10. Opera Sabun

2.2K 187 9
                                    

===DON'T FORGET TO VOMMENT===

***

Mata Retha memerah menatap Jeri yang ada di bawahnya tanpa berkedip. Perlahan-lahan air matanya kembali jatuh, Jeri yang terlihat biasa saja dengan itu kembali meneruskan kegiatannya mengobati luka Retha.

Keheningan seluruh makhluk di ruang kelas itu seperti sedang menonton pagelaran opera sabun dari dua pemeran yang sedang berbusa.

Entah apa yang ada di otak Retha saat ini, banyak kemungkinan yang mungkin salah dan banyak ketidakmungkinan yang mungkin benar.

Jeri yang telah selesai membalut luka di lutut Retha, menatap telapak tangan Retha sekilas. Muncul niatan untuk membalut luka itu, tapi sepertinya harus ia urungkan setelah suara bel menginterupsi kegiatannya. Dengan wajah tanpa dosa yang sial nya ganteng itu, Jeri pergi dari kelas itu tanpa sepatah kata pun.

"Hah!" Lana mengeluarkan suara yang lebih terdengar seperti hembusan napas yang sudah lama ditahan.

Anak-anak yang ada di kelas juga kembali bergerak setelah sekian lama tombol 'pause' ditekan. Mulai terdengar bisikan-bisikan dari mereka yang berkomentar tentang aksi Jeri dan tentu saja masih sampai di telinga Retha.

"Lo harus udahin sekarang Reth, sebelum terlambat." kata Laras sakratis.

"Laras..." panggil Lana sambil melebarkan matanya ke Laras.

"Gak usah sok melotot, lo bisa ngeliat gue sekarang aja udah sukur."

"Mata gue gak sipit ya, tapi terbatas!"

"Lah emang gue bilangin lo sipit?"

Retha yang dihimpit kedua orang itu tidak bergeming sama sekali, matanya masih menatap kosong ke arah bekas kapas di lantai. Tangannya bergerak ke arah bibir merah muda yang baru saja bersentuhan dengan bibir milik orang lain.

Pikirannya nerawang ke kejadian beberapa tahun lalu, tepatnya saat ulang tahun seseorang

Suara nyanyian selamat ulang tahun terdengar kontras dengan tepuk tangan dari beberapa tamu undangan disana. Acara itu mengusung tema garden party dan bernuansa putih biru, warna putih untuk dress code para tamu dan warna biru untuk tokoh utama. Seseorang yang menjadi tokoh utama dari acara ini sedang memejamkan mata, meminta sesuatu kepada tuhan. Kelopak matanya kembali terbuka, dan menatap dengan bahagia lilin berbentuk angka sebelas di depannya.

Setelah acara tiup lilin itu, Retha yang sedang mencicipi kue dikagetkan oleh sesorang yang memakai dress biru laut dan rambut yang tergerai indah dengan mahkota kecil terselip di rambutnya . 'Cantik' Retha membatin.

"Irene kok kamu disini sih? Kasian tu temen-temen kamu dianggurin."

"Ah gak pa-pa kak, mereka sih yang penting ada makanan pasti diem." Sahut gadis bernama Irene.

Keduanya sama-sama terdiam setelah tawa dan obrolan basa-basi barusan. Retha tau pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh gadis disebelahnya.

"Hmm kak,"

Nah benarkan...

"Aku mau ngomong sesuatu ke kakak."

"Iya ngomong aja, kayaknya serius banget ya." Retha memutar tubuhnya menghadap gadis itu.

"Kak, kakak tau kan kalo aku...aku hmm.." Irene menutus pembicaraannya, merasa perlu keyakinan lebih untuk mengucapkannya di depan Retha. "Aku sayang sama Kak Jeri."

Retha seketika itu juga tertawa sambil mengacak pelan rambut Irene. Irene merasa aneh dengan reaksi Retha yang tidak terkejut sama sekali.

"Irene yang imut-imut dan lutu, kakak tau lah kalo kamu sayang sama Jeri. Dia kan kakak kamu, justru malah aneh kalo kamu gak sayang sama dia. Kamu ada-ada aja deh."

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang