·• Eighth •·

283 28 16
                                    

26 Agustus : Aprilia Vallery

Apa ada yang lebih parah dari ini? Setelah membunuh wali kelas kami, bajingan itu nyaris merenggut nyawa teman kami! Kurang ajar. Aku sangat bersyukur pembunuhan teman sekelas kami berganti nama menjadi pembunuhan gagal. Tapi, itu tidak mengurangi rasa benciku pada si A. Setelah menonton rekaman itu, rasa yakinku bertambah menjadi 85%. Aksinya tidak sengaja terekam oleh kamera handphone Evan.

Rencananya, hari ini aku akan menyerahkannya pada inspektur kembar. Ah, ya, Zio, Naufal, Heri dan si empunya handphone belum menontonnya. Entah karena lupa atau apa. Tapi, sepertinya opsi pertama yang benar.

Aku merebahkan diri diatas kasur memandangi langit-langit yang putih bersih. Bahkan langit-langit itu lebih bersih dari hati manusia di dunia. Heran deh, masa kalah sama langit-langit kamar. Aku memutar badan menjadi tengkurap. Pandanganku terkunci pada layar laptop di nakas yang menampilkan rekaman itu. Kuputuskan untuk menontonnya lagi.

Bel istirahat berakhir berbunyi, disitu, semua langsung memasuki kelas dan duduk di tempat masing-masing. Saat itu, aku dan Zio belum memasuki kelas. Tidak lama, Deka datang lalu duduk di kursinya. 2 menit setelah itu, Heri dan Naufal datang dengan heboh dan berteriak. "JAMKOS WOY! JAMKOS!" Semuanya berteriak kegirangan dan mulai terpencar. Terlihat Naufal, Evan dan Yerikho bermain kartu di meja dekat guru bersama. Lalu, Heri, Vano, Putri, Irine, dan Steph mendirikan konser di tengah meja. Sedangkan Atha dan Debora memeriksa peralatan memasak mereka. Deka bangkit dari tempat duduknya, berjalan kebelakang, dan berjongkok disebelah mejaku. Mencharge laptopnya. Tapi, gerak-geriknya sedikit aneh.

Tidak lama, aku dan Zio datang. Kami duduk di bangku kami dipaling belakang lalu berselfi ria. Mengingat kejadian itu, aku jadi malu. Duh. Tapi, itu tak berlangsung lama karena Zio yang terluka dan aku membawanya ke UKS. Ah, aku merasa sangat bersalah. Zio, maaf.

Tunggu, Zio terluka. Jangan bilang... Aku akan memeriksanya nanti.

Setelah itu, Deka berlalu pergi dari situ dan menuju ke meja Putri dan Vano yang tepat didepan papan tulis. Dia berjongkok disitu membelakangi handphone Evan ini. Jadi, tidak terekam. Sekitar lima detik kemudian, ia bangkit dan berjalan ke meja Naufal dan Yerikho di paling pojok dan berjongkok lagi. Aksinya tidak terlalu ketara karena ia berpura-pura mengambil tipex yang sebelumnya ia jatuhkan disana.

Nah, di meja Naufal dan Yerikho inilah aksinya terlihat. Aku membesarkan rekamannya dan melihat apa yang dia lakukan. Gottcha, ia mengikatkan sesuatu disana. Setelah itu, ia duduk ditempatnya melakukan sesuatu entah apa.

Sementara itu, Debora dan Vano mulai berkejar-kejaran. Atha sibuk membereskan peralatan memasak. Tak lupa membungkus pisau dengan kain dan memasukkannya kedalan wadah. Setelah rapi, Atha bergabung dengan Putri cs. Deka bangkit menghampiri wadah tempat peralatan memasak milik Atha dan Debora dan mengeluarkan pisau dari sana. Oh, God! Dia meletakkannya ditepi meja dengan disangga oleh kotak pensil Debora. Lalu, ia menempelkan sesuatu dibawah meja dan ia bergabung dengan Putri cs. Tak lama, Evan juga bergabung karena Yerikho dan Naufal bermain catur.

Lalu adegan itu terjadi. Semua heboh seketika. Putri hendak menghampiri Vano karena bagaimana 'pun juga, Vano adalah pacarnya. Tapi, putri dihentikan oleh Heri. Naufal mendekat dan Yerikho menenangkan Putri yang shock. Dan bla-bla-bla sampai kami—aku, Zio, Naufal, dan Heri menghentikan rekamannya.

Tunggu, teriakan Zio menyuruh semuanya keluar menghentikan aksi Deka yang ingin kebelakang kelas. Tapi, untuk apa?

Ditambah lagi, tak lama Heri dan Naufal datang mengumumpan jamkos a.k.a free class, Evan bersorak senang, mengambil handphonenya di tas lalu meletakkannya diatas... loker ditutupi tumpukan buku menyisakan corong kecil.

TGSs 1 - ThirteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang