Part 16

202 13 4
                                    

(16)

Beberapa hari telah dilalui Echa bersama tim Good Doctor untuk meeting koordinasi tim internal, meeting teknis, meeting talent, dan berbagai meeting lainnya dengan berbagai vendor, belum lagi survey, dan terakhir kemarin mereka GR (gladiresik) tanpa talent.

GR yang sama sekali tidak mengenal waktu. Bahkan hampir 24 jam mereka habiskan di Rs Medika Junior Permana untuk latihan, blocking kamera, properti dan persiapan perintilan lainnya.

Berlebihan memang, namun yaah seperti itulah jika program televisi perdana dan baru akan mulai syuting, seluruh tim dan kru masih berusaha meraba-raba untuk mencari bagaimana jalannya flow konten dan teknis yang terbaik.

Hari ini, tibalah saatnya mereka menunjukkan seluruh hasil brainstorm bersama selama beberapa bulan dan mulai diwujudkan dalam bentuk nyata. Bukan lagi dalam angan-angan mereka. Biasanya saat pelaksanaan untuk mewujudkan dalam bentuk nyata inilah saat dimana adu berbagai otak dan otot dipertaruhkan, karena tidak menutup kemungkinan akan ada banyak perubahan yang tidak sesuai dengan meeting dan persiapan mereka.

"Loh?? Kok di sini sih? Kan kemarin saya ga bilang ditaruh di sini pak, gimana sih?! Echa ga bilangin?? Echa monitor! Deryaaan come here please! Urgent!" panik Aletta menghadapi adanya beberapa perubahan bentuk set yang berbeda dari design gambar kerja. Ia mencoba memanggil Echa melalui Handy Talkie yang biasa digunakan saat syuting live ataupun tapping berlangsung, namun hasilnya nihil. Tidak ada jawaban sama sekali dari Echa.

"Der, sini" naas bagi Deryan yang sedang berdiri tak jauh dari posisi Aletta

"Echa kemana sih?? Saya panggilin di HT tapi ga ada jawaban"

"Umm, mungkin lagi di control room mba. Sebentar saya samperin ke sana ya?" Ucap Deryan dengan wajah tegangnya. Hilang sudah imej usil bin jahilnya, kini sama sekali yang terpasang di wajahnya hanyalah wajah serius, lelah, penuh penekanan, namun tetap semangatnya tak pernah pudar.

"Ga usah. Kelamaan. Kamu aja sini, saya mau nanyain ini, kok bisa-bisanya meja dokter dan bed pasien ada di sini?? Gambarnya kan ga gini. Kemarin udah blockingan dengan director juga posisinya bukan seperti ini kan?!" Tanya Aletta dengan letupan emosi yang sama sekali tidak dapat disembunyikan.

"Iya Mba, karena kemarin kan peralatan medis yang berat ini belum ada, pengukur tinggi dan berat badan juga baru dateng tadi pagi jadinya kita ubah posisinya menyesuaikan. Tapi ini belum fix sih Mba, masih nunggu Mas Lucky Director untuk blockingan lagu secara keseluruhan" ujar Deryan menjelaskan panjang lebar dengan penuh hati-hati. Khawatir terjadi kesalahan ucap pada penjelasannya.

"Mas Lukman maksud kamu?"

"Iya kan panggilannya mas Lucky mba" jawab Deryan takut-takut, berbisik dan tidak didengar oleh Aletta

"Terus mana mas Lukmannya? All crew kok belum ada keliatan?? Udah jam setengah 9 lewat nih Der, kita callingan talent aja jam 10 kan? Kita udah harus ready lah sebelum mereka dateng"

Belum sempat Deryan menjawab serbuan pertanyaan Aletta, Echa tergopoh-gopoh datang menghampiri mereka.

"All crew udah on the way Mba, udah diberangkatin semua sama Adel. Adel yang sapu bersih all crew dari kantor, dia pun udah berangkat ke sini" ujar Echa dengan nafasnya yang tersengal.

"Kamu?!! Where have you been?! Saya daritadi teriak-teriakan di Ht, kamu ga dengar?? Kamu kan seharusnya nge-lead di sini" Aletta sangat geram melihat penampakan Echa yang sudah sedaritadi ia cari keberadaannya namun tidak kunjung terlihat batang hidungnya

"Mba Letta maaf, saya tadi pas dateng langsung ke control room dan belum ambil Ht di unit. Jadinya saya ga tau kalo Mba Letta manggil saya" ucap Echa dengan formalnya menyebut diri sendiri 'saya'. Dalam keadaan hectic seperti ini, rasanya sudah secara refleks saja ia menggunakan bahasa formal yang sangat jarang ia terapkan jika tidak dalam keadaan penting nan genting.

The Art of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang