Bab 13 Detak, Napas dan Pupus 1

35.8K 4K 266
                                    


Pernah ikut Pramuka saat masih SMA melatih asas praduga tak bersalahku semakin meninggi. Apalagi ketika melihat cara Buntut Adnan memandang Kinan. Ini sangat mencurigakan. Levelnya sangat tinggi. Agar kecurigaanku tidak meleset, aku pura-pura keluar kemudian menguping pembicaraan mereka. Tsabit yang baru datang membawa buah-buahan segera kuhadang dan tidak kuijinkan masuk dalam ruang rawat Kinan.

"Apa sih?" ia gusar.

Kuletakkan telunjuk di bibirku. "Belum saatnya bertanya."

Tsabit mau tidak mau ikut menempelkan telinga di pintu, mencuri dengar. Dan apa yang kuharapkan terjadi. Mereka mengobrol.

"Kudengar Manora akan menikah bulan depan." Kinan yang memulai percakapan.

"Ya." Buntut Adnan menyahut datar, "Bagaimana dengan Albar?"

"Mengharapkan Albar menikahiku seperti membaca novel yang sama untuk kedua kali. Aku sudah tahu endingnya akan seperti apa. Aku juga tahu bahwa semakin aku mengharapkannya, hanya rasa sakit yang kudapat." Suara Kinan hambar. Namun, ada rasa sakit yang menusuk ulu hatiku saat mendengarnya. "Jadi, daripada aku berbohong dan bersikap jahat karena keputusan yang kuambil salah, aku memutuskan-"

"Menikahlah denganku." Buntut Adnan terdengar mantap.

Aku mengedip-kedipkan mata. Tsabit ikut menganga bersamaku.

"Tapi...." Kinan menggeleng-geleng kecil.

"Kamu tidak yakin?" Buntut Adnan mencoba duduk di kursi agar bisa lebih dekat dengan posisi Kinan yang terbaring di ranjang.

Kinan tertawa sumbang. "Dengar, Adnan, kalau kamu mengajakku menikah karena Manora, tolong, buang jauh-jauh pikiran itu. Atau jika kamu mengajakku menikah karena kasihan padaku, jangan pernah lakukan itu. Menikah itu tidak sesederhana yang kamu pikir. Pertama, aku bukan perawan lagi. Kedua, aku pernah hamil anak orang lain. Ketiga, aku tidak bisa menyembuhkan sakit hatimu karena Manora. Dan keempat, kita tidak saling mencintai."

Buntut Adnan memegang jemari Kinan. Wah, berani-beraninya dia. Kalau ada Bude, bisa mampus diceramahi. Aku berdoa semoga malaikat pencatat amal baik tidak melihatnya. Bisa menambah kans mereka untuk masuk neraka.

Siapa kamu, Aiya, sampai berani menyimpulkan seseorang akan masuk neraka? Pertanyaan itu muncul di benakku. Iya ya, hanya karena nila setitik, bukan berarti kertas putih bisa disebut ungu semua. Oke, fokus saja pada obrolan mereka dan hindari menghakimi.

"Pertama, aku tidak menikahi seseorang karena keperawanannya. Kedua, kalau sudah menikah, kamu akan mengandung anakku. Ketiga, aku tidak memintamu menyembuhkan rasa kehilanganku. Dan keempat, kita akan mencoba agar bisa saling mencintai." Buntut Adnan memberikan alasan untuk semua penolakan Kinan, sebuah alasan lugas dan terbuka.

Kinan menarik tangannya. "Kenapa kamu melakukan ini?"

"Aku juga tidak tahu. Aku hanya yakin bahwa keputusanku ini sudah benar." Balasnya sungguh-sungguh.

"Aku tidak bisa." Kinan tersenyum sederhana. "Aku tidak mau menikah denganmu. Emosimu sedang tidak stabil, Adnan. Kamu belum bisa berpikir jernih."

Buntut Adnan ikut tersenyum. "Apa gue kelihatan kayak orang gila? Lo pikir cowok sekeren gue ini nggak waras? Atau lo sedang berpikir bahwa gue yang notabenenya masih kuliah iini nggak bisa menafkahi elo? Ya Ampun, Ki, lo bikin hati gue berdarah-darah."

Kinan terkikik sambil menutup mulut. Dia geli melihat kelakuan Buntut Adnan yang seperti alien kehilangan piring terbang. Setelah bisa mengendalikan diri, Kinan mengusap wajah. "Senang akhirnya kamu seperti Adnan yang kukenal."

Buntut Adnan mengusap puncak kepala Kinan. "As your wish, ma girl."

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang disembunyikan mereka berdua. Kurasa, di masa lalu mereka mempunyai sebuah rahasia atau kisah cinta yang belum tuntas. Itu terlihat jelas di mata Buntut Adnan. Begitu juga Kinan. Kalau boleh berprasangka, mereka berdua memiliki cerita sendiri dan sekarang, dengan keadaan yang seperti itu, Kinan berusaha menipu dirinya dan Buntut Adnan. Sebagai wanita aku paham ekspresi sungguh-sungguh dan ekspresi pura-pura tegar.

Tsuraiya AghniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang