Aku mengelus kepala Adelaine dengan pelan. Ia dapat tertidur nyenyak setelah aku mengelus kepalanya dan dapat bermimpi buruk jika Lucien yang melakukannya.
Aku terus mengelus rambut panjangnya hingga ia tertidur.
•••
Aku berjalan tanpa tahu tujuanku. Aku tidak bisa tidur. Biasanya aku akan tidur di bawah dekapannya tapi entah mengapa ia tidak kembali. Aku rasa, ia benar benar marah.
Aku berhenti di sebuah pintu putih, aku memegang gagangnya dan mengelus nama yang terukir di sana, A d e l a i n e.
Ku buka pintu tersebut dan ruangan gelaplah yang aku lihat. Ruangan ini adalah ruang pribadi Adelaine. Lucien yang membuatnya untuk hadiah ulang tahun Adelaine jika ia sudah remaja.
Aku menghidupkan lampu dan seketika ruangan itu menjadi terang. Aku melihat lukisan lukisan serta potrait Adelaine sejak ia masih bayi. Ruangan ini seperti ruangan seniman, penuh. Ada lukisan Adelaide juga. Kita kan tidak tahu semirip apa mereka nanti.
Hah, aku mulai merindukan nenek buyutku yang kejam itu.
Adelaine... ia pasti akan tumbuh cantik sepertimu, Adelaide.
Lucien sangat jahil padanya tapi ku rasa aku tahu sifat jahil yang Arsyn dapat itu pasti berasal dari Lucien. Arsyn... kau belum ada saat ini.
Aku tersenyum tanpa sadar namun tiba tiba saja aku teringat sesuatu. Saat itu, ada Arsyn, Arshel, Lana dan Courtney. Lalu... dimana Adelaine?
"Kau sedang apa?"
Aku terkejut ketika Lucien memelukku dari belakang, ia meletakkan kepalanya di pundakku, "Apa yang kau pikirkan?"
"Ti.. tidak." aku menatap ke lukisan putriku. "Kau mengejutkanku."
"Maafkan aku, kau juga mengejutkanku dengan suntikkanmu." ia mengecup pipiku. "Kau seharusnya jadi perawat saja. Tapi jika kau jadi perawat, semua orang pasti lari dari rumah sakit."
"Diamlah atau aku akan menyuntikmu lagi!" ancamku.
Lucien menyeringai, "Kau sangat mudah marah, Lily."
"Dan kau tambah menjengkelkan saja." sindirku.
Lucien melepas pelukannya, "Ayo kembali ke kamar. Ini sudah malam, kau harus tidur."
Aku mengangguk dan keluar dari ruangan itu sementara Lucien akan mematikan lampu.
Aku masih saja memikirkan hal yang terasa ganjal itu. Tapi...
"Lily?" panggil Lucien.
"Ah, ya?"
"Jika ada sesuatu, katakan saja padaku." ia berjalan bersamaku ke kamar kami. "Apa itu tentang Courtney? Ia akan baik baik saja bersama Khasvain."
"Tidak tapi ini soal 'aku yang ingin melenyapkanmu'." ketusku.
Lucien menarikku ke pelukannya, "Kenapa kau sinis sekali hari ini?" tanyanya. "Kau marah padaku?"
"Menurutmu?" aku melepaskan diri dari pelukannya. "Sudahlah, aku mau tidur!"
Lucien menyeringai, "Mrs. Rockefeller sangat emosional, bukankah begitu?"
"Lucien!" aku mendengus. "Jangan terus menggodaku!"
Lucien tertawa. Yah, sepertinya aku akan terjebak bersama orang menyebalkan ini sepanjang sisa hidupku.
•••
Pagi telah menunjukkan cahayanya, aku pun terbangun dan melihat Lucien akan membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: Treacherous Chain
FantasyIII. Chapter Three Semua yang terjadi seperti rantai. Rantai yang berbahaya. Rantai yang sama seperti rantai Angel Mirror yang mencekiknya. Semua berawal dari seorang penyusup lalu ada pengkhianat dan penyerangan. Mereka adalah orang orang berbahaya...