Part 12c

166 11 0
                                    

(12c)

"Ibun, kok aku ga liat Echa ya? Echa udah lagi mandi atau gimana Bun?" Tanya Zeezee di dapur menghampiri Ibun yang sedang memasak nasi tutug dan beberapa makanan lain untuk dibawa putri tercintanya

"Eh? Zee kamu udah bangun? Udah sholat? Echa ada di kamar Ibun dan Ayah, coba kamu tolong bangunin ya. Di kamar cuma ada Echa kok Ayah lagi ke mesjid"

"Oh? Ok Bun. Iya aku udah sholat kok Bun" Zeezee beranjak menuju kamar utama milik Ayah dan Ibun.

Perlahan ia mengetuk kamar dengan pintu besar nan megah namun tidak ada jawaban. Hingga membuatnya langsung memasuki kamar tersebut tanpa persetujuan dari penghuni kamar yang sedang terlelap di dalam.

"Cha, oioii bangun Cha. Udah kesiangan nih kita bentar lagi kejebak macet, Senin nih inget Chaaa! Lo belum subuhan pula kan? Chaa" Sepertinya butuh tenaga yang sangat ekstra untuk membangunkan sahabat yang memang gemar bangun tidur siang ini. Zeezee terlihat sedang menarik-narik kaki Echa namun nihil yang didapat.

"Belum bangun juga ya Zee? Semalam kita tidur cukup larut, dan Echa manjanya lagi kambuh tuh semalam minta tidur bareng Ayah dan Ibunnya. Sini Ibun aja yang bangunin Echa. Kamu siap-siap aja sana Zee"

Ibun mengambil alih untuk membangunkan Echa yang nampak masih sangat lelap dalam tidurnya.

"Anak Ibun yang semalam janji mau jadi anak baik nan sholehah, yuk bangun. Udah jam 5 ni buruan keburu subuhnya abis lho" Ibun membangunkan Echa dengan menjepit hidungnya dengan kedua jemari.

"Aduuuh apa sih ini? Ibun aku ngantuk bun" Echa kesal melihat kedua jemari Ibun yang berada pada hidungnya hingga menutup lubang pernafasan

"Bangun Cha, ini seniiin macet dimana-mana kan. Buruan! Kamu juga belum sholat. Ibun itung ya kalo masih belum mau bangkit juga a...." Belum selesai kalimat Ibun, Echa sudah bangkit dan segera bergegas menuju toilet.

"Ga usah mandi Cha, cuci muka aja terus sholat lalu berangkat sana. Ini kalian udah kesiangan lho, khawatir nanti ga sempat masuk ngantor lho kamu Cha" Ibun teriak mengingatkan Echa yang sudah memasuki toilet kamar Ibun.

Ibun keluar kamar dan kembali membantu Zeezeee menyiapkan perlengkapan mereka untuk dibawa pulang ke Jakarta.

"Ini dibawa juga Zee?" Tanya Ibun mengangkat sebuah tas berwarna biru

"Eh? Kayaknya sih iya Bun. Itu punya Echa, udah Bun taro disitu aja nanti aku yang bawain semuanya ke mobil"

"Gapapa, Ibun bantuin kamu sambil nunggu Echa bersih-bersih, eh eh jatuh nih Zee" tas biru itu ternyata belum terkancing sempurna hingga membuat beberapa isinya jatuh berserakan.

"Wah? Waduh Bun, itu apaan ya?" Terlihat sebuah benda berwarna cokelat tua jatuh tergeletak.

"Loh kok Ibun malah senyum" Tanya Zeezee memasang wajah penuh kebingungan

"Ibun yakin ini oleh-oleh yang Echa beli khusus untuk Diza" jawab Ibun sembari memasukkan kembali benda tersebut.

"Tau darimana Bun? Gosip nih Ibun. Tapi itu emangnya khas sini Bun? Buatan Sumedang?"

"Bukan sih Zee, yang Ibun tau ukiran ini memang dari Jawa Barat tapi bukan Sumedang sih, mungkin kemarin Echa ga sengaja liat ini terus langsung beli. Nih ditaro deketan dengan oleh-olehnya Tante Widya dan Om Reza, berarti kan ini untuk Diza"

"Lah? Setau Zee semua oleh-oleh dijadiin satu di tas yang warna cokelat deh Bun, bukan ini Bun, ini kan tas biru. Eh Bun coba kita keluarin lagi ukirannya, itu setelah diliat liat lagi ya memang seperti menggambarkan Diza banget Bun"

"Naon meureun kamu teh Zee ngarang pisan ah. Apanya yang mirip Diza? Diza ganteng begitu masa disamain dengan ukiran abstrak begini"

The Art of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang