Chapter 1

29.3K 1.4K 46
                                    

Summary : Harry Potter bosan jadi bidak catur nan manis. Saatnya Harry bertindak. Ia akan berburu Voldemort. Untuk itu, Harry Potter dibantu oleh dua sahabat baik ayahnya yakni Profesor Lupin dan Sirius Black. Berhasilkah Harry? Di lain pihak sebagai seraphine, ia harus menemukan matenya. Siapa ya mate Harry???

WARNING : BL, gaje manipulatif Dombledore tapi tak jahat, smart Harry, OC, AU.
Seting tahun keempat Harry di Hogwarts


Harry termenung di kamarnya. Keringatnya menetes deras, membasahi kening dan punggungnya. Nafasnya tersengal-sengal menahan sisa rasa sakit yang menggelenyar sepanjang punggungnya. Tubuhnya terasa lemas dan ambruk ke ranjang. Ia berusaha menyamankan dirinya, sebelum melihat apa yang terjadi dengan punggungnya itu.
Tadi malam ia terbangun karena merasakan rasa sakit yang luar biasa menyerang tubuhnya. Ia seperti dibakar api hidup-hidup. Kulit punggungnya meregang lalu seperti dibelah dua dan ditarik ke arah yang berlawanan. Sakitnya luar biasa. Harry sampai harus menggigit bibirnya agar ia tak menggelepar, menjerit kesakitan.

Percayalah dengan berteriak, masalahnya tak akan selesai begitu saja. Justru akan bertambah lebih buruk, mengingat ia tinggal bersama keluarga Dursley. Mereka tak pernah berpura-pura tak benci pada Harry. Hanya Tuhan yang tahu mengapa dulu mereka tak melempar Harry kecil ke panti asuhan, begitu mendapati Harry di depan pintu rumah mereka.

Sebenarnya ia bisa mendapat tempat yang lebih baik dari tempat ini. Ayah baptisnya aka Sirius Black menawarinya tinggal bersama di kediaman Black, keluarga penyihir berdarah murni yang legendaris itu. Tapi Harry terpaksa menolaknya. Ia tak kuasa melawan kepseknya aka Albus Dombledore. Jadi dengan terpaksa Harry kembali melewatkan liburan musim panasnya di rumah bibinya lagi.

Kembali lagi pada Harry yang masih tersengal-sengal. Tenaganya sedikit pulih. Ia bersusah payah bangun dari tengkurapnya. Ia melirik bajunya yang sobek. Dengan takut-takut ia melirik punggungnya yang tadi terasa sakit. Matanya membola seketika. "What!" teriaknya lebih keras sebelum cepat-cepat menutupnya kembali dengan punggung salah satu tangannya.

Sebuah sayap nan cantik kini menghiasi punggung Harry. Bukan hanya menempel, tapi tumbuh dengan anggunnya di punggungnya. Harry bahkan bisa menggerak-gerakan sayapnya yang cantik, tipis, tapi kuat seperti sayap kupu-kupu. Dahinya mengernyit, bingung. "Oh ya Tuhan. Cobaan apa lagi ini?" Gumamnya. "Kenapa aku punya sayap? Makhluk apa aku ini sebenarnya?" keluhnya.

Ia mendesah panjang. Satu lagi alasan yang akan membuat Bibi Petunia dan Paman Vernon yakin, kalo Harry memang anak yang aneh. Besok pasti paman dan bibinya akan marah besar padanya kalo tahu ia punya sayap. "Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan?" katanya nelangsa.

...****...

"Harry, wake up. Siapkan sarapan sekarang juga!" teriak Bibi Petunia.

Pagi ini, seperti biasanya Harry terbangun oleh teriakan bibi Petunia. Ia mengaduh sakit ketika kepalanya terantuk dinding kamar. Rupanya ia tertidur lagi setelah heboh sendiri. Ia melirik punggungnya takut-takut. Bagaimana kalo sayapnya itu masih ada? Ia bernafas lega. Sayapnya sudah hilang.

Mungkin kalo ia tak melihat robekan kemeja di punggungnya dan noda bercak darah di seprainya, Harry bakal mengira kalo semalam itu hanya mimpi belaka. Ia segera membenahi kekacauan semalam, sebelum bibinya tahu dan bertambah murka padanya.

"Harry!" teriak bibinya tak sabaran.

"Iya, aunty." Jawab Harry bergegas bangun, dengan kilat membersihkan tubuhnya, dan berganti baju.

Ia turun ke dapur dan membuat sarapan untuk keluarga Dursley. Ia bekerja cekatan sebelum Dudley sepupunya bangun dan berteriak seperti orang kelaparan. Ia menyiapkan sarapan di atas meja makan. Setelah itu mereka sarapan bersama.

MATE SERAPHIM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang