6. We Need to Talk

2.4K 279 5
                                    

Retha masih duduk di bangku taman, tempat terakhir Vino meninggalkannya. Tangannya masih sibuk membuka Line dan Instagram bergantian.

Ibu Masa Depan

Maretha: eh tadi gue ketemu vinoooooo ya allahhhhh

Lanaya Cantik: vino siapa lagi?

Lanaya Cantik: nathan aja gue masih belom dikenalin

Bilaras Veriska: pm aja ret

Maretha left the chat

Lanaya Cantik: ras?

Bilaras Veriska left the chat

Lanaya Cantik: piggy

Retha mengakhiri obrolan singkatnya dengan Laras dan Lana. Baru saja Retha berniat mengirim personal message kepada Lana, sebuah notifikasi instagram muncul di layar ponsel Retha.

Vinoryaditya started following you

Ah Vino mem-follow instagramnya. Namun sempat terlintas dipikiran Retha, kenapa setelah hampir enam tahun kenal dengannya baru sekarang Vino mem-follow ig Retha? Dan satu notifikasi kembali muncul.

Vinoryaditya took a photo of you

Terlihat sebuah foto yang menampilkan wajah Retha, Vino dan seekor kucing persia berwarna putih yang terlihat lemas. Mata Retha terbelalak melihat caption yang ditulis Vino.

'Miau lagi atit untung ada Mama Letha tama Papah Pino'

Alasan Vino tidak dapat mengantarkan Retha pulang memang karena Miau sakit. Sesaat setelah Vino tiba di rumah untuk mengambil mobil, ia melihat Miau yang memuntahkan makanannya di atas karpet kesayangan mamanya. Jadilah Vino mendapat ocehan seribu satu malam dari sang mama yang menyuruhnya untuk membawa Miau ke dokter hewan.

Vino yang merasa tidak enak dengan Retha, sempat menemani Retha beberapa saat sampai jemputan Retha datang. Tidak berapa lama Vino duduk menemani Retha, Miau kembali muntah. Retha yang tidak tega, menyuruh Vino untuk segera mengantar Miau ke dokter hewan.

Retha bosan menunggu. Sudah lebih dari lima belas menit Jeri belum juga menampakkan batang hidungnya. Dan akhirnya Retha berinisiatif untuk memulai percakapan di Line dengan Jeri. Namun Retha mengurungkan niatnya karena terpotong sebuah panggilan masuk. Dan nama Sean terlihat di layar ponselnya.

"Reth Jeri udah nyampe?" Terdengar suara Sean yang khawatir dengan keadaan Retha. Sebelumnya memang Retha meminta Sean untuk menjemputnya, namun ia batalkan karena Jeri bilang akan menjemputnya.

"Masih di jalan kayaknya." Kepala Retha menengok ke arah kanan dan kiri berharap menemukan mobil Jeri.

"Yaudah kabarin gue ya kalo Jer-"

"Eh itu Jeri." Suara gembira Retha terdengar seperti anak kecil yang pertama kali diperbolehkan makan permen.

Tangan kiri Retha masih memegang ponsel dan tangan kanannya bergerak melambai-lambai ke arah Jeri. Retha masih bisa tersenyum saat Jeri membuka kaca jendela mobilnya. Padahal baru beberapa jam yang lalu Retha menangis sesegukan karena Jeri.

"Udah dulu ya kak, ini Jeri udah nyampe." Retha pun memutuskan sambungan telpon dan memasukan ponselnya kembali ke dalam saku.

Jeri sedikit penasaran dengan siapa Retha berbicara di telpon. Ya hanya sedikit.

"Jer, sepeda gue taro dimana nih?" Retha berjalan terpincang ke arah mobil Jeri.

"Mana gue tau." Jeri mengernyitkan alis, bukan karena pertanyaan Retha. Tapi karena melihat wajah Retha yang meringis saat berjalan.

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang