Setelah beberapa hari sejak saat itu dan tak ada tanda tanda Manusia akan menyerang maka kami bisa menyimpulkan bahwa mereka punya strategi.
Dan mereka tak akan menyerang terlebih dahulu. Mereka ingin kami masuk dalam pancingannya. Mereka amat pintar dalam hal ini ku rasa.
"Jadi apa kita akan menyerang mereka?" tanya Zavent yang saat itu sedang memangku Modeselles.
"Ya. Kita yang akan bergerak lebih dahulu. Setiap cela ada kesempatan. Dan mereka memberikan itu."
"Bagaimana jika kesempatan itu berubah jadi jebakkan dan mereka berhasil menjebak kita?" tanyanya.
"Kalau begitu pasrahkan saja." Lucien menaikkan bahunya.
"Jangan gila. Bagaimanapun anak anakku masih kecil."
"Tapi kau yang memutuskan untuk bergabung. Maka kau tak bisa mundur." Lucien menyeringai.
Zavent memutar bola matanya. "Terserahlah. Kenapa aku baru menyesalinya sekarang ya?"
"Jadi persiapkan dirimu. Kita akan menyerang mereka malam ini. Karena hanya saat itulah Lily bisa mengeluarkan Aurora nya jika sewaktu waktu di butuhkan."
"Apa kau sudah mendapatkan izin suamiku?" tanyanya jengkel.
"Tentu saja itu mudah." Lucien tersenyum miring.
"Jika aku tidak terlanjur berjanji pada Lady Cara maka aku akan menyuntikmu habis habisan Yang Mulia." geram Zavent.
Lucien tampaknya kebal akan ancaman apapun selama suntikkan itu tidak di depan mata. Aku akan menitipkan Courtney pada Khasvain lagi malam ini.
"Kalau begitu kami pulang duluan ya. Aku tidak ingin melihat pertumpahan darah kalian berdua." kataku seraya menarik Lucien menjauh.
"Dah Zavent!"
Lucien menaikkan sebelah alisnya ketika kami menjauh. "Kau cemburu?"
"Apa?" Aku menatapnya seolah ia adalah orang paling gila yang pernah kutemui. Tapi, Lucien memang gila. Ia pasangan gilaku. "Kau gila?"
Lucien mengangkat bahunya. "Hanya menduga saja. Secara, kau sendiri tampaknya sangat kesal."
"Maaf? Aku? Kesal?" tanyaku seperti orang idiot. "Yang ada aku malah ingin membunuhmu sekarang!"
"Kau benar benar ingin membunuhku?" ia malah menggodaku.
"Diam kau Lucien brengsek!"
Dan Lucien tertawa puas. Ia pasti senang sekali melihat kekesalan di wajahku ini! Ia sering mengatakannya bukan? Dasar lelaki brengsek.
"Makan ini sialan!"
Aku langsung menendang tulang keringnya dan segera meninggalkannya.
•••
Ketika malam tiba, kami masuk ke ruang rahasia yang pernah di tunjukkan oleh Pangeran Carlos di Corona Borealis. Jika kalian bertanya kenapa aku tidak langsung ke Orion saja, itu pasti karena aku malas bertemu Pangeran dan Putri nyinyir itu.
Ruang rahasia yang punya banyak Mirror ini benar benar terisolasi. Bahkan aku saja sudah lupa jika aku tidak mengingatnya lagi sekarang.
"Apa kau yakin ini aman?" tanya Zavent.
Lucien tampak jengkel. "Ikut saja. Atau aku akan melemparmu."
Zavent mendengus dan kami masuk bersama ke dalam Mirror. Entah apa yang terjadi tapi ku rasa Zavent dan Lucien punya permusuhan abadi yang amat pekat.
Nyaris seperti aku dan Chailyn.
Ketika kami sampai, kami sengaja langsung membuat keributan.
"Pergilah, aku akan mengurus bagian depan." Lucien menghajar pengawal di depan sedangkan aku mengikuti Zavent ke dalam.
"Ayo!"
Zavent akan membawaku ke ruangan tempatnya pernah di sekap. Ia tahu di sanalah Jordan menyimpan senjatanya.
Tapi ketika kami sampai, sepertinya ruangan itu telah di jaga seseorang.
