FORBIDDEN LOVE PART 8

255 16 1
                                    

Sorry banget kalo lama upnya, maklum saya sudah kelas 3 smp. Jadi agak lama upnya, semoga kalian tidak bosan-bosan dengan cerita saya.

Happy reading

¶¶¶

Dimas pov

Lama-lama aku gila karena cowok yang bener-bener nyebelin itu, dia sudah mengelilingi dan memenuhi isi otakku. Lagian siapa juga pria itu, gak ada urusannya bukan sama Raya. Penting banget sih tuh orang bagi Raya, kayaknya gak penting banget deh.

"Kamu kenapa Dim?" ya dia cewek yang waktu itu aku tanya. Jangan tanya aku siapa dia, karena aku paling males banget kalo di tanya nama orang. Gak penting untuk menghafal nama orang, apalagi nama cewek.

"Dimas kamu ngelamun lagi" jadi cewek bawel banget si, suka-suka dong mau ngelamun kek atau ngapain kek. Urusan dia juga bukan. Walaupun dia nolongin untuk ngobatin luka di muka aku, tapi tetap saja aku kesel dengan kecerewetannya.

"udah selesai bukan?" aku langsung pergi kekelas, males juga berurusan dengan perempuat kayak dia. Lebih baik aku baca buku saja, itu lebih bermanfaat. Entah kenapa aku gak fokus saat baca buku, dan benar-benar terasa bosan. Aku gak tau harus apa dan gimana, bingung juga dengan perasaan campur aduk seperti ini.

Ingin rasanya aku memukul seseorang, dan ingin rasanya aku enjaga seseorang, tapi aku tidak tahu kepada siapa rasa itu tertuju. Lagi pula, kenapa cowok itu dekat sama Raya? It's sucks. Lagi pula kenapa aku memikirkan Raya, huh pikiran ini tidak hilang-hilang. Bukan berarti aku menyukainya dan aku menjadi seperti kakakku yang gay itu, lagi pula Raya saa seperti kakakku buka? Lebih baik aku menjauhinya, dari pada aku menjadi seperti dia.

Raya pov

Huh hidup itu sulit yah, kenapa cewek-cewek gak suka sama aku sih? Padahal aku gak kalah tampannya dengan lelaki lainya. Apalagi Sinta, ngapain coba dia pilih si anak sombong itu? Kerenan juga aku dari pada anak sombong itu. Yang nyebelinya lagi itu waktu dia ngatain aku, emang aku sebodoh itu apa. Ya sih aku gak terlalu pintar, tapi aku gak bodoh kok, catat 'tidak bodoh'.

"Dika kenapa melamun?" ah aku lupa kalau aku sedang bersama sonny di taman sekolah sekarang, untung ada sonny yang selalu menemaniku. Semoga tuh cowo sombong gak nyamperin ke sini deh, males banget ketemu sama dia, bawaanya ada masalah terus kalau dia deket-deket.

"kamu melamun lagi, hmmm kamu baik-baik saja?" aku tersadar dari lamunanku "maaf gak kok aku baik-baik aja" yah walau agak kesel sih sama tuh cowok sombong, semoga dia menjauh dari kehidupanku "baiklah kalau begitu, memang cowok tadi itu siapa?" aduh kenapa si sonny tanya tuh cowok sombong sih, males banget deh kalo bahas soal tuh cowok sombong.

'kriiiinnggg' huh untung sudah bell, lebih baik aku langsung masuk kelas saja "sonny aku mau masuk kelas ya, bell udah bunyi tuh" semoga sonny gak marah deh karena aku gak jawab pertanyaannya "ok sampai jumpa" sepertinya sonny gak marah, lebih baik aku pergi sekarang aja deh. Semoga nanti gak ada masalah lagi.

Author pov

Seperti biasa, guru menerangkan apa yang ada di buku. Namun Dimas benar-benar tidak focus untuk menangkap apa yang guru terangkan. Dimas masih memikirkan apa yang terjadi pada dirinya dan perasaanya yang tak menentu itu, dia memang ingin menjauhi raya, tapi kenapa perasaanya menolak untuk menjauhi raya. Dimas benar-benar bingung dan dia selalu saja berdebat dengan fikiranya sendiri.

"Dimas! Apa kamu memperhatikan apa yang saya ucapkan?" bukanya Dimas menjawab pertanyaan dari sang guru, dia malah melamun. Bahkan guru sudah memanggilnya berkali-kali, namun dia belum sadar juga. Sampai akhirnya orang yang di samping Dimas jengah dengan kelakuanya "hei sekarang siapa coba yang bodoh, dasar bodih. Kau tau tidak guru memanggilmu" Raya sedikit mengejek dan menggoyangkan tubuh Dimas.

Entah ada panggilan apa, tiba-tiba saja dimas tersadar dari lamunanya itu dan melihat bahwa semua murid menatapnya, yang lebih parahnya lagi adalah guru yang menatapnya dengan aura yang mengerikan "maaf bu saya banyak pikiran" kata di Dimas santai. Jelas saja sang guru marah di perlakukan seperti itu "kamu akan terbebas dari hukuman jika kamu bisa menjawab pertanyaan saya" Dimas tersenyum lelah "terserah lah, saya akan menjawabnya" kata Dimas santai.

"Kalau kamu bisa sebutkan hikayat parang sabil tentang ainon mardliah" guru itu menunggingkan senyumnya, dia tau tidak ada satupun muridnya yang tau dan perduli tentang hikayat itu, karena itu adalah sejarah kuno yang mungkin sudah jarang orang lain tau bahkan perduli. Bahkan untuk anak kuliahpun tidak ada yang tau tentang hikayat tersebut.

"Didepan pintu surga nan
lapang
Sebuah sungai indah sekali
Batu disana bercampur intan
Berkawan-kawan para bidadari

Bidadari itu sedang rupawan
Keluar ke padang berbaris
berdiri
Memegang kipas masing
ditangan
Menanti tunangan dari prang
sabil

Kain putih penyapu darah
Kain yang merah untuk lap
kaki"

Semua tercengang dengan nada yang di ucapkan Dimas, bahkan gurupun tidak menyangka kalau dia bisa menjawab pertanyaan dari gurunya itu. Entah sampai Raya yang menurutnya tidak menukai puisi atau apapun tentang pelajaran dan syair itu menjadi tercengang. Jantungnysa seakan mau meledak. Entah mereka bahkan tidak menyadari bahwa bell pulang telah terdengar.

¶¶¶

Semoga kalian suka dengan cerita saya dan semoga cerita saya ini panjang menurut kalian. Tunggu saya di episode selanjutnya. Kiss bye

Forbidden love (yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang