Tidak ada yang namanya kalimat perkenalan sebagai formalitas. Karena sudah menjadi hukum alam bahwa kamu dan dia tidak akan melakukan hal sesopan itu, bahkan dalam keadaan apapun. Kamu makhluk manis dengan hati penuh indera perasa harus ditakdirkan mengenalnya, sosok pemuda penuh rayuan yang membuatmu mau tidak mau harus melengkungkan bibir tipismu kearah yang berlawanan.
Ia pernah melakukan hal-hal kecil yang mengharuskanmu mengeluarkan berbagai macam ekspresi. Apapun bentuk dan nama hal-hal kecil itu, kamu tetap suka dan amat sangat menyukainya. Hingga satu kalimat itu mendesak otak dan perasaanmu untuk kembali berpikir keras. Meyakinkan diri bahwa apa yang kamu rasakan adalah benar dan nyata.
Tapi sayangnya. Sosoknya adalah maya, begitu juga dengan perasaanmu untuknya. Terlalu maya dan semu karena perkenalanmu hanya di dasari dengan landasan 'Aku mengenalmu melewati sebuah situs'. Terlalu lucu. Semesta seolah-olah sedang mempermainkanmu.
Dan kini..
Hilangnya menjadi pertanyaan yang selalu menghantui langkahmu. Kepergiannya yang tanpa jejak, bahkan hanya menyisihkan puing-puing kenangan yang masih setia berbekas, menggumpal di sudut pikirmu.
Andai, katamu. Andai rindu yang kamu miliki dapat mengikis jarak yang berlaku. Mungkin kamu dan ia saat ini bukan lagi sedang bertukar pesan, melainkan bercengkrama dengan indah. Menceritakan segala pengalaman hidup yang kalian berdua miliki. Duduk berdampingan, dengan mata yang memandang kemerlip bintang diatas sana.
Ini bukanlah keinginannya.
Hanya saja..
Dia memang begitu.