Dear Ai,.
Maaf, tadinya aku ingin menyimpan ini untukku sendiri. Tapi aku tidak bisa. Aku yang memintamu. Aku yang melepasmu. Aku juga yang tidak dapat melupakanmu. Aku tidak tau, apa aku masih merupakan momok bagimu. Aku tidak tau pasti bagaimana kamu padaku saat itu atau sekarang. Kamu benar, aku memainkan dramaku sendiri. Aku menulis hal yang aku kira aku tau. Aku memutuskan hal yang aku kira benar. Semua sepihak. Coba aku tebak, apa kamu pernah (atau malah masih) merasa aku telah berlaku tidak adil? Ya, aku pun merasa begitu. Aku merasakan hukumannya. Kamu tidak hilang-hilang dari pikiranku. Aku masih berharap untuk kamu sapa setiap kita bertemu. Aku masih berharap kita dapat tertawa biasa saja seperti yang lainnya. Ah, sebentar, maaf, apa aku lagi-lagi mengira kamu tidak dapat tertawa biasa saja? Atau benar kamu tidak dapat tertawa biasa saja padaku?
Begini saja, biarkan aku menceritakan drama apa yang aku tuliskan di otakku. Kalau kamu membaca ini, kamu boleh membodoh-bodohi aku. Kamu boleh marah. Kamu boleh mendiamkan aku. (Walau aku sungguh tidak bisa menerima itu. Aku bukan orang yang mampu menahan diri padamu, Ai). Apa pun yang kamu mau. Tapi aku harap kamu jadi bisa lebih memaafkan aku.
Jika ini malah membuatmu sakit hati, tolong maafkan aku. Sungguh aku tidak pernah bermaksud begitu. Jika ini membangkitkan ingatan yang tidak enak, tolong maafkan aku. Sungguh aku hanya bisa meminta maafmu. Aku ingin mencoba ini. Mencoba menuliskan semua yang ada dipikiranku. Aku harap, dengan begitu kamu dapat keluar sedikit demi sedikit dari sana. Dengan begitu, aku dapat merelakanmu.
Yang ingin melupakanmu,
X
KAMU SEDANG MEMBACA
Ai's
RomanceSudah duaribu hari berlalu sejak saat itu. Kini, dua ribu kilometer jarak telah memisahkan kita. Andai begitu pula hatiku padamu, aku tak akan nelangsa begini setiap waktu. ...