Chapter 12

7.2K 823 8
                                    

Harry berniat menyusup ke balik selimutnya yang hangat dan meneruskan bobok cantiknya. Ia masih sangatlah mengantuk, gara-gara terbangun tengah malam. Ia membiarkan barang-barangnya tergeletak, sembarangan di atas meja. Ia pikir, itu bisa diurus nanti. Baginya yang terpenting sekarang tidur, tidur yang nyenyak dan lama. Ia sangat membutuhkan hal itu saat ini.

Baru juga Harry memejamkan matanya, memasuki dunia mimpi yang ia harap kali ini indah, ada sebuah guncangan sangat kasar menggoyang-goyang bahunya. Harry yang merasa terganggu dan masih malas keluar dari dunia indahnya, melayangkan sebuah tamparan ke si pelaku. Sepertinya tamparannya lumayan keras. Buktinya ia mendengar suara "Adouww!" keras, tepat di telinga sebelah kanannya.

Merasa mengenali suara orang mengaduh itu, Harry buru-buru bangkit dari PW (Posisi Wenak) -nya. Tangan sebelah kanannya meraba-raba meja nakas di samping tempat tidur, mencari kaca matanya. "Ron! Apa yang sedang kau lakukan?" bentak Harry begitu bisa menangkap bayangan Ron di atas kasurnya.

"Membangunkanmu mate. Come on! Wake up now . Hari sudah siang, sudah jam 7, waktunya sarapan. Kau tak berniat melewatkan waktu sarapan kan, Harry?"

"Eh." Gumam Harry tersentak. Ia memeriksa jam alaminya. Menjadi Seraphim membuat Harry lebih peka pada elemen alam, matahari salah satunya. Ia tak perlu jam atau mantra tempus untuk mengetahui waktu. Tubuhnya bisa menyelaraskan dengan posisi matahari.

"Oh, shit." Keluhnya. Dengan ogah-ogahan, beranjak dari kasurnya. Jujur ia ingin tidur lagi, memuaskan dahaga kantuknya yang sudah tak tertolong. Tapi, bagian yang di bawah sana juga butuh perhatian. Perutnya sudah menyanyikan seriosa, tanda bagi Harry untuk bergegas turun ke aula dan ikut sarapan bersama teman-temannya.

"Bagaimana caranya gelang itu terlepas, Harry?" tanya Ron tak sabar menunggu nanti. Kakinya menyeimbangi langkah panjang Harry, menuruni tangga dua-dua sekaligus. "Apa karena Profesor Dombledore?"

"Aku tak tahu, Ron. Begitu terbangun, gelang itu sudah lepas."

"Apa si Ferret itu tahu?"

"Entah. Aku pergi ketika ia masih tidur nyenyak. BTW, apa cermin Sirius ada padamu?" Ron membalasnya dengan anggukan kepala. "Boleh ku minta?"

"Tentu saja. Itu kan punyamu. Oh, ayo cepatlah! Kita sudah sangat kesiangan."

"Hm." Gumam Harry tak jelas, tapi tak urung ia mengikuti langkah Ron, tepat di belakangnya.

"Harry!" pekik Mione penuh haru dari ujung meja. Ia melihat kini Harry sudah tidak berdiri berdampingan dengan Malfoy lagi, melainkan Ron memasuki aula. Ia spontan berdiri, berlari kecil menghampiri dan memeluk Harry untuk menunjukkan rasa bahagianya. "Aku senang akhirnya kau terbebas dari benda aneh itu." katanya penuh takjub.

"Aku juga. Setidaknya satu masalah selesai." Balas Harry ikut tersenyum simpul. Ia melangkahkan kakinya ke meja Griffindor berdampingan dengan Hermione.

"Yeah, begitulah." Komentar Ron acuh tak acuh. Ia masih marah pada Mione yang mau-maunya diajak jadi pasangan dansa Viktor Krum. Ia memilih duduk di samping Harry, berusaha sepenuh hati mengabaikan Mione yang menatapnya dengan tatapan seperti orang terluka. Tangannya dengan cekatan memindahkan ayam panggang dan bacon ke atas piringnya.

Harry yang sudah tahu diantara kedua temannya ini sedang terlibat perang dingin, hanya bisa tersenyum canggung. Ia tak bisa membela Ron dan mengabaikan Hermione begitu pula sebaliknya. Dua orang ini memiliki posisi yang sama dalam hatinya. Jadi, Harry memilih netral dan duduk dengan manis, mengambil makanan seperlunya untuk mengganjal perutnya yang kelaparan.

Hermione menarik nafas panjang, merasa percuma meminta pengertian Ron. Ron, pria yang diam-diam dicintainya emang kekanakan, dan mudah terbawa emosi. Meski demikian, Hermione sangatlah mencintainya. Ia akan menunggu dengan sabar, Ron menyadari perasaannya itu. Hermione meneruskan sarapannya yang tertunda akibat kedatangan Harry dan Ron.

MATE SERAPHIM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang