yang sama ya?" Billy mengucapkan hal yang akhirnya menjadi pusat perhatian untuk mereka.

"First University juga nggak kalah dari universitas kota lain," ujar Tasya. "Lagian nggak ada salahnya kita nyoba daftar ke sana." Kini Nia mulai ikut-ikutan. "Lo mau daftar di sana juga nggak Vin?" tanya Ryan kepada Kevin yang dari tadi tengah diam.

"Nggak tahu. Liat aja nanti." Kevin menjawab seadanya. Entah kenapa mendengar jawaban dari kevin membuat Vani sedikit sedih. Itu berarti ia tidak akan sering bertemu dengan pria itu lagi.

Kenapa gue dengar jawabannya kayak ngerasa akan ada yang hilang ya? batin gadis itu lalu meminum mocca latte-nya.

***

Little Tear'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang