"Kita putus."
"Apa?"
"Kita putus." ulang Andri.
"Tapi, kenapa?" tanya Diandra bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Gue cuman nggak bisa ngelanjutin hubungan ini sama lo," jawab Andri.
"Aku punya salah sama kamu? Aku minta maaf kalok aku punya salah, Dri. Tapi, tolong jangan putusin aku." mohon Diandra. Air matanya mulai merebak membasahi pipinya.
"Lo nggak punya salah sama gue. Gue cuman nggak bisa ngelanjutin hubungan ini sama lo." dengan kalimat itu, Andri beranjak pergi dari taman itu meninggalkan Diandra menangis.
Mendengar suara motor Andri, Diandra bangkit berusaha mengejar Andri. Namun, kekuatannya tidak sebanding dengan kecepatan motor yang Andri kendarai. Ia menutup wajahnya sambil terisak.
Ia memilih kembali berjalan masih dengan tangisannya pulang ke rumah. Saat di rumah, ia langsung masuk ke kamarnya. Melihat seluruh isi kamarnya, membuat ia semakin menangis. Boneka, kotak musik, jam weker, foto-foto, dan masih banyak yang lain.
"Lo jahat!"
Diandra melempar semua barang-barang kenangannya dengan Andri kemana-mana. Ia meluruh ke lantai sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Andri adalah cinta pertamanya. Ia terlanjur sangat sayang dengan Andri sehingga tidak memikirkan kemungkinan hal seperti ini akan terjadi.
Mungkin ini juga yang namanya karma. Setelah beberapa bulan yang lalu, ia memutuskan Andri tanpa alasan disaat si Andri sudah terlanjur sayang padanya.
+++++
Hari masih terlalu pagi untuk ukuran Diandra berangkat ke sekolah.
Semalaman ia tidak bisa tidur hanya karena memikirkan Andri. Daripada suntuk di rumah, ia memilih berangkat ke sekolah dan mulai beraktivitas berharap ingatannya tentang Andri tersisihkan.
Saat sampai di depan kelasnya, tiba-tiba Fandra sahabatnya muncul dari dalam kelas mencegatnya. "Lo nggak ngaget-ngagetin nggak bisa apa?" tanya Diandra.
"Hehe, btw, Ra. Ikut gue ke kantin, yuk. Laper gue belum sarapan dari rumah," ajak Fandra.
"Nggak, ah. Nggak mood gue," jawab Diandra sekenanya. "Ayolah, Ra. Gue laper, nih. Lo nggak kasihan apa ama sahabat lo satu ini?" pinta Fandra.
"Hhhh, lo sendiri lagian ngapain sih pakek acara nggak sarapan segala. Biasanya juga sarapan di rumah. Yaudah, gue naruh tas dulu." jawab Diandra sedikit kesal.
"Eh, eh, Ra, tunggu dulu!" cegah Fandra. "Apalagi?" balas Diandra malas.
"Kita mending langsung ke kantin, soalnya gue udah laper banget,ya, ya?" ujar Fandra sedikit gugup.
"Fan, mapel hari ini buku paketnya berat-berat sumpah. Belum ini kamus Inggris ama Indonesia, beratnya naudzubillah. Udah ah, gue naruh tas dulu."
"Eh, ra, tung-" Diandra mematung di tempat. Tepat di belakang tempat duduknya, sepasang wanita dan pria tengah bercanda. "Gu," Fandra melihat ke arah Diandra, lalu ke arah dua orang itu. Merasa diperhatikan, dua orang tadi mengalihkan pandangan mereka ke arah Fandra dan Diandra.
"Yaudah, aku balik ke kelas dulu. Pulang aku tunggu di gerbang ya." ujar si cowok. Si cewek hanya mengangguk sambil tersenyum.
Si cowok berjalan dengan santai melewati Diandra yang masih mematung ditempatnya.
"Ra?" Diandra tersadar, menoleh ke Fandra lalu berjalan ke bangkunya.
"Hai Ra," sapa Keisha. Diandra tersenyum sekilas membalas sapaan Keisha. "Tadi, Andri ngapain kesini, Kei?" tanya Fandra.
"Kenapa emang? Salah kalok seorang pacar nyamperin pacarnya?" tanya balik Keisha. Diandra mengerutkan alisnya bingung. "Maksud lo?" tanya Diandra lagi.
"Gue sama Andri kan sekarang jadian, Ra. Semenjak lo ama dia putus. Eh, lo udah beneran putus kan?" ujar Keisha.
"Lo sama Andri...." Diandra tidak melanjutkan kalimatnya. Seakan ada sesuatu yang menahan kata-kata itu di kerongkongannya.
"Ra?" tanya Fandra pelan.
"Lo kenapa tega ngelakuin itu sama gue, Kei?" tanya Diandra lirih.
"Gue tega apa? Gue nggak ngelakuin hal yang salah ke lo," balas Keisha tidak terima.
"Dengan lo jadian sama Andri, lo nyakitin hati gue, Kei. Gue nggak pernah ngerebut apapun yang lo punya. Tapi, kenapa lo tega ke gue? Gue kira..... Gue kira kita sahabat?"
"Gue nggak ngerebut apapun dari lo, Ra. Lo ama Andri udah putus, lo nggak ada hak buat ngelarang hubungan gue sama Andri! Toh, Andri yang minta buat gue jadi pacarnya. Bukan gue yang minta ke dia,"
"Terus kenapa lo mau? Kenapa lo nggak ngehargain perasaan gue yang masih sakit setelah putus sama Andri?" Diandra tidak habis pikir. Keisha adalah sahabatnya sejak kecil. Kenapa dia tega melakukan hal ini padanya?
"Serah lo, deh, Ra. Yang penting menurut gue, gue nggak salah. Lo ama Andri dah putus. Jadi nggak salah kalok sekarang gue sama dia." putus Keisha lalu keluar dari kelas meninggalkan Diandra yang menangis lagi. Niatnya untuk berangkat pagi agar ia bisa menenangkan hatinya, ternyata adalah pilihan yang salah.
Fandra yang sedari tadi hanya diam bergerak mendekati Diandra dan memeluknya. "Ra, gue.... Gue nggak tahu musti gimana tadi. Gue..... Maafin gue, Ra. Gue nggak bisa ngebela lo tadi. Lo..... Lo yang sabar. Mungkin..... Entahlah. Hiks, kan gue jadi ikut nangis. Jangan nangis dong, Ra. Lo kan tau gue nggak bisa lihat orang nangis. Mana gue paling bodo lagi kalok disuruh nenangin orang. Ra, jangan nangis, Ra. Hiks," ujar Fandra.
Diandra mengalihkan wajahnya melihat Fandra. Tangisnya berhenti, senyum mulai merekah diwajahnya. "Hahaha, Fan lo kalok nangis jelek, Fan, hahaha," ujar Diandra sambil tertawa. Fandra mengusap air matanya kasar lalu berkata, "Sialan lo, Ra. Gue malah dikatain." gerutu Fadra. Diandra tersenyum. Seenggaknya dia masih memiliki sahabat yang rela berada di sisinya saat ia sedih.
++++++++++
Hae hae, ini cerita pertama gue. Hehehe, maaf kalok ada kata-kata yang nggak enak dibaca gegara kurang tepat.
Mohon kritik dan sarannya, yaaaaa
Oh ya, jangan lupa vote sama commentnya ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On [END]
Teen FictionMove On adalah satu hal yang sangat mudah diucapkan namun sangat susah dilakukan.