H-7 pertunangan. Aku dan Mikha harus mengambil baju dan cincin pertunagan kita. Baju pertunagan kita perpaduan antara warna coklat dan tosca. Kalau cincin hanya bertuliskan Mikha & Coraline. Setelah mengambil baju dan cincin, aku dan Mikha makan siang di sebuah restoran. Tiba-tiba ada seorang anak mungkin bisa di bilang seumuran denganku, dia meminta tanda tangan Mikha dan foto bersama. Aku bingung dan hanya memperhatikannya. “Mik, kok dia minta tanda tangan kamu? Terus foto bareng pula. Emang kamu artis?” Tanyaku polos. “Aku itu punya band namanya TheOvertunes. Personilnya aku, Reuben sama Mada. Waktu itu aku mau kasih tau kamu tapi lupa.” Ucapnya lalu tertawa kecil. “Oh gitu, maaf aja aku nggak pernah bergaul dengan sosial media. Nggak kayak anak-anak jaman sekarang.” Ucapku datar. Mikha lalu tertawa adan menatapku. “Emangnya kalau kamu nggak gaul sama sosial media aku nggak bakal jadi nikahin kamu? Waktu kamu masih cupu aja aku suka.” Ucap Mikha. “Mik, apaan sih? Basi deh.” Ucapku sedikit kesal. “Maaf sayang aku cuma bercanda.” Mikha memegang tanganku. “Mau kamu cupu, kudet, atau apapun itu aku tetep sayang sama kamu.” Lalu Mikha mencium tanganku. Aku hanya bisa tersenyum dan blushing.
Hari pertunangan pun tiba. Acara itu di laksanakan di rumahku. Acaranya sederhana. Seperti yang Om Lans bilang, yang di undang hanya lah keluarga kami saja. Setelah acara itu selesai, Mikha tinggal di rumahku, untuk beberapa bulan kedepan. “Akhirnya acaranya selesai juga. Dan akhirnya kita tunangan.” Ucap Mikha sambil menatapku. “Mik, istirahat gih! Pasti kamu kecapean.” Mikha menatapku, lalu mengangguk. Dia pun mencium keningku, lalu pergi meninggalkanku. Aku pun segera masuk ke dalam kamar, dan pergi untuk tidur.
“Selamat Pagi!” Ucapku dalam hati. Aku harus membangunkan Mikha. Ku langkahkan kakiku menuju arah kamar Mikha. Aku pun masuk ke kamarnya. “Mik, bangun udah pagi! Kita sarapan bareng Papah sama Mamah. Mik, Ayo bangun!” Tapi Mikha masih saja tertidur. Aku cium saja pipi Mikha, dia pun lalu membuka mata. “Hai, Sayang! Kamu udah bangun?” Ucapnya yang sedikit masih mengantuk. Aku menarik kedua tangannya, membuat ia terduduk di kasurnya. “Coraline, aku masih ngantuk.” Ucap Mikha sambil memejamkan matanya. Aku pun berfikir bagaimana cara membuat Mikha benar-benar terbangun. Ku pegang wajah Mikha dengan kedua tanganku, lalu ku kecup sekilas bibir Mikha. Dia pun terkejut dan membuka matanya. Aku hanya tertunduk, menyembunyikan blushing di pipiku. Mikha memegang kedua wajahku dengan kedua tangannya lalu mengarahkan untuk menatapnya. “Thanks for kiss honey, love you!” Kemudian Mikha mengecup bibirku sekilas. Aku pun hanya menatap Mikha. Kemudian Mikha menarikku keluar kamar. Setelah itu aku dan Mikha membuat sarapan. Dan kami pun mulai sarapan di meja makan.
“Enak juga masakan kalian.” Ucap Papah sambil mengunyah makanannya. Kami berdua hanya tersenyum. Setelah itu Papah dan Mamah pun pergi berangkat kerja. Di rumah hanya tinggal aku dan Mikha. “Kita pergi yuk? Ke rumah jamur atau nggak kita ke mall belanja!” Ucap Mikha. Aku pun menggeleng kecil. “Kenapa?” Tanya Mikha. “Kita habisin waktu di rumah aja, kita nyanyi-nyanyi atau ngerjain tugas bareng mungkin.” Ucapku di iringi tertawa. Bukannya memberikan komentar atau rasa setuju, Mikha malah menggelitik pinggangku. Aku tertawa dan berusaha menghentikan gelitik kan Mikha. Setelah itu kita bermain piano dan nyanyi bersama. Suara Mikha sungguh seperti malaikat, seperti namanya.