·• Fifth •·

289 31 4
                                    

Evan Fernando

Setelah mengambil motor dari parikiran sekolah, aku melajukannya ke luar. Seperti biasa, lewat gerbang depan. Bodo amat sama satpam yang biasanya nongkrong di pos. Biasanya juga, satpamnya tidur. Heran dah, buat apa kerja kalau tidur terus? Itu namanya pelanggaran publik ini. Tidak bisa dibiarkan! Enak aja dapet gaji kotor.

Saat melewati halte yang cukup jauh dari sekolah, aku melihat penangkapan, eh, penampakan. BUTHET, eh, BUSETT! Hantu! Emaakkk, Evan belum mau mati mudaa!!! Evan tidak mau serangan jantung!! Tidak keren banget mati gara-gara serangan jantung. Bisa-bisa nanti masuk koran dengan dengan judul "Seorang Cowok Ganteng Mati Serangan Jantung Karena Melihat Penampakan di Halte". Kan tidak ada keren-kerennya sama sekali.

Seketika, tubuhku jadi merinding. Cewek yang sepertinya tinggi itu duduk menunduk, rambut panjangnya menutupi kepalanya, tertiup angin. Tangannya putih pucat banget, terus duduknya di pojokan. Hi.

Eh, tunggu, tunggu! Itu Atha!! Astaga, gebetan sendiri aku anggap setan! Tapi, serius, posisinya bikin dia seperti hantu yang gentayangan. Aduh, maaf-maaf Evan kelepasan.

Kutepikan motorku didekat trotoar lalu menghampiri Atha. Aku melambai-lambaikan tanganku didepan wajahnya. "Halo? Atha?" Tidak ada respon. Aku berjongkok dan menatap wajahnya. Lha, Atha tidur. Aku terkekeh. Julukan yang diam-diam kuberikan padanya terbukti benar. 'Si Putri Tidur'. Habis, Atha selalu tertidur dimana 'pun kapan 'pun asal sepi.

Aku memutuskan duduk disebelahnya sambil mengamatinya. Wajah tidurnya sangat polos mirip bayi, membuat kadar keimutannya meningkat. Bibir berwarna pink naturalnya tampak lembab sedikit terbuka. Pipinya sedikit tembam itu mengundang untuk di cubit. Kalau bisa sih, cium. EH! Aduh, pikiranku jadi kotor gara-gara Naufal dan Bara. Kampret memang, mereka itu. Tapi aku juga kepo sih.

Suasana saat ini menuntun jari telunjukku untuk menoel-noel pipinya. Pipinya empuk bikin ketagihan. "Duh, Atha kok imut thih?" Aku menghentikan kegiatanku karena ekspresi wajahnya menunjukkan kalau ia terganggu. Tapi, sepertinya ia tidak terlalu terganggu karena ia tidur kembali.

Aku memandang langit. Yah, gerimis. Aku mengeluarkan jas hujan dari dalam tas dan menggunakannya untuk menyelimuti motorku. Biar tidak basah. Lalu, aku duduk disebelah Atha dan menyelimutinya dengan jaket yang kupakai. Semenit berlalu, gerimis berganti hujan deras. Aku menoleh pada Atha yang tidak bangun-bangun. Boro-boro bangun, Atha malah bersender pada lenganku. Duh, dasar Putri Tidur. Tanganku bergerak merangkulnya dan kepalaku kusenderkan diatas kepalanya.

Posisi ini membuat kita terlihat sebagai sepasang kekasih.

Semakin lama, aroma harumnya memenuhi indra penciumanku. Wangi cologne bayi bercampur keringat sehabis olahraga tadi tipikal Atha. Rasanya ingin sekali kupeluk dia dan kuciumi berkali-kali. Aduh! Maaf-maaf, Evan khilaf.

Keberadaan Atha yang menyender pada lenganku sangat berdampak besar. Karenanya, aku jadi malas pulang. Tapi, kalau seperti ini terus, Atha bisa masuk angin. Heran dah, di kondisi sedingin ini, dia masih bisa tidur nyenyak. Aku menepuk-nepuk pipinya. "Tha, Atha bangun! Hujan lho. Nanti Atha mathuk angin. Ithh, Tha, bangun dong. Evan cium nih?"

Tak diduga, Atha langsung bangun. "Duh, pegel," gumamnya sambil mengucek kedua matanya. Ia menoleh kearahku—yang tanpa sadar—menyengir lebar. "Lha, Evan? Lo kok disini? Lha, hujan? Sejak kapan? Kok gue gak tau? Kok lo gak bangunin gue? Lo kok bisa disini? Lo gak pulang? Motor lo kemana? Bukannya hari ini lo bawa motor?"

Ribuan pertanyaan yang dilontarkan Atha membuatku pusing. Tanganku bergerak menutup mulutnya. "Tha, kalau tanya thatu-thatu dong! Evan bingung jadinya. Tadi Evan liat Atha tidur, jadi, Evan temenin aja thampe Atha bangun. Tadi juga yang bangunin Atha ya, Evan. Kalo thepeda motor, tuh, ada di thana." Tunjukku pada sepeda motorku. Atha hanya mengangguk-angguk. "Tha, kok gak ngomong, thih?" Jari telunjuk Atha bergerak menunjuk mulutnya—yang ternyata—masih dibungkam tanganku.

TGSs 1 - ThirteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang