Bagian 7: Pecinta Futsal dan Aksara.

29 2 0
                                    

     Di ujung sana, sosokmu kembali bergemelut dengan imaji-imaji futuristik yang tercipta oleh akal sehatmu. Matamu terus memindai, memperhatikan gerak-geriknya yang seolah-olah jika kamu melewatkannya satu detik pun menjadi masalah fatal untukmu. Kamu tidak mau mengalihkan pandanganmu sementara waktu pada objek yang lain, karena otakmu sudah di atur sedemikian rapih untuk hanya terpusat pada sosoknya.

     Ketika sosok itu berlalu dari pandanganmu, matamu bergerak guna mengejar ketertinggalan. Ia melangkah ringan ke ujung gedung olahraga, sejenak ia berbincang, dan detik berikutnya ia melepas earphone dan jaketnya. Tiap geraknya terlihat begitu mendamaikan hati untuk kamu amati hingga tanpa sadar lengkukan dengan bentuk asimetris kamu tunjukkan kepada manusia yang tengah membentuk lautan.

     Tanpa aba-aba, perintah yang gurumu berikan membuyarkan imaji futuristikmu. Kamu bangkit dari posisimu dan melangkah ringan menuju tempat yang gurumu harapkan—tanpa lepas pandangan dari berdirinya sosok manis itu.

     Pecinta olahraga futsal, inisial itulah yang seringkali kamu sematkan dalam aksaramu. Kamu tersenyum mengingat itu semua. Tentang bagaimana pikirmu saling berdebat merangkai diksi dalam bentuk aksara yang tepat untuk si pecinta olahraga futsal yang kamu kagumi sejak beberapa bulan yang lalu. Dan sejak detik itu dimulai, aksaramu mulai berkelana dengan bebas. Menghantui tiap langkahmu untuk kembali menyematkan inisial itu pada rangkaian diksi yang kamu ciptakan setiap harinya.

     Melihat sosok manisnya yang tengah menggiring bola kesana-kemari, tak pelak membuat lengkungan dibibirmu terukir dengan indah. Menurut pengakuanmu, "Setiap geraknya adalah objek nyata karya Tuhan yang diciptakan untuk saya.".

     Dan beginilah kisah kamu si pecinta aksara dan ia si pecinta futsal. Bagaimanapun keadaannya, ada saja imaji futuristik yang menyelimuti ruang pikirmu. Sama halnya dengan sosok manis itu. Tidak mengenal waktu dan tempat, karena itu adalah kesukaannya. Ia mencintai futsal dan kamu mencintai aksara, berikut dengan diksi-nya.

     Futsal dan Aksara. Tidak ada yang aneh, bukan?

***


"Terlihat menyenangkan ketika kemampuan yang saya miliki, pada kenyataannya menjadi inspirasimu untuk merangkai diksi yang menjadikannya sebuah aksara yang bernyawa. Tetaplah berkarya, ada atau tidak adanya saya nanti dalam hidupmu."  - Pecinta olahraga futsal.

"Akankah saya diberikan izin untuk menyematkan kemampuanmu dalam aksara yang akan saya buat? Dan saya mohon.. tetaplah berdiri dalam jangkauan saya. Jangan berpindah satu mili pun. Karena saya tidak lagi mau merasakan rindu kelam." - Pecinta aksara.

Bekasi, 27 Agustus 2016.
Gedung olahraga, 10:28 wib - 12:30 wib.

[ Terinspirasi, tuan pecinta olahraga futsal yang lahir dibulan Mei ].

Untaian Harap.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang