2. Before the second dare

65 7 2
                                    

Mata gue membulat mendengar suara perempuan yang nggak gue kenali sama sekali. Suaranya berasal dari depan gue. Gue melihat ke depan. Dhira. Dia ada di depan gue. Dia. Lagi. Bicara. Sama. Gue. Dan satu hal yang baru gue sadari. Dia. Nggak. Tuli.

JADI DIA NGGAK TULI?!?! SERIUS DIA NGGAK TULI?!?!?!?! JADI DIA DENGER TADI GUE NGATAIN DIA?!?! OH GOD!!

Jantung gue rasanya mau copot karena syok.

Gimana nih? Gue harus minta maaf ya sama dia? Gue tau gue jahat banget tadi ngatain dia kayak gitu. Tapi kan, salah dia juga kenapa nggak jawab-jawab kayak orang tuli aja.

Pokoknya salah dia. Bukan salah gue. Dan gue nggak mau minta maaf. Apalagi sama dia.

Gue berdiri dengan cepat dan berjalan ke meja asal gue.

***

"Ciee temen gue udah besar,"

"Cie Raka deketin cewek,"

"Buat gue aja lah ya, Ra. Kan cewek di sekolah banyak Ra!"

"Wooo, Raka kemakan omongannya sendiri! Katanya nggak akan pernah deketin cewek sebelum kuliah!"

"Raka jatuh cinta!"

"Raka jatuh cinta!"

"Temen gue jatuh cinta!"

"Love at the first sight ciee!"

Suara Eric dan Steven mendominasi lantai 1 cafe B&O. Mereka lompat-lompat kegirangan melihat teman mereka yang satu itu sudah bisa mendekati perempuan.

"Bukannya lo nggak mau pacaran?" Suara dingin itu mengintrupsi kegiatan mereka.

"Ya emang Var, siapa juga yang jatuh cinta. Mereka ngaco tu buat-buat sendiri," kata Raka cuek.

Pikiran Raka kembali melayang pada kejadian tadi. Ia merasa bersalah dengan cewek itu.

Raka POV

Dasar ngeselin lu!" Kata gue kesel.

Dia kan nggak bisa denger juga. Biarin deh gue kata-katain.

"Sombong banget si jadi orang!"

"Udah tuli, lesbi, ngeselin, sombong pula lo!"

"Tuli tu ngaku aja nggak usah sok-sok nggak liat gitu huuu!"

"Aneh banget si jadi orang!"

"Tuli aja sombong lo!"

"Pasti nggk punya temen kan lo makanya nggak bisa ngomong!"

"Ngak ada hubungannya kali Ra." Batin Raka mengingatkan

Ya biarin aja, pokoknya dia orang paling ngeselin di hidup gue.

"Pasti nggak ada juga yang mau sama orang kayak lo!"

"Anak siapa si lo nggak pernah diajarin supaya nggak sombong apa!"

"Semua orang disini liatin lo, bego" kata si Dhira Dhira itu datar dan tetap fokus pada laptopnya. Gue menoleh ke sekeliling gue dan benar sekali... Semua orang termasuk ketiga temen gue ngeliatin gue bingung.

AAAAARRRRGHH!!!

Nggak seharusnya gue ngatain orang kayak gitu! Kalo kayak gitu sama aja gue yg sombong! gue yang ngeselin!

Harusnya gue minta maaf sama dia! Harusnya gue nggak egois! Harusnya gue nggak nyalahin dia! Harusnya gue mikir panjang tadi!

Dia kan banyak kerjaan makanya nggak jawab gue! Bukannya dia sombong!

Udah ngatain dia! Ganggu dia! Ngina orang tuanya juga!

Bodoh banget sih lo!

Raka bodoh! Raka bodoh! Raka bodoh banget!

ARGHH!!

BODOH! BODOH! BODOH!

Author POV

Eric menyikut lengan Steven "Sttt... Pen Raka ngapa tu pen?" Bisik Eric pada Steven.

Pandangan Eric tertuju pada Raka yang terus-menerus menjambak-jambak rambutnya dan mengucapkan kata "Argh!"

"Dia kepikiran cewek tadi mungkin," Varo menjawab pertanyaan Eric.

"Bener tuh kata Varo. Kayaknya dia beneran suka deh sama cewek tadi," kata Steven dengan suara yang sangat kecil.

"Masa sih? Gue nggak percaya ah! Dia belom pernah suka sama orang, masa bisa langsung suka gitu! Nggak mungkin tau nggak," kata Eric yakin.

"Lo nggak pernah nonton sinetron ya selama ini? Kan sering tu yang namanya cinta pada pandangan pertama gitu!" Kata Steven dengan yakin.

"Terserah lo Pen, gue tau lo sering nonton sinetron kok." Kata Eric mulai malas.

Eric memanggil pelayan dengan tepukan tangan.

"Minta air putih satu botol ya!"

"Silahkan ditunggu sebentar pak,"

1 menit kemudian, pelayan tersebut kembali datang ke meja mereka.

"Ini pak, silahkan diminum." Pelayan tersebut pun berjalan menjauh.

Eric membuka botol tersebut laku menuangkannya di tangannya.

"Mau ngapain lo, Ric?" Kata Steven bingung

"Lanjutin aja, Ric. Nggak usah jawab Steven," kata Varo yang sudah mengerti maksud dari Eric.

"GILA LO PADA!!" Teriak Raka tiba-tiba. Diikuti suara tawa dari Eric. Hanya Eric tentu saja. Steven yang baru saja mengerti hanya manggut-manggut dan Varo memang jarang tertawa.

"GILA LO RIC! BASAH SEMUA GUE!!" Teriak Raka sambil membalas Eric.

Eric menyipratkan air berkali-kali kepada Raka, dan yang terakhir Eric tidak menyipratkannya, tetapi menyiramnya ke Raka. Dan menghabiskan satu botol air mineral ukuran 600 ml. Ini lah yang membuat Raka kesal dan membalaskan hal yang sama kepada Eric.

Sekarang mereka berdua terlihat seperti habis bermain hujan-hujanan. Walaupun di luar tidak hujan sama sekali.

***

Jadi mau lanjut nggak nih?" Kata Steven mengalihkan pembicaraan. Mereka sedang membicarakan perempuan disudut cafe yang terus fokus dengan laptopnya.

"Yaudah lanjut ajalah, dari pada mikirin cewek aneh itu." Kata Eric menjawab Steven.

"Ya lo itu cepetan kasih tantangannya." Kata Varo cuek.

"Lanjut ke tantangan kedua cepetan" kata Raka nggak sabaran.

"Gue tantang lo buat nyapa semua orang yang ada disini dan semuanya harus bales sapaan lo." Kata Eric tersenyum jahil.

Palembang, 17 Juli 2016
Jangan lupa vomments nya ^^

Dhira?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang