Hari demi hari ku habiskan waktu bersama dengan Mikha. Besok aku akan menikah dengan Mikha, dan menjadi Istrinya. Semua yang kita butuhkan untuk esok hari telah siap. Reuben telah menemukan sosok perempuan yang bisa mencintainya, Bretha. Teman kuliah yang satu jurusan dengannya. Gabrielle kini berpacaran dengan Mada, dan Olive dengan Jeremy. Sungguh bahagia ketika aku mengetahui itu semua.
“Mah, kok aku jadi grogi sih?”
“Pasti semua orang waktu nikah ngerasain itu, kamu tenang aja yaa.”
“Coraline!”
“Hai Olive, Gabrielle dan Bretha!”
“Kamu cantik banget pake gaun ini!” Ucap Gabrielle.
“Makannya nanti kalian cepet nyusul yaa.” Ucapku di iringi tawa.
Lalu mereka pun mengobrol bersamaku, dan rasa grogiku mulai hilang. “Mereka benar-benar sahabat terbaikku.” Ucapku dalam hati. Acara pun di mulai. Pendeta sudah datang. Aku mengandeng Papah, dan berjalan menuju tempat di mana Pendeta berdiri dengan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba coklat. Aku melepaskan gandenganku, dan mulai menaiki tangga. Setelah itu pemberkatan pun di mulai. Dan kini aku dan Mikha sudah menjadi suami istri. Acara pun selesai. Kedua orang tuaku dan kedua mertuaku memberi surprise setelah acara selesai. Mereka menunjukan rumah baru kami, dan barang-barang kamu sudah tertata rapih di rumah itu. Aku dan Mikha tinggal di rumah baru itu.
“Capek juga.” Ucapku sembari memasukan bajuku ke lemari.
“Kalau aku sih nggak ngerasa capek, kan ada kamu penyemangat aku!” Ucap Mikha di iringi tawa.
“Aduh Mik, jangan gombal deh.”
“Aku nggak gombal kok, aku beneran.”
Setelah itu aku merebahkan diri di sebelah Mikha. Dia menatapku, dan mencium halus keningku.
“Akhirnya kamu jadi istri aku dan anak-anakku nanti.” Ucap Mikha sambil menggengam tanganku. Aku hanya tersenyum dan menatapnya.
“Malam ini kan malam pertama, mau sekarang?” Ucap Mikha jahil.
Aku menggeleng sambbil menahan blushing di pipiku.
“Kenapa?“ Ucap Mikha yang terlihat sedikit kecewa.
“Belum saatnya. Lagian aku masih mau ngerasain masa-masa dimana aku sama temen-temen seneng-seneng. You know lah, Mik.” Ucapku tersenyum kepada Mikha. Dia hanya menganggukan kepalanya. “Good night my wife, nice dream.” Setelah itu cup. Dan aku memejamkan mata, lalu berharap dalam hati agar semua ini tidak cepat berakhir.
Aku dan Mikha. Reubend dan Bretha. Mada dan Garbielle. Jeremy dan Olive. Semua bahagia. Dan bahagia itu sederhana. Mensyukuri apa yang kita miliki. Selagi kita bisa melakukan suatu hal, kenapa tidak berusaha untuk mencobanya? Terimakasih untuk kalian yang sudah membaca. Much Love!
-Admin5