Harry menerima kiriman surat dari Sirius, waktu sarapan bersama di aula besar. Diam-diam, ia merapal mantra pelindung agar tak ada yang mencoba mengintip suratnya. Sirius kan masih jadi buronan kementrian. Bisa gawat kalo ia ketahuan surat-suratan dengan napi Azksaban yang kabur itu. Ia begitu khusuk membaca suratnya, hingga tak menyadari kehebohan di sekelilingnya.
Dear, Prongslet.
Tebak apa yang kami dapat minggu ini? Kau pasti tak akan percaya. Aku dan Monny berhasil mengamankan benda dengan sihir hitam, mirip liontin yang diambil Reggie, dari rumah keluarga Gaunt. Idemu untuk menelusuri jejak si Voldy, itu jenius Prongs. Kini ada titik terang untuk mengalahkan penyihir tua bangka sinting itu. Bagaimana denganmu? Apa kau berhasil melenyapkan sihir hitam di liontin itu?
Peluk cium dari ayah baptismu yang paling tampan sedunia.
Dahi Harry mengernyit. Penyakit narsis walinya ini bukannya berkurang, tapi justru semakin parah saja. Ia jadi curiga. Jangan-jangan Sirius Black ini bukan Black murni. Melainkan bayi yang tertukar dengan keluarga Weasley. Masa seorang Black tingkahnya seperti itu? Pantas saja Sirius tidak diakui Mr. Black dan Mrs. Black sebagai anak, perilakunya sangat tidak mencermainkan seorang Black.
Cepat-cepat Harry menuliskan surat balasan di perkamennya. Ia menggulungnya kembali dan mengikatnya di kaki Arish, burung hantu milik Sirius yang tak akan pernah mau pergi, sebelum suratnya dibalas. Kalo perlu, ia akan mematuki kepala orang yang menerima surat itu, untuk memastikan ia segera membalasnya. Sungguh burung hantu yang berdedikasi tinggi.
Harry menghilangkan dinding sihir itu setelah burung hantu itu terbang kembali. Ia baru menyadari kehebohan di aula besar, melebihi hari-hari biasanya. Memangnya ada apa? Apa yang sudah ia lewatkan? Matanya memicing, melihat tambahan murid dengan seragam berbeda di aula besar. 'Siapa mereka dan mau apa mereka?' pikirnya bingung.
"Hei, Ron." Panggil Harry. Tapi tak digubris Ron. Ron masih saja memasang tampang bloon, memandang penuh pemujaan kumpulan murid cewek berseragam biru tua, yang belum pernah dilihat Harry sebelumnya. Ada apa dengan temannya ini? Kenapa tingkahnya jadi aneh?
"Ron.." Harry mencoba memanggil lagi. Tetap tak digubris. Lama kelamaan Harry menjadi jengkel. Harry menyikut tulang rusuk Ron, meminta perhatian sohibnya, yang masih melongo seperti orang idiot. Sikutan Harry berhasil menyadarkan Ron dan mengembalikannya ke dunia nyata, membuyarkan angan-angannya yang melambung tinggi.
"Apa?" bentak Ron kasar.
"Siapa mereka?"
"Kemana saja kau, Mate? Melamun?" Sindir Ron. "Mereka itu murid-murid dari sekolah sihir Beauxbatons dan Durmstrang. Mereka datang untuk mengikuti turnaman Triwizard." Kata Ron menjelaskan.
"Bukannya kau yang melamun?" protes Harry tak terima. "Turnamen Triwizard itu apa?" tanya Harry penasaran.
"Kau sama sekali tak mendengarkan penjelasan Profesor Dombledore dari tadi, Harry?" tanya Hermione, dibalik buku yang dibacanya.
Harry nyengir, ketahuan belangnya. "Sorry. Aku terlalu sibuk dengan surat Sirius."
"Dia mengirim kabar apa?" tanya Ron, kini mengalihkan perhatiannya dari murid-murid Beauxbatons.
Harry ingin menjawab soal proyek berburu ular, tapi lagi-lagi lidahnya kelu. Ia masih belum bisa membuka rahasia itu di depan dua orang temannya ini. Akhirnya ia memilih menjawab "Bukan berita penting. Hanya laporan rutin perkembangan usaha kami bersama."
"Hah..." Desah Ron. "Terkadang aku iri denganmu, mate. Kau populer, kaya, dan kini punya karir sendiri. Padahal kau masih seorang murid, sama sepertiku." Kata Ron. Matanya menerawang, membandingkan kehidupannya dengan Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE SERAPHIM (END)
Fiksi PenggemarAuthor by Ai Cute "Kau ingat dengan imbalan yang ku minta dulu?" Harry mengerutkan dahinya, mengingat-ingat, dan lalu mengangguk. "Aku memintanya sekarang." Tarikan nafas panjang terdengar di ruangan itu. "Apa?" "Aku ingin tinggal di sini, bersamamu...