1. The Deal

264 21 0
                                    


Apa kalian sama seperti aku yang banyak kesulitan untuk nulis part 1? Well maafin aku kalau aneh. The struggle is fuckin real :')
Enjoyed!

***

-Harry's POV-

Banteng.

Hampir semua orang di sekolahku, menyebutku dengan sebutan banteng. Dari yang kudengar kenapa aku bisa mendapatkan sebutan itu karena dua alasan. Yang pertama adalah karena kedua alisku.

Cukup aneh? Meh, ya aku pun begitu. Terkadang aku tidak mengerti dari mana mereka bisa mendapatkan julukan itu.

Namun dari yang kudengar soal julukanku, katanya kedua alisku selalu menyatu hingga terlihat seperti tanduk banteng.

Dan yang kedua karena sikap alamiku yang tempramen seperti banteng. Bahkan ada yang mengatakan jika aku sedang marah, mataku juga akan terlihat merah.

Yah, aku memang cepat marah jika seseorang sudah menggangguku. Jangankan menganggu, hanya menabrak tubuhku saja aku sering menyentak siapapun orang itu. Tidak peduli jika mereka itu adalah seorang gadis ataupun laki-laki. Karena menurutku, mereka bertingkah seperti manusia yang tidak mempunyai mata. Tuhan menciptakan mata untuk melihat. Jadi kenapa juga mereka masih saja berjalan seolah tak bisa melihat ada orang di hadapannya. Memangnya di jalanan itu hanya ada mereka saja?

Contohnya seperti sekarang. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan musim dingin. Lorong sekolah terlihat begitu sesak di jam istirahat oleh banyaknya orang berkeliaran ataupun hanya sekadar menyandarkan tubuhnya di depan loker sembari mengobrol. Membuat banyaknya dari mereka menabrak tubuhku berulang kali. Dan jika itu terjadi, aku benar-benar tidak segan untuk menyentaknya.

"Hei!" lagi-lagi aku menyentak. Kini pada seorang gadis berambut pirang dan berpakaian minim. Dia kira ini tempat prostitusi atau apa? "Perhatikan kemana langkahmu, bitch!"

Bukannya meminta maaf, namun yang ada gadis itu hanya memutar bola matanya dan kembali berjalan.

What the hell?!

Melihatnya membuatku mendesis kesal ketika gadis itu dengan santainya mengabaikanku. Tidak seperti gadis latin yang pernah menabrakku satu tahun silam.

Mengingat kejadian itu, tiba-tiba membuat tubuhku terdiam dengan wajah memanas.

Sialan, kenapa juga aku harus membandingkan gadis pirang itu dengan dia? Tentu saja mereka sangat berbeda. Lagi pula kenapa juga aku harus merasa malu setelah mengingat kejadian itu? Aku sendiri tidak mengerti. Demi Tuhan, kejadian itu sudah sangat lama dan aku sudah melupakannya.

Oke, aku akui sebenarnya aku sama sekali tidak pernah melupakan kejadian itu dan terus memikirkannya sampai-sampai aku bertingkah seperti orang idiot disetiap aku melihatnya.

Jangan salahkan aku, pada saat itu dia adalah orang pertama yang tidak mengacuhkanku, kesal padaku atau bahkan takut ketika aku berkata kasar padanya. Jadi tentu saja itu akan menjadi sesuatu yang memorable untukku.

-Flashback 1 year ago-

Dengan perasaan kesal, aku membuka pintu kelas setelah bel bertanda usainya kelas terdengar. Tidak mempedulikan panggilan Duncan-guru algoritma-sialan yang menyuruhku untuk berbicara dengannya soal sikap tidak sopanku yang tadi aku lakukan selama pelajaran berlangsung.

Kismet | H.S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang