·• Eleventh •·

346 29 7
                                    

YAHAAA!! Gue datang kembali!!! Oh, ya, dari bab 9 di repost gara-gara ada yang gak ke copy. Terus, salah update. yang harusnya bab 12 di update di bab 11. gitu. jadi, mending baca ulang dah, dari bab 9. kalo mau dari awal ya.. juga gak papa sih. bagus malah. 

Dan maafkan author kalo cerita ini jadi slow update. yah, ulangan dan tugas bejibun bikin kesel pengen bakar semuanya. terus, kemarin sempet lupa lanjutannya.

Happy read.

• · • · • · •


27 Agustus : Achazio Lukas

Gue meraih dan meminum gelas ketujuh. "Cupu kalian berdua! Nih, cobain. Enak." Heri mencoba menghasut gue. Gue melirik, memandang Heri sinis. "Ogah! Mending gue minum kopi dari pada minum minuman gak jelas kayak lo!"

Evan mengangguk-angguk. "Bener, bener! Mending minum Thtrawberry aith blend (Strawberry ice blend). Nih, Evan punya lima lagi. Mau?"

Heri meneguk vodkanya lagi. "Iya deh, yang polos sama yang tobat."

Malam ini, gue, Evan dan Heri diundang Naufal buat datang ke acara pembukaan club bapaknya. Gue pikir, gak pa-pa lah sekali-kali. Toh, gue gak macem-macem dan tau batasan. Gak kayak dua curut didepan gue. Naufal mending, hanya diem, minum sambil main hape. Minumnya aja hanya satu botol. Lha, Heri? Liat, dia sudah godain cewek-cewek seksi dan cewek-cewek itu mau-mau aja.

Kalau bukan karena mau ketemu Evan, gue gak bakal datang ke sini.

"Kemaren sore, Vall kerumah lo?" Evan mengangguk. Kadang gue gatel ingin nonjok muka polosnya. "Ngapain?"

"Nuker hape." Hah? Mereka tukeran hape? Gue memandang Evan tajam. "Evan gak tau rincinya. Kata Vall, hape yang di pegang Evan tuh, hapenya Thteph (Steph). Teruth, hapenya Evan mathih ada di Vall."

"Terus?" tanya gue lagi.

"Ya udah. Teruth, Vall pulang." Berarti Evan gak tau kalau habis dari rumahnya, Vall ke sekolah.

Gue lega. Tapi, ya Tuhan. Gue sudah asal menuduh Vall. Harusnya gue tahu kalau Vall gak mungkin selingkuh. Ck, gue merasa bodoh karena gak mendengarkan penjelasan Vall dulu. Coba kalau gue percaya sama Vall, kita gak berantem kayak gini. Ah, gue pengen pulang. Gue harus minta maaf secepatnya ke Vall.

"Woy, gue pul—"

"HAAII GAIISSS!!!" suara Debora yang cempreng memutus omongan gue. Di sebelahnya, Atha sibuk menggumam. "Bukan temen gue, bukan temen gue."

Gue menoleh pada Naufal. "Fal, mereka juga lo undang?"

"Yep. Biar rame. Kalo cuma berempat, gak seru."

"Fal, mereka cewek. Cewek gak baik keluar malem-malem. ke club lagi. Ya, walaupun lo yang ngundang dan disini ada bokap lo. Tapi tetep aja."

Heri merangkul gue. "Kalo mereka dateng, itu tandanya, mereka dibolehin sama ortunya. Jadi, santai aja. Toh, ada kita-kita yang jagain mereka," sahutnya dengan nada datar sambil sibuk memelototi Debora.

Akhirnya gue hanya pasrah. Gue memandangi dua cewek yang sudah duduk diantara Evan dan Heri. Atha menggunakan tanktop dengan dilapisi kemeja flanel merah yang semua kancingnya dibuka dan celana sedikit diatas lutut. Debora? Jangan ditanya. Kayak cabe-cabean. Bukannya gue suka hina cewek ya. Itu kenyataan.

Heri dan Naufal yang melihatnya langsung melepas jaketnya. Heri yang lebih dekat mengikatkan jaketnya di pinggang Debora. Naufal keduluan Heri. Samar-samar, gue mendengar. "Deb, bisa gak 'sih, gak pake baju kayak cabe-cabean?" Lalu, Heri mencolek paha Debora. Debora melotot pada Heri dan memukul lengannya keras. Aw. "Liat celana lo kayak kurang bahan gitu! Kependekan! Awas kalo gue liat lo pake baju gini lagi."

TGSs 1 - ThirteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang