"Siapa Iwaizumi bagimu?"
"Dia sahabatku. Dia saudaraku. Dan dia partner voliku."
Itulah jawaban singkat yang dilontarkannya ketika salah seorang temannya bertanya.
"Kenapa begitu?"
Mau ditanya berapa kalipun jawaban Oikawa tetaplah sama.
"Karena dia sangat penting untukku."
Orang luar yang tidak tahu pasti akan menganggap Oikawa sangat terobsesi pada Iwaizumi atau bahkan mencapnya sebagai seorang gay.
Oikawa tentu mengetahui hal tersebut. Namun ia sudah tidak peduli. Telinganya terlalu tuli untuk mendengarkan segala macam ocehan mereka yang luar biasa memuakkan itu.
Lagipula, pendapat mereka kan tidak mempengaruhi kehidupannya secara total. Jadi abaikan saja. Seperti debu. Tidak berarti dan harus di bersihkan.
"Ah, Iwa-chan!!"
Oikawa segera melambaikan tangannya riang saat melihat 'si bahan pembicaraan'. Kemudian ia berlari menghampiri sembari bersiul kecil. Seolah tidak berminat mengobrol lebih jauh lagi dengan lawan bicaranya tadi."Kau ini lama sekali. Ayo. Waktunya latihan."
Wajah Iwaizumi sedikit membentuk gestur jengkel."Ternyata kau masih memedulikanku, Iwa-chan! Aku sangat senang!"
"Diamlah sebelum aku menendangmu lagi."
"Eh... kalau kau menendangku aku akan kembali sakit seperti kemarin loh."
"Mau pembuktian?"
Berangkat sekolah bersama Iwaizumi, belajar berasama Iwaizumi, istirahat bersama Iwaizumi, latihan voli bersama Iwaizumi dan pulang ke rumah bersama Iwaizumi.
Yah, mungkin hanya itulah aktivitas keseharian Oikawa. Serba Iwaizumi.Memang. Mereka ber-2 selalu bersama kapanpun dimana pun. Seolah mereka sudah seperti anak kembar yang tubuhnya menempel (walau Iwaizumi sangat tidak mau mengakuinya).
Namun ada alasan tersendiri di balik hal tersebut. Alasan kenapa Iwaizumi terus berada di dekat Oikawa.
Saat itu Iwaizumi kecil tengah sibuk berburu kumbang di tengah hutan. Ia berlarian kesana kemari, kadang meloncat, kadang memanjat pohon dan kadang tenggelam dalam timbunan semak-semak.
Ia sangat senang. Bisa bermain setiap hari dengan bebas. Rasanya ia ingin tinggal di tempat ini.
Namun kesenangannya mendadak hilang saat ia mendengar suara tangisan dari arah jam 4.
Siapa itu? Seseorangkah? Atau mungkin hantu?
Iwaizumi langsung mengenyahkan asumsi ke-2nya yang konyol itu. Tidak ada hantu di siang bolong begini.
Dengan segenap keberaniannya, ia menghampiri sumber suara tersebut. Tentunya dengan langkah yang sangat perlahan dan penuh dengan kehati-hatian.
Kewaspadaannya langsung turun seketika begitu sampai di lokasi. Asal muasal suara tangisan cempreng tadi.
Itu hanyalah seorang anak kecil biasa yang sedang duduk di tanah. Dia laki-laki. Tapi dia sedang menangis terbata-bata. Cengeng. Pikir Iwaizumi.
"Apa yang terjadi padamu?"
Tanya Iwaizumi sembari jongkok di hadapannya."U-ukhh..."
Anak berambut coklat itu merintih. Perlahan ia sedikit memajukan kaki kanannya. Oh, dia terluka. Luka yang cukup parah."Kau sendirian? Bagaimana kau bisa sampai kesini?"
"Mmh..."
Si bocah hanya menggeleng lemah. Melihatnya, Iwaizumi lalu mendengus pasrah.
Kemudian ia berbalik badan dan menunjuk-nunjuk punggungnya.
"Naiklah. Aku akan membawamu keluar dari sini."Anak itu terdiam sebentar. Memandangi Iwaizumi kecil dengan tatapan bingung. Lalu menerima 'tawaran' tersebut.
"Namamu... siapa?"
'Pasien' Iwaizumi bertanya dengan nada merintih."Hajime Iwaizumi. Kau?"
"Tooru... Oikawa."
"Yoroshiku, Tooru."
"Hm hm. Hajime-chan."
"Bisakah kau memanggilku tanpa kata -chan itu?"
Sejak saat itu, Iwaizumi selalu bersama dengan Oikawa. Ia akan datang disaat Oikawa dalam kesulitan dan segera menolongnya. Ia juga menjaga Oikawa dari segala rupa bahaya yang ada. Dan terus begitu sampai saat ini.
Karena itu adalah tugasnya. Tugas sebagai seorang kesatria. Menjadi pelindung bagi sang raja sampai akhir ajalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Kesatria
Hayran KurguSiapa yang akan mengangkatmu kembali saat kau jatuh? Siapa yang akan membantumu saat kau terlibat dalam masalah? Siapa yang akan selalu berada di sisimu? Ia adalah Sang Kesatria, Hajime Iwaizumi