"Ku rasa kita terlambat." Zavent mengedikkan bahunya. "Seseorang telah menunggu kita. Oh maksudku, beberapa orang." ujarnya ketika beberapa orang keluar dari belakang seseorang itu.
Para Manusia itu sangat pasif. Mereka tak ingin menyerang terlebih dahulu sehingga Zavent langsung saja menerjang salah satunya.
Dan aku menggunakan Auroraku untuk membekukan mereka. Seperti yang pernah ku lakukan pada Thylane. Sementara mereka membeku, Zavent yang bertugas melenyapkan mereka.
Karena aku tak ingin ikut ikutan dalam bagian bunuh membunuh sebenarnya.
Tapi apalah daya? Setiap pertarungan selalu hanya ada dua pilihan yang harus di pilih. Mati di bunuh atau hidup membunuh.
"Sebaiknya kau serahkan ini padaku. Dan kau bisa pergi." kata Zavent melihat banyaknya Manusia mulai ingin mengepung kami.
"Tapi.."
"Lakukan saja dan buat semuanya mati. Mereka bukanlah apa apa." ia mengedipkan sebelah matanya.
Memang Manusia bukanlah apa apa tanpa teknologi dan senjata dari Jordan. Tapi karena Jordan, kami tak bisa meremehkannya begitu saja.
Dan aku tahu apa yang Zavent maksudkan. Jadi aku segera berlari sementara ia sibuk menghabisi mereka semua. Ketika aku melihat Lucien, aku langsung berlari kearahnya namun seseorang menarikku dari belakang.
"Lepaskan!" teriakku.
Mendengar teriakkanku, Lucien langsung tidak fokus. Seseorang berhasil memukulnya.
"Lucien!"
"Kau tertangkap, Yang Mulia." Manusia itu menyeringai.
•••
Saat ini kami tak punya pilihan lain. Tertangkapnya aku berarti berakhirnya sebuah permainan. Karena Zavent pun tak bisa melawan dan terpaksa menyerahkan diri atau nyawaku akan melayang.
Jika Zavent saja tak bisa, apalagi Lucien?
"Apa yang kau inginkan?" tanya Lucien.
"Kau jelas tahu apa yang kami inginkan." Manusia itu tampak puas telah mengalahkan kami bertiga.
Aku sangat tahu Lucien sedang marah. Ia tak suka di paksa berlutut kepada orang lain. Ia tak akan pernah melakukannya. Yah mungkin pernah, tapi di hadapanku.
"Aku dan kaumku ingin dunia ini menjadi milik kami, Manusia. Mungkin hal itu bisa di mulai darimu. Bagaimana jika kau menyerahkan kerajaanmu padaku dan membuat perjanjian dengan kerajaan lain untuk menyelamatkan Ratumu ini?" lelaki itu mencolek daguku.
Apa apaan dia!
Rahang Lucien mengeras. "Jangan sentuh dia atau kau akan menyesal."
"Apa yang bisa kau lakukan memangnya? Kau terikat jadi aku bisa dengan puas menyentuh istrimu ini." ia tertawa.
Aku menatap Lucien tajam. Memperingatinya untuk tidak melakukan hal yang bodoh. Tidak sampai para Manusia itu menggigit jarinya sendiri.
Karena aku tahu, lelaki ini yang memegang pedang Jordan dan ia tidak bisa di remehkan. Kami harus mendapatkan pedang itu sebelum mematahkan lututnya.
Lucien jelas tak akan membiarkannya hidup setelah semua ini.
"Baiklah aku tak akan bermain main lagi denganmu. Setujui syaratku maka permaisurimu akan bebas."
Tanpa berpikir panjang, Lucien mengangguk. "Aku akan memberikan Corona Australis padamu beserta kerajaan lainnya."
•••
140217
![](https://img.wattpad.com/cover/77882497-288-k816893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: Treacherous Chain
FantasyIII. Chapter Three Semua yang terjadi seperti rantai. Rantai yang berbahaya. Rantai yang sama seperti rantai Angel Mirror yang mencekiknya. Semua berawal dari seorang penyusup lalu ada pengkhianat dan penyerangan. Mereka adalah orang orang berbahaya...