ㅡ # t h r e e

132 36 13
                                    

Jinhee menatap Hyunshik heran. Lelaki itu menghadang Jinhee dan hal itu merupakan hambatan baginya agar cepat pulang.

"Kau sedang apa?" tanya Jinhee.

"Aku tidak mau dibenci olehmu," ujar Hyunshik.

Sebelah alis mata Jinhee naik pertanda tidak mengerti. Ia memutar balik badan dan mencari jalan lain namun lagi-lagi Hyunshik menghadangnya.

"Aku ingin bicara padamu," Hyunshik bersikukuh tidak memberi akses jalan untuk Jinhee.

"Kita sedang bicara," balas Jinhee lalu mulai merasa gusar karena banyak murid perempuan yang melihat mereka berdua.

"Bukan di sini," kata Hyunshik lalu menarik lengan Jinhee. Ia berlari dengan cukup cepat dan Jinhee merasa terseret. Dalam hatinya, sudah banyak sumpah serapah untuk Hyunshik. Ia juga tidak tahu akan dibawa kemana.

"Sudah sampai!" seru Hyunshik sembari duduk di salah satu bangku di taman sekolah. Ia menunjuk bangku dihadapannya, "Duduk di situ."

Jinhee terdiam. Ia tidak tahu kenapa ia harus menuruti perkataan lelaki yang jelas-jelas ia tidak suka. Namun, karena sudah terlanjur berada disini -dan ini juga pertama kalinya ia datang ke taman sekolah yang indah, ia terpaksa ikut duduk.

"Bagaimana menurutmu soal taman sekolah ini?" tanya Hyunshik membuka pembicaraan.

"Langsung ke intinya saja. Apa yang mau kau bicarakan?"

Hyunshik termangu, ternyata gadis ini dingin sekali. "Yakin kau ingin mendengar penjelasanku?"

"Memangnya ada apa?" Jinhee balik bertanya

"Sepertinya kau penasaran."

"Sudah cepat," ucap Jinhee mulai kesal.

"Soal kejadian kemarin, anggota Space-in-W tahu bahwa kau tidak bersalah. Kami melihat semuanya dan menurut kami tindakanmu itu sudah cukup benar," jelas Hyunshik membuat Jinhee terdiam sejenak.

"Dan setelah kami menanyakan alasan mengapa mereka berbuat seperti itu, mereka menjawab bahwa ini semua karena Space-in-W," lanjut Hyunshik.

Jinhee mengangguk pelan dan menatap Hyunshik seolah memintanya agar melanjutkan penjelasannya.

"Kupikir kau pasti tidak suka pada kami," ucap Hyunshik.

"Pikiranmu benar," timpal Jinhee.

"Terutama aku," tambah Hyunshik.

"Lagi-lagi kau benar, pantas saja kau populer. Ternyata pintar sekali ya," Jinhee menarik sudut kanan bibirnya dan terlihat seperti tersenyum mengejek.

"Aku minta maaf, aku merasa tidak enak jika ada seseorang yang tidak menyukaiku," ucap Hyunshik.

"Hanya aku yang tidak suka padamu. Tidak usah kau pikirkan, masih banyak orang-orang di luar sana yang menyukaimu. Kau punya banyak penggemar."

"Jadi kau tidak mau memaafkanku?" tanya Hyunshik nampak kecewa.

"Aku maafkan, tapi sebaiknya kita jaga jarak saja. Aku tidak mau sampai ditindas lagi seperti kemarin," jawab Jinhee jujur.

"Mana ada teman yang saling menjaga jarak," dengus Hyunshik.

"Ya sudah, kita tidak perlu berteman," kata Jinhee enteng.

"Sebenarnya ada yang ingin kukatakan juga padamu."

"Apa?"

"Aku ingin berteman denganmu. Boleh?" pinta Hyunshik penuh harap.

Jinhee baru saja hendak mengatakan tidak, namun ia ingat sesuatu. Bukankah ini yang ia inginkan? Ia sangat berharap memiliki teman dan kini ada lelaki yang sangat ingin berteman dengannya. Tapi ia juga tidak ingin ditindas lagi. Ia ingin menjalani kehidupan yang normal.

All That Matters To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang