Satu hal yang paling Taekwoon tidak sukai adalah ketika Hakyeon yang selaku chairmate-nya selalu cerewet soal nilai-nilai mata pelajaran Taekwoon yang sebagian besar di bawah enam..
.
.
.
" Leo.. "
Panggil seorang lelaki tan manis saat melihat teman sebangkunya menampakan batang hidungnya tepat pukul setengah tujuh di kelas.
Sang empunya nama tak memperdulikan panggilan itu seraya berjalan menuju bangkunya dan langsung menelungkupkan wajahnya di atas mejanya.
" Tumben sekali kau datang pagi. Sepertinya hari ini akan turun salju." Ledeknya.
Memang ini masih terbilang pagi karena jadwal masuk jam pertama itu pukul setengah delapan. Dan biasanya Taekwoon akan datang lima menit sebelum bel berbunyi.
Ngomong- ngomong, itu Hakyeon. Lelaki yang notabenenya adalah chairmate Taekwoon . Wajahnya manis serta pintar. Taekwoon akui itu. Apalagi saat ia bersikeras memanggil Taekwoon dengan sebutan Leo dengan alasan wajah Taekwoon mirip dengan singa.
Satu hal yang Taekwoon paling benci dari Hakyeon adalah ketika Hakyeon berceloteh tak henti-hentinya tentang nilai Taekwoon yang hampir semuanya di bawah 6. Kecualikan untuk pelajaran olahraga. Taekwoon sudah pro soal itu.
" Leo!!" Hakyeon menusuk-nusukan telunjuknya pada pada pinggang Taekwoon . Bermaksud untuk membangunkannya.
Tak ada respon dari sang chairmate, membuat Hakyeon semakin gencar menusuk-nusuk pinggangnya. Bahkan kini ia mencubit-cubit kecil lengan Taekwoon .
Dengan (amat) terpaksa, Taekwoon mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Hakyeon.
" Ada apa Hakyeonie? Kau tidak lihat aku sedang tidur?"
Hakyeon tersenyum menampakan deretan giginya.
" Tak ada. Aku hanya mau memberitahu kalau hari ini tidak ada guru yang akan mengajar karena ada rapat dengan murid-murid organisai mengenai acara sekolah." Jelas Hakyeon.
" Baguslah kalau begitu. Aku mau tidur dulu."
Baru saja akan menelungkupkan kepalanya, Hakyeon menahan kepalanya.
" Beritahu aku dulu berapa nilaimu saat ujian minggu lalu, aku penasaran.. "
Taekwoon berdecak sebal. Tuhkan. Pasti Hakyeon akan menginterogasinya hari ini. Taekwoon sangat yakin itu.
" Setidaknya biarkan aku tidur dulu, Cha Hakyeon.. "
" Salah sendiri kenapa datang pagi-pagi begini."
" Ini bukan salahku. Ini salah alarmku yang terlalu cepat berbunyi."
"Ya sudah tidur saja dulu. Setelah itu isi kertas ini dengan baik.. "
Hakyeon meletakan secarik kertas di atas meja Taekwoon dan pergi keluar dari kelas.
Benar-benar sifat seorang Hakyeon.
.
.
.
.
Hari ini kelas di pulangkan lebih cepat karena alasan rapat tadi. Hakyeon yang baru selesai 'bertamu' ke kelas lain pun kembali ke kelasnya untuk mengambil tas dan secarik kertas yang ia berikan pada Taekwoon tadi pagi.
Ia berdecak kesal saat melihat bangku sebelahnya telah kosong tanpa Taekwoon beserta tasnya. Dasar manusia itu. Datang paling terlambat, tapi pulang paling semangat.
Pandangannya terhenti saat melihat secarik kertas di mejanya. Tak lupa sebatang coklat di taruh di atasnya agar kertas itu tidak terbang karena angin.
" Coklat dari siapa ini?"
Hakyeon kemudian duduk dan mulai membaca kertas itu perlahan. Kertas yang awalnya bertuliskan semua mata pelajaran, dan Taekwoon di haruskan mengisi berapa nilai yang ia dapat saat ujian kemarin.
Bahasa : 6.8/10
Sejarah : 5/10
Matematika : 4.5/10
Hakyeon berdecak kagum melihat nilai Taekwoon. Tolong. Ini hanyalah majas ironi yang menggambarkan betapa buruknya nilai yang Taekwoon dapat.
Sosiologi : 7.2/10
Kimia : 8.7/10
Wow. Ada peningkatan sepertinya.
Hakyeon terus membaca kertas itu hingga tiba dimana ia membaca dua nilai terakhir. Nilai yang membuat ia kaget bukan main.
Tulisan itu. Tulisan yang Taekwoon tambahkan sendiri.
.
.
.
Skala kecerewetan Cha Hakyeon : 9.9/10
.
.
.
Skala untuk mencintai Cha Hakyeon : 10/10
.
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
VIXX STORY
FanfictionSebuah potongan cerita keseharian anggota VIXX yang Author tuliskan di lembar kuning ini..