ㅡ # o n e

214 52 27
                                    

Tak disangka sepucuk surat yang kelihatannya tidak menarik dapat mengubah hidup Han Jinhee. Surat itu didapatnya 2 minggu yang lalu.

Surat dari teman masa kecil Jinhee ㅡPark Jinwoo. Mereka menjalin hubungan pertemanan yang sangat erat ketika masih bersama-sama duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu Jinhee lebih tinggi dibandingkan Jinwoo.

Entah sudah seperti apa Jinwoo sekarang. Jinhee tidak tahu pasti karena mereka sudah tidak pernah berhubungan semenjak Jinhee pindah dari Seoul ke Busan.

Kini, ia tengah memandang surat tersebut penuh harap. Surat yang sudah lusuh karena terlalu sering ia baca ulang 2 minggu belakangan ini.

Kepada : Teman terbaikku, Han Jinhee

Hei!

Kuharap kau belum melupakanku, satu-satunya temanmu saat dulu. Siapa lagi kalau bukan si tampan yang gagah. Ya ya ya, itu aku! Park Jinwoo. Dulu aku pendek dan nampak tidak sedap dipandang. Tapi kini aku sudah berubah.

Aku dengar dari Ayahmu, kalau kau akan kembali lagi ke Seoul. Sebenarnya, Ayahmu memintaku untuk merahasiakannya padamu. Tapi rasanya tidak tahan dan aku membocorkan hal ini kepadamu. Semoga Ayahmu yang merencanakan kejutan besar ini tidak marah padaku. Kau pasti sangat senang kan kembali ke Seoul? Bertemu denganku hahahah!

Seoul sudah banyak berubah. Begitupun aku. Tapi aku tetap aku. Aku masih merasa kehilangan teman seperti dirimu Jinhee-ya. Aku merindukanmu. Kini aku populer sekali, dikelilingi banyak gadis rasanya menyenangkan. Tapi, aku butuh teman sepertimu.

Ngomong-ngomong, jangan salahkan aku jika kita bertemu dan kau melihat diriku yang tampan, kau jatuh cinta padaku hahahaha. Ah tapi apa aku yang akan jatuh cinta padamu? Dulu saja kau cantik, apalagi sekarang?

Sudah dulu. Jangan dibalas.

Jinhee tersenyum lebar setelah membaca ulang untuk kesekian kalinya. Ya, Jinwoo benar. Dia sangat ingin kembali ke Seoul dan sangat berterimakasih karena Ayahnya memutuskan untuk kembali ke sana. Tanah kelahirannya. Untungnya, proyek kerja Ayahnya di Busan sudah berakhir dan bisa kembali.

Ia kini tengah menikmati sore hari di kamarnya, di Seoul. Rumahnya yang kini ia tempati adalah miliknya sedari dulu, namun sebelumnya ditempati kerabat Ibunya ketika Jinhee sekeluarga masih tinggal di Busan.

Besok adalah hari pertama Jinhee memasuki tahun ajaran baru. Hidupnya akan dimulai dari awal lagi. Lupakan kejadian yang telah lalu dan semoga saja ia cepat mendapat teman baru.

***

Suasana sekolah baru ini terasa cukup menyenangkan bagi Jinhee. Mungkin itu hanya karena sugesti dari dirinya sendiri, berpikir bahwa Seoul akan lebih baik dari Busan.

Setelah mendapat pengumuman pembagian kelas, Jinhee berjalan antusias menuju kelas barunya.

Menjadi murid baru saja sudah merupakan suatu hal yang dapat menjadi pusat perhatian. Apalagi jika murid baru tersebut adalah seorang Han Jinhee. Ratu sempurna yang serba bisa dari Busan. Tidak peduli kemana ia melangkah sepertinya ia sudah terbiasa menjadi sorotan.

Jinhee menduduki sebuah bangku kosong yang terletak tidak begitu jauh dari pintu masuk kelas. Ini memang tahun ajaran baru, namun tidak bisa menepis fakta bahwa ia tetaplah murid baru.

Ingin rasanya ia bertegur sapa dan berkenalan dengan murid perempuan yang berada di dekatnya. Namun, ia merasa malu dan memilih diam. Ia juga mencari sosok Jinwoo. Apakah Jinwoo satu sekolah dengannya? Entahlah.

"Hey murid baru," sapa seorang perempuan dengan rambut cokelat. Ia duduk persis di depan bangku Jinhee.

Jinhee mengulas senyuman kecil, "Halo, aku Han Jinhee."

All That Matters To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang