Part 6

1 0 0
                                        

Aku akan mengakui semuanya ke kak revan dan mengungkapkan perasaanku di hari ulang tahun kak  revan besok. Apapun keputusan kak revan akan ku terima. Tanganku gemetaran karna untuk bertatap langsung dengan kak revan saja itu terasa sulit.

Sejujurnya ulang tahun kak revan di rayakan dirumahnya karna aku tidak terlalu penting dengan kak revan makanya aku gak diundang. Jadi kuputuskan untuk menemuinya sepulang sekolah.

Aku sudah mempersiapkan makanan kesukaan kak revan dan juga surat yang isinya adalah semua perasaanku terhadapnya. Aku sedikit lega karna fiona dan vino memberiku semangat dan juga mrmbantu menyiapkan semuanya.

Keesokan harinya...

Fiona bermaksud memancing kak revan untuk pergi ke taman belakang sekolah. Aku dan vino sedang bersiap-siap di taman, walaupun sangat gugup berkali-kali vino meyakinkan ku kalau yang kulakukan akan berhasil.

"Hai?" suara yang membuatku terkejut dari arah belakangku.

Aku menoleh "ka... Kak revan, selamat ulang tahun dan aku ingin memberikan ini untuk kakak." aku memberikan kotak makan dan surat yang kugenggam dari tadi. Vino dan fiona hanya bisa melihat kami dari jauh.

"Ini kan... Jadi kotak makan ini dari kamu?" Kak revan terkejut saat mengetahui kotak makan itu. Dan kak revan langsung membuka surat yang ku tulis.

Happy birthday kak revan semoga sehat selalu, sukses selalu and wish you all the best. Mungkin aku hanyalah sekedar fans kakak seperti yang lain. Gak ada sedikitpun yang istimewa dari diriku. Aku juga gak bisa memaksakan kehendakku untuk bisa bersama dengan kakak.

Selama ini aku hanya bisa memendam perasaanku sendiri. Aku hanya ingin kakak tau apa yang kurasakan. Maaf kalau membuat kakak kecewa. Mungkin aku seperti rumput liar yang berada di taman yang ingin menjadi bunga agar disukai banyak orang. Tapi rumput tetaplah rumput tidak bisa menjadi bunga. Bukan dari jenis yang bisa mengubah seseorang tapi dari bagaimana cara orang memperlakukannya. Aku harap kakak tidak akan pernah berpaling padaku, walaupun aku bukan apa-apa bagi kakak...

Aku langsung melangkahkan kakiku pergi dengan perlahan, kak revan masih saja melihat surat yang kuberikan. Aku tau mungkin aku salah atau terlalu berani, walaupun ini bukan seperti aku yang biasanya tapi aku sangat lega bisa mengungkapkan perasaanku selama ini.

"TUNGGU!!" sontak ada yang berteriak dan menarik tanganku.

*****

Wah apakah itu kak revan atau bahkan fiona? Loh kok? Hehehe
Yuk ikuti terus dan jangan lupa follow n vomentnya...
Thank you

You Don't Know MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang